Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

MENGENAL EMOSI

Gambar
 MENGENAL EMOSI Penulis : Lidwina Ro Tahukah anda, emosi manusia itu ada lima puluh macam lebih jumlahnya? Tetapi menurut Healthline, emosi manusia dapat dikelompokkan menjadi enam emosi dasar saja, antara lain adalah : marah, bahagia, takut, sedih, terkejut, dan jijik. Jadi emosi itu apa, sih? Emosi adalah respons atau perasaan intens terhadap seseorang atau kejadian tertentu, sedangkan marah adalah bagian atau salah satu dari bentuk emosi dasar. Apa, sih, ciri-ciri dari emosi? Ciri-cirinya : ketika seseorang sedang marah, wajahnya akan berubah merah padam, mata melotot, dan otot sekitar wajah rahang menjadi tegang. Sedangkan seseorang yang sedang takut, wajahnya akan pucat pasi, gelisah, serta gugup. Lalu ketika seseorang merasa bahagia, wajahnya tampak bercahaya, berseri-seri, diiringi senyum di bibir yang tiada henti. Marah adalah salah satu dari enam emosi dasar manusia. Cara umum untuk mengatasi emosi pada saat marah antara lain mencoba menenangkan diri. Kelola kemarahan deng

MULUTMU HARIMAUMU

Gambar
 MULUTMU HARIMAUMU Penulis : Lidwina Ro  Di dunia ini ada beberapa hal yang tidak bisa di tarik atau diulang kembali. Contohnya waktu, kesempatan, dan ucapan, atau kata-kata yang telanjur diucapkan seseorang. Begitu maha dahsyatnya daya kekuatan ucapan atau kata-kata, sehingga sampai terlahir slogan “mulutmu harimaumu.” Meskipun sepertinya terlihat hanya sekedar kata-kata biasa, kata-kata atau ucapan itu mengandung banyak manfaat. Salah satunya, kata-kata berguna untuk menyembuhkan psikologis seseorang, atau membawa pengaruh positif, karena pilihan kata-kata yang tepat di situasi buruk, dapat menenangkan perasaan seseorang, dan bisa meningkatkan suasana hati. Contoh perkataan yaitu : pernyataan dengan mengatakan bahwa mereka adalah sosok seseorang yang dicintai, mereka adalah istimewa, atau mereka amat berharga. Sebaliknya, kata-kata yang keluar sembarangan dari mulut, kata-kata yang tidak dipikir dulu, dan tidak disaring terlebih dahulu, bisa mendatangkan bencana. Artinya semua kata-k

FIRST LOVE

Gambar
 FIRST LOVE Penulis : Lidwina Ro Sudah takdir, bila tidak ada seorang anak pun di dunia ini yang bisa memilih menjadi anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu. Semua urutan kelahiran anak pasti punya plus dan minusnya masing-masing. Baik menjadi anak sulung atau anak pertama, anak tengah, atau anak bungsu dalam keluarga, pasti ada enak dan tidak enaknya. Tetapi yang paling nyata adalah bahwa anak sulung pasti akan menjadi ‘kelinci percobaan’ bagi orang tuanya, karena ayah dan ibu baru belajar menjadi orang tua setelah mereka menikah, bukan? Mereka berdua tentu saja belum berpengalaman menjadi orang tua. Jadi wajar kalau ada salah dalam pola asuh saat merawat dan mendidik anak. Ketika adik lahir, mau tak mau anak pertama harus bisa berbagi apa saja pada adiknya. Harus bisa mengalah pada adik, harus bisa menjadi contoh yang baik, harus bisa menjadi teladan, harus bisa bertanggung jawab, dan masih banyak harus bisa-harus bisa lainnya yang dibebankan di pundak pada anak pertama. Nah, me

TOPENG

Gambar
TOPENG penulis : Lidwina Ro  Banyak orang yang tidak tahu atau tidak menyadari, bahwa perasaan yang dipendam sendiri itu, lama kelamaan bisa mengakibatkan emosi orang tersebut lumpuh dan fungsi tubuh terganggu, lalu akhirnya bisa membuat sakit. Daya fungsi tubuh yang terganggu tersebut, membuat orang yang sedang mengalami kepahitan hidup cenderung sulit tidur, gelisah, tidak nyaman, dan putus asa. Selain itu hubungan dengan orang lain dan bahkan dengan keluarga, bisa menjadi terkikis atau terganggu. Nah, apakah masih ingin menyiksa diri dengan memakai topeng setiap hari, seolah-olah semua baik-baik saja, padahal hati sakit sekali menerima penolakan atas semua usaha mati-matianmu? Dan, kalau sudah begini, apakah masih ingin merugikan diri, dan tidak memberi kesempatan untuk mencintai diri sendiri? Menyedihkan sekali, bukan? Yuk, mari mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Pertama-tama selalu ingatkan pada diri sendiri, agar tidak perlu terlalu baper (bawa perasaan) jika respons

MERESPONS RINTANGAN

Gambar
 MERESPONS RINTANGAN Penulis : Lidwina Ro Kita semua pasti tahu, kan, bahwa rintangan dan kesulitan hidup adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian hidup, selama kita masih diberi anugerah dan kesempatan bernapas oleh Tuhan. Rintangan sendiri artinya adalah suatu hal yang dapat menghalangi dan melemahkan kemampuan seseorang dalam melihat masalah secara lebih jelas, agar tidak memperburuk keadaan. Jika ada tanda-tanda gelisah dan stres pada seseorang, bisa dipastikan orang tersebut sedang terjebak dengan pikiran negatif. Berdasarkan Psychology Today, ada beberapa respons yang menghambat seseorang untuk menjadi maju. Inilah respons negatif yang membuat hidup lebih sulit ketika menghadapi rintangan hidup : 1. Meragukan diri sendiri. Ketika menghadapi rintangan hidup, seseorang sering kali meragukan kemampuan dirinya sendiri, padahal belum mencoba mencari akar masalah dan mencoba mengatasi rintangan tersebut. 2. Apatis. Tidak bereaksi apa pun terhadap rintangan hidup. Berdiam diri

GONJANG GANJING RUMAH TANGGA

Gambar
 GONJANG GANJING RUMAH TANGGA Penulis : Lidwina Ro Adalah wajar jika dalam perjalanan kehidupan berumah tangga suatu saat ada gonjang ganjingnya atau guncangannya. Tidak bisa dihindari, masalah yang menguji kesetiaan dan kesabaran pasti akan muncul. Di dunia ini tidak ada yang namanya pernikahan sempurna. Tidak ada. Mengapa? Karena untuk menyatukan dua pribadi berbeda dengan pola asuh dan latar belakang yang berbeda pula itu tidak gampang. Semua butuh waktu panjang (Dan kalau belum siap dengan konsekuensi menikah, ya, mending memilih jadi jomblo saja lah, karena di mana-mana hatiku senang, eh!) Di antara beberapa masalah atau ujian rumah tangga yang sering kali terjadi pada suami istri contohnya adalah : 1. Kehadiran anak. 2. Masalah ekonomi/ keuangan. 3. Komunikasi yang buruk. 4. Pasangan yang terlalu sibuk bekerja. 5. Cemburu yang berlebihan. 6. Perbedaan akan prinsip hidup. 7. Perselingkuhan. Semua masalah akan terasa makin berat dan melelahkan jika di kanan kiri bisik-bisik tetan

TOXIC RELATIONSHIP

Gambar
 TOXIC RELATIONSHIP Penulis : Lidwina Ro Dalam bukunya yang berjudul Toxic People (1995) Dr. Lilian Glass, seorang ahli komunikasi dan psikologi berpendapat toxic relation adalah hubungan tidak mendukung satu sama lain, di mana salah satu pihak memiliki kontrol yang lebih besar pada pasangannya. Ya, toxic relationship atau hubungan beracun adalah suatu hubungan tidak sehat yang bisa memberikan efek negatif pada kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang, misalnya gangguan kecemasan, stres dan kehilangan harga diri. Hubungan beracun ini bisa terjadi pada macam-macam hubungan, misalnya hubungan antar teman, antar keluarga, pacar, juga bisa pada pasangan hidup. Hubungan beracun ini tidak boleh disepelekan, karena bisa membawa akibat buruk. Contoh hubungan beracun (pada pasangan) adalah komunikasi buruk yang sarat dengan ujaran kebencian, kritik, sarkasme, dan terus menerus sinis melontarkannya pada pasangannya. Sangat mengontrol pasangannya. Cemburu buta, juga sering berbohong. Semu

Ketika Semua Pergi

Gambar
 KETIKA SEMUA PERGI Penulis : Lidwina Ro Mempunyai teman atau sahabat itu penting. Mengapa? Ya, karena kita adalah makhluk sosial. Makhluk sosial artinya kita itu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, selain itu kita selalu memerlukan dan membutuhkan pertolongan dari orang lain. Tetapi ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita pertimbangkan dalam memilih teman. Nasihat lama berkata, bertemanlah dengan sebanyak mungkin orang, tetapi jangan kita terlalu percaya seratus persen. Dan jika bersahabat, bersikaplah tulus, tetapi tetap bijak memilah-milah masalah, mana yang harus diceritakan, dan mana yang tidak harus diceritakan, ya. Semua itu karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Hanya sekedar waspada dan berjaga-jaga, karena terkadang justru orang terdekatlah yang mampu menikam kita dari belakang dengan lebih tajam dan akurat. Selama kita masih hidup di dunia ini, dan masih bernapas, kita pasti akan menghadapi banyak masalah. Tentu saja. It

UANG PELICIN

Gambar
 UANG PELICIN Penulis : Lidwina Ro  Transparency Internasional Indonesia (TII) pernah merilis posisi Indonesia dalam gerakan anti korupsi. Dari kajian 9 produk survei, Indonesia ditempatkan di urutan 114 dari 176 negara.  Uang pelicin sering dianggap sebagai korupsi masif. Uang pelicin  diartikan pemberian yang biasanya diberikan dalam bentuk uang, dengan tujuan untuk mempercepat atau mempermudah terjadinya pelayanan publik atau pelayanan kesehatan misalnya. Korupsi masif adalah tindakan korupsi yang dilakukan secara terus menerus yang berakibat memunculkan kemiskinan pada masyarakat. Korupsi tersebut bisa membuat masyarakat yang kurang mampu dan masih awam, bertambah sengsara dengan mahalnya harga layanan publik atau kesehatan.  Uang pelicin juga termasuk dalam kategori suap menyuap, di mana ke dua belah pihak ikut terlibat langsung dalam satu persetujuan. Mungkin kita masih ingat era terdahulu, ya, begitu sulitnya prosedur untuk mengurus KTP atau mengurus surat izin usaha di kantor l

BAYANGAN (2)

Gambar
BAYANGAN (2) Penulis : Lidwina Ro  Sementara Bapak masih menatap lekat, Aila menggeser duduknya lebih dekat pada bapaknya. Dia memeluk lembut lengan kekar Bapak, sambil mencoba menata kata. “Pak.” “Hm?” Bapak mengelus rambut Aila. “Benar Aila tidak punya saudara lagi?” “Hanya Aila anak Bapak satu-satunya sebelum Bapak menikah lagi. Ada apa?” Melihat sorot mata Bapak yang teduh, Aila yakin Bapak berkata yang sesungguhnya. Aila pun mencoba tersenyum, tidak mencoba bertanya dan mendesak bapaknya lagi.  *** Tetapi bayangan anak perempuan itu masih menampakkan diri di malam-malam tertentu. Kali ini seperti ada bayangan di belakang punggung Aila yang sedang mengerjakan PR. Aila bisa merasakan kehadirannya. “Mengapa kau ke mari?” tanya Aila lirih, tanpa menoleh. Tidak ada jawaban. Hanya bayangan itu bergeser, lebih dekat lagi ke arah Aila. “Siapa kau sebenarnya?” Aila memberanikan diri menoleh. Benar saja, wajah anak perempuan itu hampir mirip seperti dengannya. Mata, hidung, bahkan rambut. S

BAYANGAN

Gambar
 BAYANGAN Penulis : Lidwina Ro Syukurlah, Malam Jumat sudah berlalu. Malam Jumat adalah hari yang paling Aila benci. Dirinya bahkan tidak tahu alasannya, mengapa membenci malam Jumat. Tidak ada yang khusus. Juga tidak ada sesuatu yang berarti atau yang istimewa di hari itu. Dulu. Hanya saja, sejak dua Minggu yang lalu, tidak sengaja Aila terbangun di tengah malam karena kebelet pipis. Dan di sudut ruang makan itulah, Aila sekilas melihat sosok bayangan perempuan sebayanya. Sedang berdiri di dekat meja makan, dan sekilas melempar senyum padanya, dan seolah ingin berbicara padanya. Aila pun nekat. “Si-siapa kau? Siapa namamu?” Bayangan perempuan itu menyebutkan sebuah nama dengan cepat. Aila terkesiap kaget. Tubuh Aila bahkan sempat membeku dingin. Bukan karena bayangan yang sontak menghilang itu. Bukan. Tetapi pada bayangan perempuan yang wajahnya mirip dengannya itu! Mengapa wajah mereka sama? Siapa bayangan perempuan itu? Mengapa mereka begitu mirip? Otak Aila langsung mengingat-ing

MY MEMORY (3)

Gambar
MY MEMORY (3) Penulis : Lidwina Ro  Aku pun menggeleng sambil tertawa geli. Maklum. “Bukan, Mbak. Bukan! Anda salah oeang. Dia ini Om-ku. Memang semua anak tunagrahita hampir mirip semua wajahnya, Mbak. Memang ini aneh, kan, ya? Tapi begitulah realitasnya.” Wanita yang mungkin adalah tetangga lurah desa sebelah itu terkejut. Dia sontak melepaskan pegangannya pada Om Totok, dan segera meminta maaf. “Oh, maaf, maaf, Bu. Saya tidak tahu. Ternyata begitu, ya?” Dengan sedikit bingung, dia menyeringai malu, sambil menatap Om Totok dari atas sampai bawah. “Wah, mirip sekali,” gumamnya keheranan. *** Meskipun tidak ada hubungan darah sama sekali, dan sering membuat ulah, kami sekeluarga sangat menyayangi Om Totok. Meskipun kadang sulit memprediksi apa yang ada di pikirannya, dan apa yang akan dilakukannya, kami semua tetap berusaha memberi yang terbaik. Terkadang tidak mudah, tetapi hanya kami satu-satunya keluarga yang dia punya sekarang.  Kalau sedang merasa kesal, Om Totok juga sering ming

MY MEMORY (2)

Gambar
  MY MEMORY (2) Penulis : Lidwina Ro  Namanya juga seorang tunagrahita, pasti banyak kekurangan. Penyandang tunagrahita adalah anak yang mempunyai inteligensi di bawah rata-rata anak normal seusianya, sehingga mengakibatkan gangguan atau ketidakmampuan adaptasi perilaku, perkembangan belajar, sosial, penalaran, juga kemampuan hidup. Mereka biasanya tidak bisa hidup mandiri, seperti orang normal lainnya. Mereka selalu membutuhkan pertolongan orang lain, bahkan bergantung pada orang lain. Di tambah lagi, biasanya mereka sulit berbicara, sering bercerita melantur, dan apa yang ada dalam pikiran dan tindakannya sering kali tidak dapat dimengerti. Seperti sekarang ini. Diam-diam aku mengintip ke dalam kamar Om Totok. Aku tercengang. Butuh beberapa detik untuk mengembalikan kesadaranku kembali ke titik awal. Bagaimana tidak? Ternyata dia biang keroknya, yang mengambil semua pulpen Sandra. Satu demi satu pulpen baru Sandra itu dipereteli, menyisakan bagian batang pulpen yang panjang, lalu dia

MY MEMORY

Gambar
MY MEMORI (1) Penulis : Lidwina Ro “Mah, minta uang. Mau beli pulpen.” “Loh? Hilang lagi pulpenmu? Bukannya kemarin sudah beli? Coba periksa lagi di tas.” Sandra menumpahkan seluruh isi tas sekolahnya di atas meja belajar. Tetapi tetap saja pulpen merah muda yang baru kemarin dia beli itu, raib. “Kok, gak ada ya, Mah? Benar-benar lenyap, Mah! Padahal tadi pagi masih ada.” Aku menghela napas bingung. Akhir-akhir ini memang banyak hal ganjil yang terjadi. Ada saja barang di rumah yang hilang dan rusak. Anehnya semua yang hilang dan rusak itu bukan barang mahal. Hanya ganjil saja kalau yang hilang selalu pulpen, korek api, gelang karet rambut anak-anak, dan yang rusak adalah Tote-bag untuk belanja, tali guling bahkan pernah tali pita gaunku tinggal sebelah saja. Semua baru terungkap saat di suatu malam, aku kebelet pipis. Setelah selesai dari kamar mandi, tiba-tiba aku mendengar seperti suara tiupan peluit. Eh? Siapa yang meniup peluit semalam ini? Karena penasaran, aku mengendap-endap m

Semarak Merangkai Kata

Gambar
 SEMARAK MERANGKAI KATA Penulis : Lidwina Ro Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat. Terus menerus melakukannya dengan cinta, walaupun hal itu mungkin kecil, mungkin bagi orang lain besar manfaatnya. SEMANGKA atau Semarak Merangkai Kata, menjadi salah satu wadah menulisku selama lima belas hari di bulan Maret. Salah satu hal yang selalu aku paksakan dari dahulu adalah mengupayakan tidak terlambat posting cerita. Berusaha konsisten. Sebenarnya alasannya hanya supaya tidak kepikiran saja. Supaya hati plong! Bekerja di dunia nyata pun menjadi lebih tenang, tidak gelisah, karena hutang menulis, kan, sudah lunas. Tidak ada ketentuan genre tertentu dalam event Semangka kali ini, membuat kami peserta leluasa dalam menulis, mengeluarkan segala jurus (seperti mau tanding silat saja) Aku sendiri mencoba menulis acak, mulai dari fiksi roman, cernak, horor, humor, bahkan coretan gabut asal-asalan untuk sedikit curhat. Eh! Sebenarnya kita semua adalah ciptaan istimewa dar

SEPAYUNG BERTIGA

Gambar
 SEPAYUNG BERTIGA Penulis : Lidwina Ro Sebuah perahu kecil dilepaskan di tengah sungai. Sendirian, perahu mengambang menyusuri setiap aliran gelombangnya. Terkadang goyah, gemetar dan hilang arah. Lelah atau tidak, dayung kecilnya harus terus bergerak, tergesa belajar membersamai melodi ombak, dan tidak sempat lagi menoleh ke belakang. Mengejar, jatuh, bangun, berguling, basah. Menjemput impian yang tak kasatmata. Gelora aliran sungai yang tidak menentu, memaksa perahu kecil berhadapan dengan banyak tantangan. Batu karang atau kerikil kecil, rintangan tetap harus dilaluinya sendiri. Tidak banyak waktu lagi, karena senja mulai mengganti warna mimpi. Di balik awan, setitik cahaya mentari mendekapnya sejenak, perahu kecil bisa merasakan hangatnya. Tetapi dia tahu, sinar hangatnya hanya sementara. Aliran sungai tak jemu membawanya ke banyak tempat yang tak diketahuinya sebelumnya. Terus, dan terus membawanya. Tak peduli gerimis atau tidak, perahu kecil terus melaju. Terkadang dia merind

KAMAR TIGA BELAS

Gambar
 KAMAR TIGA BELAS Penulis : Lidwina Ro “Tidak apa-apa, Mbak. Aku ambil kamar tiga belas,” ujarku ringan, pada resepsionis, yang tampak terkejut itu. Yuli membelalakkan mata tak percaya. Lilis melongo. Sedang Rosa menggeleng tak setuju. “Mau bagaimana lagi? Kamar tinggal satu. Apa kalian mau, kita tidur berempat?” Aku mengaduh saat Yuli menggebuk keras bahuku. Gila. Makan apa sepupuku itu? Tenaganya super sekali. “Kita cari penginapan lain saja,” usul Rosa lembut. “Tidak perlu Ros, aku sudah capek menyetir mobil. Aku mau segera tidur saja. Di luar hujan deras, dan gelap,” tolakku sambil menatap resepsionis sambil menadahkan tangan. Minta kunci kamar. “Tapi, Mas, kamar itu ....” “Angker? Aku hanya mau tidur, Mbak. Bukan ikut uka-uka.” Di depan Rosa -yang diam-diam kutaksir- aku tidak boleh terlihat lembek. Apa pun mitos yang beredar itu. Lagi pula, aku sudah capek, dan ngantuk berat. Besok pagi aku masih harus mengantar para gadis itu menikmati kawah. Baru beberapa jam tertidur, aku men

KUCING GAYATRI

Gambar
 KUCING GAYATRI Penulis : Lidwina Ro Kucing Gayatri hilang. Dua bulan yang lalu Gayatri menemukan kucing bermata biru, meringkuk kedinginan di teras rumahnya. Bulunya basah kehujanan. Merasa kasihan, Gayatri pun mengambilnya, mengeringkan bulunya dengan handuk, dan memberinya minum susu. Sehari dua hari, Gayatri menunggu, tetapi tidak ada orang yang datang mencari kucing itu. Tetangga kanan kirinya juga tidak ada yang tahu siapa pemiliknya. Sejak saat itu, Gayatri mengambil alih untuk merawatnya. Dia bahkan menamainya Biru, karena kedua mata kucing itu biru. Sayangnya sudah tiga hari ini kucingnya menghilang. Tanpa jejak. Karena itu, Gayatri hanya melongo, saat seorang lelaki tiba-tiba berdiri tegak di depannya pada hari ke empat. Gayatri melongo bukan karena melihat sosok tegap dan ketampanan lelaki itu. Tetapi pada sosok hitam yang menempel mesra di pelukan lelaki itu. Benarkah itu Biru? Ini serasa mimpi yang menjadi kenyataan. Gayatri tidak percaya, dia lalu mengulurkan tangan,

DIANDRA

Gambar
 DIANDRA Penulis : Lidwina Ro Pukul satu malam, aku terjaga. Lagi-lagi aku mendengar suara tangisan tertahan di kamar kontrakan sebelahku. Ah, berhalusinasi kah aku? Mengapa aku sering mendengar suara isak tangis anak kecil?  Aku memang baru sebulan tinggal di kontrakan ini. Seingatku, tetangga sebelahku adalah sepasang suami istri muda dengan dua orang anak. Aku sering melihat anak sulungnya diantar sekolah di pagi hari oleh bapaknya. Sesekali sepulang kerja, aku melihat ibunya menyuapi bayinya. Terkadang dia menyapaku ketika malam menjelang. Entah ke mana dia berdandan cantik dengan riasan tebal.  Sepertinya mereka baik-baik saja. Aku tidak melihat hal yang ganjil, sampai suatu hari aku baru menyadari, kalau Diandra -anak sulung mereka- seeing berwajah murung setiap kali berangkat ke sekolah. “Halo Diandra? Sekolah, ya?” sapaku di suatu pagi, ketika aku akan berangkat kerja ke pabrik garmen. Aku menyukai anak pendiam itu. Selain manis, imut, dia juga lugu. Aku sering membawakannya ma

MASA KECIL BAHAGIA

Gambar
 MASA KECIL BAHAGIA Penulis : Lidwina Ro Siapa yang tidak mau dan tidak rindu kembali menikmati masa kecil lagi? Aku mau, dan aku sering merindukan masa kecilku kembali lagi. Banyak peristiwa indah atau sebaliknya, bagiku masa kecil tetap tersimpan istimewa dalam salah satu sudut ruang hatiku. Meskipun keluargaku bukan dari golongan keluarga kaya, akan tetapi Ayah dan ibuku menyekolahkanku di sekolah yang terbaik di kota Madiun. Uang saku yang diberikan ibuku juga tidak banyak. Setiap jam istirahat, aku tidak pernah jajan. Mau tahu kenapa? Karena semua uang saku aku kumpulkan sedikit demi sedikit demi menyewa komik atau majalah di persewaan buku, yang berada dekat dengan rumahku. Maklum, hobi membaca. Bahkan ketika SD aku sudah keranjingan membaca komik seri silat Kho Ping Ho. Apa ada yang seperti aku? Ketika libur sekolah tiba, biasanya ibuku membawaku berlibur ke Kediri, di rumah kakek-nenek di desa. Hal serupa terjadi dengan para sepupuku. Liburan sekolah adalah ajang pertemuan b

SANG PENGANTIN

Gambar
 SANG PENGANTIN Penulis : Lidwina Ro “Loyo amat, Jo! Ngopi sini dulu!” Tanpa menunggu, Paidi langsung berteriak memesan satu gelas kopi lagi pada Yu Tum, pemilik warung kopi. Tarjo duduk malas-malasan di sebelah Paidi. Wajahnya muram. Matanya lesu, dan terlihat memerah. Mungkin karena kurang tidur. “Ada apa, toh, Jo? Suntuk benar wajahmu. Kayak ngurusi negara saja lagakmu, Jo.” Sambil menyeruput kopinya, Paidi merasa kalau Tarjo sedang punya masalah serius. Tarjo mengambil sebuah tape goreng di depannya, dan mengunyah asal-asalan. Paidi melirik waswas. Bukan khawatir pada apa yang dipikirkan besti-nya, tetapi lebih khawatir kalau Tarjo tersedak, karena menelan semua sumbu tape gorengnya. “Hei! Walah, Jo, Jo! Pelan-pelan saja, toh, makannya. Apa, toh masalahmu? Ceritakan saja padaku. Biar hatimu lega,” ujar Paidi menepuk punggung Tarjo penasaran. “Surti, Di.” Sontak, Paidi langsung cengengesan mendengar nama perempuan itu. Surti adalah pacar Tarjo. Nama Surti sudah kondang di desa.

JENI

Gambar
JENI Penulis : Lidwina Ro  Tarjo punya kebiasaan baru. Akhir-akhir ini sering senyum-senyum sendiri dengan ponsel ditangannya. Bukannya cepat mandi sepulang kerja, malah cengengesan tidak jelas di teras. Suaminya itu memang dari dulu ganjen. Sepertinya tidak pernah ada kapoknya. Selalu bikin ulah. “Chat dengan siapa sih, Mas? Kok senyum-senyum sendiri?” Jiwa satpam Surti otomatis muncul. Tarjo terkejut. Buru-buru mematikan ponsel, dan memasukkannya dalam saku celana. Raut wajahnya pun disetel normal kembali. “Cuma teman, Ti. Aku mandi dulu lah. Gerah.” Tarjo pun angkat kaki masuk ke dalam rumah, sebelum kena omelan istrinya. “Teman apa teman, Mas? Awas kalau kau macam-macam lagi.” “Beginilah risiko punya suami ganteng,” jawab Tarjo, yang langsung dilempar sandal oleh Surti. Tarjo juga punya kebiasaan baru. Yaitu keluar rumah sehabis magrib. Dandanannya rapi dan wangi. Perginya pun hanya jalan kaki. Tidak pernah membawa sepeda motor. Dalam hati Surti semakin curiga. Setiap hari mencoba

WANITA MALAM

Gambar
WANITA MALAM Penulis : Lidwina Ro   Tarjo menatap tak berkedip ke arah Tutik. Gadis manis berambut panjang, yang senyumnya mampu merontokkan jantung Tarjo. Bicaranya lembut dan manja. Sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan Surti istrinya yang cerewet dan cempreng suaranya.  Ini ke dua kalinya, Tutik menghampiri meja Tarjo, dan menemaninya ngopi, juga mengobrol ringan. Siapa yang tak suka jika malam-malam begini ditemani oleh wanita secantik Tutik? Hm, beberapa pengunjung warung malah mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua. Ah, mereka pasti iri karena dirinya akrab dengan Tutik. Tiba-tiba ponsel jadul Tarjo berbunyi nyaring. Tarjo yang sedang menikmati manisnya wajah Tutik, sambil mengunyah singkong goreng itu terkejut. Lalu biru-buru meraih ponselnya untuk mengetahui siapa yang mengganggu malam syahdunya. Ish! Ternyata istrinya, Surti. Nadanya di ujung sana begitu tak sabar, menanyakan keberadaannya, dan juga menyuruh pulang dengan judes. Surti minta diantar ke bidan, karena

KETIKA BISU

Gambar
 KETIKA BISU Penulis : Lidwina Ro Ketika hendak ke dapur, dan melewati kamar paling sudut, sejenak langkahku terhenti. Serasa ada magnet di depan pintu kamar yang dipenuhi dengan stiker kesebelasan sepak bola dari manca negara itu. Beberapa menit kemudian aku memberanikan diri membuka pintunya perlahan. Ketika bisu dan kelu menjajah hati, aku memutuskan untuk mencari sedikit kehangatan sebagai peredam nyeri. Lalu sebuah senyum merekah pun menantiku di sana.  “Apa tidak bisa kau taruh handuk di tempatnya, Vino?” Aku berkacak pinggang menatap handuk basah yang dilempar sembarangan di atas ranjang. Vino anakku menoleh, dan cengengesan melihat ekspresi wajahku. Senyuman jahilnya seperti biasa meluruhkan hatiku. “Duh, gitu saja Mamah ngambek. Nanti cantiknya hilang.” Pandai merayu! Persis papanya. “Kenapa hari ini pulangnya sore?” tanyaku menyelidik. “Biasa, Mah. Sepak bola dulu.” “Kan, sudah sering Mama bilang. Pulang sekolah pulang. Lalu makan dulu. Lah, tadi apa Vino sudah makan siang?

DIAM

Gambar
 DIAM Penulis : Lidwina Ro “Mengapa kau kemarin diam saja?” cecarku sengit kepada Raga, setelah berada dalam mobil Raga Ini untuk pertama kalinya aku meminta dijemput, meskipun aku sudah lama mengenal Raga. Raga adalah teman kecilku. Bukannya menjawab, lelaki itu malah tertawa geli. Santainya Raga menanggapi protesku membuat aku jadi semakin kesal. “Asem! Kau minta dijemput untuk membicarakan ini, Ra?” Masih tertawa, Raga menggelengkan kepalanya. “Pertunangan ini bukan permainan, Raga!” “Yang main-main siapa? Aku tidak main-main.” Sekilas Raga menatap tajam. Hatiku berdesir menerima tatapan itu. Selalu begitu. Aku membalas mendelik. “Kau, kan, sudah punya pacar. Mengapa kau diam saja kemarin, dan tidak mengatakan terus terang keadaan yang sebenarnya pada kakekku?” “Tapi kau, kan, tidak punya pacar?” Aku melongo, lalu melengos malas. Laki-laki ini! Selalu saja punya jawaban tak masuk akal. Punya pacar atau tidak, bukankah itu urusanku? Tetapi Raga sudah punya pacar. Bisa-bisanya Raga

RAPUH

Gambar
 RAPUH Penulis: Lidwina Ro  Perjumpaanku dengan Surti sebenarnya hanya suatu kebetulan. Wanita yang pernah merantai hatiku di masa lalu itu, ternyata masih punya sengat yang cukup kuat, sehingga membuat dopaminku bergolak. Sebagai lelaki yang mapan dan stabil, kukira perjumpaanku dengan Surti adalah sebuah dejavu kecil yang menyenangkan. Ajaibnya, hatiku menolak untuk kompromi. Ternyata rasa cintaku yang lama, hanya mengendap di dasar hati saja. Tidak mati. Di mataku Surti tidak berubah sedikit pun setelah tahun-tahun  mengubahnya menjadi seorang wanita dewasa. Bagiku Surti masih seperti dulu. Seorang yang lembut, suka mengalah, sabar, dan selalu bisa menenangkan hatiku. Sifatnya yang pengalah itu juga lah yang membuatku dan Surti dulu harus terpisah. Karena tidak mungkin bagi Surti untuk berani melawan orang tuanya. Lagi pula orang tua Surti tidak pernah menyukaiku karena aku selengekan dan produk perceraian. Mereka lalu memaksa Surti menikah dengan lelaki terbaik versi mereka.  “Teri

SETENGAH HATI

Gambar
 SETENGAH HATI Penulis : Lidwina Ro  Mungkin tidak banyak orang yang menyadari, selama kita masih punya masa depan, berarti kita dilarang kecewa. Sebab orang yang kecewa itu tidak punya masa depan. Yang dia punya hanya lah waktu berjalan. Mengapa? Karena dia hidup di masa lalu, dan roh nya adalah trauma. Orang yang seperti ini sudah tidak punya masa depan. Orang-orang produk trauma tidak bisa di bawa maju oleh Tuhan. Mereka itu seperti hidup segan, tetapi mati tak mau. Mari belajar menjadi orang yang tidak mudah kecewa, karena kekecewaan itu bisa merusak masa depan kita.  Jangan lupa, Tuhan itu jagonya dalam membuat skenario dalam  kehidupan setiap orang. Apa pun peran yang kita dapatkan, semua pasti ada tujuannya. Jadi tidak perlu buru-buru menarik kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak adil.   Jangan lah kita melihat masa lalu dengan penyesalan. Jangan pula kita melihat masa depan dengan ketakutan. Lebih baik melihat sekeliling kita dan belajar menjadi bijak. Tetap berusaha menjadi orang b

RENJANA

Gambar
 RENJANA Penulis : Lidwina Ro “Maafkan aku, Tarjo. Aku benar-benar tak berdaya. Aku sungguh terjepit. Kau tahu sendiri, kan, bagaimana adat bapakku.” Dalam hati aku mengerang. Kutatap Surti dengan putus asa. Rasanya ingin kutinju siapa saja yang lewat di depan warung kopi Mak Juwariah. Andai aku punya uang banyak, pasti sudah kuhancurkan warung reyot Mak Juwariah -tetapi segera akan kuberi padanya segepok uang kompensasi- sebagai pelampiasan atas warungnya yang ambyar. Sayang, aku hanya preman pasar kere. Siapa juga warga di desa yang tidak kenal tentang perilaku Malik, bapak tiri Surti? Tukang sabung ayam, benalu hidup yang bisanya menumpang makan di rumah istrinya? Cih! Berani-beraninya Malik tua bangka itu menjual anak tirinya pada Danu, anak juragan sapi Wiryo yang kaya raya? Bagaimana bisa, Surti kesayanganku akan dinikahkan paksa? “Aku harus bagaimana, Jo?” Surti mulai terisak, meminta saran. Mak Juwariah yang duduk diam di pojokan warung, sebentar-sebentar melirik ke arahku d