SEPAYUNG BERTIGA


 SEPAYUNG BERTIGA

Penulis : Lidwina Ro

Sebuah perahu kecil dilepaskan di tengah sungai. Sendirian, perahu mengambang menyusuri setiap aliran gelombangnya. Terkadang goyah, gemetar dan hilang arah. Lelah atau tidak, dayung kecilnya harus terus bergerak, tergesa belajar membersamai melodi ombak, dan tidak sempat lagi menoleh ke belakang. Mengejar, jatuh, bangun, berguling, basah. Menjemput impian yang tak kasatmata.

Gelora aliran sungai yang tidak menentu, memaksa perahu kecil berhadapan dengan banyak tantangan. Batu karang atau kerikil kecil, rintangan tetap harus dilaluinya sendiri. Tidak banyak waktu lagi, karena senja mulai mengganti warna mimpi.

Di balik awan, setitik cahaya mentari mendekapnya sejenak, perahu kecil bisa merasakan hangatnya. Tetapi dia tahu, sinar hangatnya hanya sementara. Aliran sungai tak jemu membawanya ke banyak tempat yang tak diketahuinya sebelumnya. Terus, dan terus membawanya.

Tak peduli gerimis atau tidak, perahu kecil terus melaju. Terkadang dia merindui dekapan sang mentari hangat, tetapi tidak ada jalan untuk kembali lagi. Waktu menggerus hari.

Rintik gerimis perlahan menjelma hujan. Perahu kecil menggigil kedinginan. Pada sebuah ilalang liar berduri, dia tersangkut. Semula asing, tetapi hangat, karena rimbun daun hijau ilalang memayunginya dari rinai hujan. Sesaat tenang, berani letakkan beban. Perahu kecil bernapas lega, bisa terlelap melepas penat.

Berlindung dan bersembunyi dalam dekapan hangat ilalang, perahu kecil sampai lupa pada duri yang melekat pada ilalang. Semalaman mencoba bertahan sepayung bertiga. Abaikan goresan luka dari duri ilalang. Mimpi menjadi resah gelisah. Menunggu fajar. Berharap hujan akan reda pada esok pagi.

Aliran sungai menyisir jejak. Seperti seorang sahabat, mencari keberadaan perahu kecil. Untuk kembali menjemput, dan melanjutkan petualangan. Mengajaknya kembali bersama mengalir, melewati segala rintangan yang ada di depan.

Perahu kecil menatap ilalang, Meskipun membisu dan tahu ilalang tak akan pernah memayunginya seperti semalaman, perahu kecil mengerti segalanya tak kan pernah sama lagi.

Perahu kecil pun perlahan pergi. Melepaskan diri dari payung ilalang berduri. Sepayung bertiga terasa sesak. Meskipun sengat durinya menancap sangat tajam dan membekas, perahu kecil rela menerimanya. Tetap mendekap asanya, dan melaju bisu. Menyimpan sendiri rahasia, seumur hidupnya. Selalu sendirian. Seperti semula.


Cikarang, 140323

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU