Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

SERIN (2)

Gambar
 SERIN (2) Penulis : Lidwina Ro  Ya, aku mengakui, aku memang sering membela Serin. Aku sendiri tidak mengerti, mengapa selalu ada keinginan dalam hatiku untuk membela dan melindungi Serin, walaupun Serin memandangku sebelah mata. Tidak apa-apa. Dia hanya seorang bocah yang sedang terluka. Itu saja.  Serin terluka dan bingung karena kedua orang tuanya bercerai ketika dia masih SD. Kemarahannya semakin meningkat karena ibu kandungnya tidak mau membawanya. Pada akhirnya dia harus dititipkan pada orang tua Mas Arga di kampung sementara Mas Arga tetap melanjutkan bekerja di Surabaya. Awalnya Mas Arga tidak setuju saat aku ingin memindahkan sekolah Serin di Surabaya. Tetapi melihat sepasang matanya yang dingin saat aku berkunjung di rumah mertua, seperti ada dorongan kuat di hatiku untuk membawanya ke kota. Aku seolah-olah pernah mengenal sepasang mata seperti mata milik Serin. Sepasang mata yang menjaga jarak karena takut terluka lagi.   *** Di luar ruang kelas Serin, aku membuka lagi buku

SERIN

Gambar
 SERIN Penulis : Lidwina Ro Aku sontak membuka mata saat mendengar suara menggelegar Mas Arga. Sambil menajamkan telinga, aku mencoba mengumpulkan ingatan. Rasa lelah dari siang tadi begitu menumpuk sehingga aku ketiduran saat menidurkan Satria. Aku mendengar Mas Arga membentak seseorang. Tetapi bentakan Mas Arga rupanya tidak ada tanggapan. Aku hanya menangkap suara kemarahan Mas Arga saja yang dominan tinggi, dan sampai kedengaran di dalam kamar tidur.  Ah! Ya, ampun! Itu pasti Mas Arga sedang mengomeli Serin yang baru pulang. Entah dari mana saja anak itu seharian. HP Serin mati sejak siang, sehingga aku sulit menghubunginya.  Buru-buru aku mencari sandalku, lalu keluar dari kamar tidur. Seperti biasa Mas Arga tak bisa mengendalikan emosinya. Semua pertanyaan bernada menyudutkan, tidak memberi kelonggaran pada anak yang masih duduk di bangku SMP itu. “Ayah tidak mau ini terulang lagi, Serin! Kau dengar?”  Seperti biasa, anak SMP itu hanya menunduk jika dimarahi. Tidak menjawab sepat

PIPI DONAT (2)

Gambar
 PIPI DONAT (2) Penulis: Lidwina Ro Rikok tergelak mendengar jawabanku yang agak ketus. Melihat caranya tertawa, sepertinya dia bahagia sekali kalau berhasil membuatku jengkel. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Terkadang aku ingin sekali tahu. “Aku harus pulang, Rik.” Bukannya minggir, lelaki itu malah menghadang di tengah jalan. Duh, mau apa dia menghalangi kali ini? “Lain kali banyaki gula donatmu. Apa gula sekarang mahal?” Aku menarik napas dalam-dalam. Dulu katanya donat yang aku jual terlalu kecil. Kemarin katanya donat agak gosong. Sekarang kurang gula. Loh, kalau tidak suka, ya tidak usah beli. Begitu saja, kok repot. Ah, tentunya aku hanya menggerutu di dalam hati. Mana berani aku membantah? Apalagi menantang matanya Riko. Aduh! “Pipi Donat! Aku bicara kamu malah pergi. Besok ulangan Bahasa Inggris, aku  pinjam catatan PR, ya!” Tanpa menjawab, aku menyingkir. Dulu memaksa menyontek PR Kimia. Kemarin pinjam catatan Fisika, sekarang catatan Bahasa Inggris. Heran aku. Kok ad

NOVEL PERTAMAKU

Gambar
 NOVEL PERTAMAKU Penulis : Lidwina Ro Segala sesuatu yang terjadi pertama kali di dalam hidup akan bermakna istimewa sekali. Misalnya ketika kita masuk sekolah SD pertama kali. Masuk sekolah SMP pertama kali. Masuk sekolah farmasi pertama kali. Naksir seseorang pertama kali. Jalan bareng dengan pacar pertama kali. Proses melahirkan pertama kali. Menimang bayi untuk yang pertama kali. Mendengar mulut bayi sulung kita pertama kali menyebut ‘mama’ .... Masih banyak hal-hal yang terjadi pertama kali di hidup ini yang tidak tersebutkan. Semua yang pertama kali itu, terekam sangat baik di kepala dan tidak mudah dilupakan. Setiap kali ada saja hal pemicu untuk mengingat kembali kenangan dan perjuangannya di masa itu. Ehm. Seperti halnya buku solo saya yang pertama ini. Sangat berkesan sekali. Apalagi bagi orang awam seperti saya. Sebenarnya saya belum lama ikut komunitas menulis, yaitu kurang lebih masih sembilan bulanan. Eh, seperti seorang ibu yang sedang mengandung, ya. Akhirnya saya melah

PIPI DONAT

Gambar
  PIPI DONAT Penulis : Lidwina Ro Aku benci dengan Riko. Lelaki itu tidak hanya jahil, tetapi juga selalu menggangguku setiap hari. Ada saja cara Riko membuat aku jengkel, tetapi aku selalu pura-pura tidak mendengar ocehannya yang kadang menyakitkan hati itu. Tak jarang Riko mengomeni rasa daganganku dengan suara keras. Tentu saja dia punya tujuan supaya aku dapat mendengar komennya sekaligus menyaksikan tawa teman-temannya yang merasa lucu dengan semua komen Riko tentang donat. Dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu tidak membuatku menyesali diri. Semua yang mampu aku kerjakan untuk keluarga, aku jalani tanpa bersungut-sungut. Salah satunya adalah membantu ibuku berjualan donat. Setiap hari aku menitipkan donat bikinan ibuku di kantin sekolah. Seminggu ini aku bahkan rela bangun pagi-pagi sekali demi membuat risoles mayones untuk meningkatkan pendapatan. Tahun depan adikku akan masuk SMP. Perlu biaya untuk membeli seragam, buku tulis, dan alat sekolah lainnya. Otomatis aku harus m

TELUR ASIN

Gambar
 TELUR ASIN Penulis : Lidwina Ro Apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar kota Brebes? Ya, betul, bawang merah dan telur asin! Hari gini bawang merah mahal lagi naik daun. Sumpek enggak, sih? Nggedabrus telur asin saja, ya.  Nah, pada awalnya telur asin digunakan untuk ritual sembahyang orang Tionghoa kepada Dewa Bumi di Brebes. Bercermin dari sejarah ini, maka telur asin diangkat oleh Kemendikbud sebagai warisan budaya pada tahun 2020. Lambat laun telur asin menjadi makanan oleh-oleh khas dari Brebes. Masyarakat Indonesia ternyata banyak yang menyukai telur asin, karena rasanya yang gurih dan masir. Masir adalah telur yang bertekstur seperti ada pasirnya. Mengapa telur asin bisa masir? Karena telur itik atau bebek ini lebih berminyak dari pada telur ayam, sehingga mengeluarkan minyak setelah selesai pengolahan. Telur asin juga sudah menjadi hidangan utama, dan hidangan sampingan. Proses pembuatan telur asin ternyata cukup praktis, loh. Bahan-bahannya adalah telur itik atau be

LUKISAN IKAN KOI

Gambar
 LUKISAN IKAN KOI Penulis : Lidwina Ro  Ikan koi adalah ikan yang awalnya berasal dari Persia. Lalu dibawa ke Jepang dan dikembangkan di sana. Ikan dengan corak warna cerah itu memang sangat disukai banyak orang. Bahkan ikan koi disebut-sebut sebagai ikan pembawa keberuntungan. Masyarakat Jepang menyebut ikan koi dengan sebutan Nishikigoi. Artinya kurang lebih ikan yang berwarna-warni. Indonesia mulai mengenal ikan koi pada tahun 1991. Pada waktu itu kaisar Jepang Akihito datang ke Indonesia, dan memberi puluhan ikan koi sebagai kenang-kenangan kepada Bapak Presiden Soeharto. Di pasar internasional, ikan koi merupakan primadona ikan hias air tawar sampai sekarang. Harganya sampai menembus jutaan rupiah.  Jadi tidak heran kalau ikan koi selain merupakan hewan peliharaan, juga bisa menjadi sumber penghasilan karena pangsa pasar yang besar. Banyak orang memelihara ikan koi untuk dijadikan hiasan penambah nilai estetika dan tampilan cantik rumah-rumah pribadi di ruang tamu, tempat makan, j

PABRIEK KUWEH

Gambar
PABRIEK KUWEH Penulis : Lidwina Ro Sesuai janji yang kemarin, masih nggedabrus sekitar wisata di Lembang, ya. Kali ini membahas kuliner yang mengganggu panca indra pengunjung, ya ... terutama penciuman. Nah, sudah dari kejauhan, bau harum kue menguar mengganggu iman saja. Yuk, ikuti jejaknya! Tidak jauh dari Animal Show, melewati air terjun kecil yang indah dan sejuk, sampailah pada sumber wangi kue. Entah mengapa tertulis dengan ejaan lama, Pabriek Kuweh. Yang jelas gerai kue di Farmhouse Susu Lembang, sangat unik tempatnya. Mengapa? Pertama kali melihat tokonya, pasti pengunjung sedikit ragu. Apa benar itu toko kue? Karena toko kue tersebut tidak tampak seperti menjual kue. Coba perhatikan sekali lagi. Toko kue tersebut di tata masuk menjorok agak ke dalam dengan tampilan luar batu-batu alam yang besar. Nyaris seperti gua. Hanya penanda papan  hijau besar dan tulisan putih di atasnya saja lah yang membuat langkah berhenti. Ini sangat aneh dan unik sekali. Mana ada toko kue yang terse

GEMBOK CINTA

Gambar
GEMBOK CINTA Penulis : Lidwina Ada pemandangan yang unik ketika mengantar anak-anak mengisi liburan ke Farmhouse Susu Lembang, Bandung. Sepertinya ini baru pertama kali aku melihatnya. Area wisata ini menanjak naik. Dan di ujung jalan menanjak, mataku sempat menyapu pagar yang berwarna warni mencolok mata. Setelah mendekat dan memperhatikan dengan jeli, ternyata warna warni dari pagar tersebut bukan berasal dari cat. Beratus-ratus atau mungkin beribu-ribu gembok beraneka warna menghiasi sepanjang pagar tersebut. Wah!! Gembok itu sebenarnya gembok biasa saja. Hanya gembok yang terbuat dari besi yang mudah didapat di toko. Ada yang berukuran kecil, ada juga yang berukuran sedang. Bila diperhatikan, gembok tersebut dalam keadaan terkunci pada kawat di sepanjang pagar yang berada di sisi kiri dan kanan jalan setapak. Yang unik adalah ada dua nama yang terukir atau tertulis di atas gemboknya. Kalau tidak salah tebak, kemungkinan besar nama-nama itu adalah nama sepasang kekasih yang saat itu

KEBUN SAWO BUDE TINAH

Gambar
 KEBUN SAWO BUDE TINAH Penulis : Lidwina Aku menghitung uang kembalian dari Bude Tinah dengan cermat. Sebelas ribu lima ratus rupiah. Sudah benar, uang kembalian belanja sudah pas. Aku tersenyum lega, lalu mengangguk pamit pada pemilik warung yang bertubuh subur itu sambil membawa belanjaan dalam kantong keresek putih. Bahan-bahan untuk membuat bakwan jagung dan bakwan sayur untuk di olah besok pagi oleh Ibu, supaya bisa dititipkan di kantin sekolahku.  “Sudah magrib. Langsung pulang ya, Ti. Bulikmu pasti sudah menunggu di rumah. Tidak usah mampir ke mana-mana,” pesan Bude Tinah sambil matanya sekilas menatap keluar warung, di mana gerimis belum menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. “Iya, Bude,” sahutku mengangguk sopan sambil mengembangkan payung pelangi kesayanganku. “Apa bulikmu masih sakit kepala? Tumben menyuruhmu belanja.” “Sudah agak sembuh, Bude. Tapi belum kuat berjalan jauh.” Bude Tinah mengantarku sampai pagar depan rumahnya. “Ingat! Langsung pulang, ya. Jangan mampir main

SETELAH SEWINDU (3)

Gambar
SETELAH SEWINDU (3) Penulis: Lidwina Ro Ada kilatan bara di mata Rei. Ah, siapa yang peduli dengan dokter tampan itu? Tetapi aku bersikeras menahan air mata. Sengaja mengaduk teh manis hangat dengan keras sampai berdenting gelasnya. Meneguk cepat, agar tenggorokan segera menemukan kehangatan kembali. Atau hanya sekedar untuk mengalihkan rasa pilu yang terlanjur membeku yang tiba-tiba menyelinap diam-diam? “Mengapa kau melakukan semua ini padaku, Ara?” “Apa yang aku lakukan?” tanyaku dengan alis berkerut. Berusaha bersuara setenang mungkin, aku menatap lelaki yang pernah menguasai jiwa ragaku, dulu. “Ra, kau sengaja menyembunyikan kebenaran itu dariku. Aku tahu kau sangat membenciku. Tapi ....” “Kebenaran yang mana, Rei?” potongku cepat. Rei menatapku lama dan sayu. Mendengar suaraku yang naik satu oktaf, lelaki itu mencoba meraih tanganku. Aku buru-buru menarik tanganku dengan gugup. Lalu satu kalimat meluncur seperti sebuah petasan yang dilempar di telingaku. “Kebenarannya ... kalau R

SETELAH SEWINDU (2)

Gambar
SETELAH SEWINDU (2) Penulis : Lidwina Rohani. Namanya Rei. Dokter Rei. Entah skenario apalagi yang dirancang oleh Tuhan, sehingga aku dipertemukan kembali dengan monster ini. Sudah sewindu lewat aku tidak pernah bertemu dengan mukanya lagi. Lebih tepatnya aku menghindar. Buat apa menghadirkan sosok tampan dengan sepasang mata coklat yang teduh itu setelah pengkhianatan yang sudah diperbuatnya dulu? Aku memejamkan mata. Berusaha melenyapkan kilasan-kilasan manis dan nyaris indah itu dari seluruh tengkorak kepalaku. Tetapi tetap saja aku gagal menyingkirkannya, walaupun seratus persen aku tahu Rei sudah ingkar janji untuk menikahiku. Dulu. Ya, Rei lebih memilih menikahi teman kuliahnya di luar negeri. Rasanya baru kemarin semua itu terjadi. Lumuran manis madu yang dikucurkan di atas kepalaku. Sampai aku tak bisa membedakan mana mimpi dan mana tanah untuk tempat aku berpijak.  Semua seolah terbaca sama oleh retinaku. Atau ada yang salah dengan otakku yang kecil ini, sehingga keluguan ini

SETELAH SEWINDU

Gambar
 SETELAH SEWINDU Penulis : Lidwina Rohani Jantungku seperti berhenti berdetak saat mendengar kabar dari Ibu, bahwa Rio mengalami kecelakaan. Seraut wajah jagoan kecilku itu melintas cepat di kepala, selanjutnya aku tidak ingat apa-apa lagi. Hal terakhir yang aku ingat hanya kegelapan yang berputar-putar di sekeliling. Lalu kedua kaki yang lemas, tak mampu menopang kaki sendiri. Aku tiba-tiba ambruk di lantai. Sepanjang perjalanan dari Bekasi menuju kota Surabaya -rumah Ibu- aku tidak bisa menghentikan isak tangis meskipun Mas Danang berusaha menenangkan aku. Mas Danang bilang, kondisi Rio sudah mulai stabil meskipun sempat kehilangan banyak darah dan memerlukan transfusi darah. Ah, andai saja permintaan Rio untuk berlibur ke rumah neneknya tidak aku kabulkan, mungkin Rio dan pamannya tidak  mengalami kejadian tabrak lari seperti sekarang ini. Ah, bodohnya aku. Ibu macam apa aku ini sehingga sampai tidak mendampingi anakku berlibur?  Dengan langkah panik dan setengah berlari aku menuju

JAKARTA FAIR 2022 (2)

Gambar
JAKARTA FAIR 2022 (2) Penulis : Lidwina Ro Ada yang mencuri perhatian saat berada di PRJ kemarin Sabtu. Yaitu stan kesehatan. Hm, merasa sudah lama tidak ceki-ceki kesehatan, akhirnya mampir sebentar.  Banyak petugas medis di sana. Mempersilakan dengan ramah pengunjung untuk singgah. Setelah beberapa saat memperhatikan kesibukan mereka dengan pasien yang berhasil mampir ke stan, timbul rasa penasaran juga di dalam hati untuk mengecek, apakah tubuh ini baik-baik saja di dalam sana. Sepertinya banyak di antara kita semua yang ‘merasa’ tubuh baik-baik saja. Untuk lebih akuratnya, maka petugas medis perlu setitik darah untuk di teliti di bawah mikroskop. Wah, jadi berdebar-debar, nih, apakah saya termasuk golongan yang sehat, atau sedang bermasalah dengan kesehatan. Karena pada kenyataannya, banyak orang yang merasa dirinya sehat, tetapi tiba-tiba saja ambruk, dan jatuh sakit mendadak, karena terdeteksi mengidap suatu penyakit.   Beberapa pertanyaan seputar gejala tubuh yang tidak biasa da

JAKARTA FAIR 2022

Gambar
 JAKARTA FAIR 2022 Penulis : Lidwina Jakarta Fair atau lebih di kenal dengan nama PRJ atau Pekan Raya Jakarta, di gelar di Arena Jakarta International Expo, di Kemayoran, Jakarta Pusat. Pesta hiburan rakyat ini hanya ada sekali dalam setahun dalam rangka untuk memperingati hari jadi atau ulang tahun kota Jakarta. PRJ buka dari siang sampai malam selama tiga puluh sembilan hari mulai dari tanggal 9 Juni sampai dengan 17 Juli. Karena pandemi, PRJ sempat dua tahun tidak di gelar. Tahun 2022 PRJ di buka kembali. Tentu saja masih harus menaati prokes, ya! Ngomong-ngomong, ada apa saja di PRJ itu? Nah, berapa ya harga tiketnya? Harga tiket masuk PRJ agak beragam, sesuai pilihan harinya (Senin Rp. 30.000,-  Selasa - Kamis Rp. 40.000,- sedangkan Jumat - Minggu di patok  Rp. 50.000,-)  Ingin tahu apa saja yang ada di dalam PRJ? Oh, sangat banyak. Bermacam-macam atraksi dan fasilitas tersaji di sana. Banyak stan baju, sepatu, tas, elektronik, otomotif, bahkan produk skincare. Tetapi yang seru, d

Pabrik Gula Banjaratma

Gambar
 PABRIK GULA BANJARATMA Penulis : lidwina_ro Entah mengapa, tempat yang unik selalu menjadi pusat perhatian. Terekam baik di pikiran, dan selalu mengundang langkah dan niat untuk kembali mengunjunginya. Salah satu tempat yang tak pernah lupa disinggahi ketika pulang melewati tol Brebes adalah Pabrik Gula Banjaratma. Lebih tepatnya adalah Rest Area  KM 260B Heritage Banjaratma. Dari kejauhan memang pabrik tua tersebut tidak begitu menarik. Apalagi kalau singgahnya pada waktu malam hari. Tempatnya agak suram dan membuat hati tak enak. Dan lampunya bersinar temaram, di atas bangunan lama. Tidak terlalu terang. Pada awalnya, singgah ke sana karena ingin ke toilet saja. Tidak di sangka ada pemandangan menarik yang lumayan untuk menumpas kejenuhan dalam perjalanan melewati jalan tol yang monoton dan membuat mengantuk Pak Sopir. Bangunan pabrik gula itu telah beralih fungsi. Sekarang banyak berjajar rapi dan teratur kios-kios makanan, pusat oleh-oleh, suvenir, baju, kerajinan seni, dan promo

IKATAN BATIN (4)

Gambar
Ikatan Batin (4) Penulis : Lidwina Rohani “Mengapa Nenek menangis?” tanya Kirana sambil tersenyum heran, menatap dengan mata jernih membola.  Tangis Mama pun semakin menjadi. Mengusap dan mencium Kirana tiada henti. Aku hanya bisa terpaku dan membeku dalam diam. Untuk sesaat aku merasa takut pada suatu tali yang bernama ikatan batin. Diam-diam perasaan bersalah dan ngilu mengalir senyap di sudut hatiku. Terasa sakit dan menyesakkan dada. Rasa ngilunya hampir sama ketika Mas Bayu mengumumkan akan menikahi sekretarisnya tanpa bertanya terlebih dulu padaku, di hari yang sama ketika paginya aku memegang tes kehamilan yang bergaris dua. Yang belum sempat aku katakan pada Mas Bayu atau Mama. Tuhan, haruskah aku tetap membisu untuk yang kedua kalinya?   *** “Kau baik-baik saja?” Mas Arda memeluk bahuku saat aku terdiam di tepi ranjang Kirana yang sudah terlelap beberapa menit yang lalu. Aku menoleh, sambil membetulkan letak selimut Kirana, aku mencoba tersenyum. Dengan lembut Mas Arda membawa

IKATAN BATIN (3)

Gambar
IKATAN BATIN (3) Penulis : Lidwina Ro Ah, sudah enam tahun berlalu, mengapa wanita yang tidak berikatan darah denganku itu masih saja ingin melihatku? Mengapa Tuhan? Tanganku sedikit bergetar ketika aku menekan bel.  Mas Bayu yang membukakan pintu. Aku sedikit kaget. Sesaat aku larut dalam sorot matanya yang tidak ingin aku terjemahkan lebih jauh. Apa yang terjadi sesungguhnya, aku sudah tidak peduli lagi. Seribu tanya yang tidak pernah terjawab di antara kami, sudah berhasil aku endapkan ketika Mas Arda hadir dan bersikeras menyeretku ke taman berwarna penuh kehangatan yang nyata.  Suara kursi roda yang mendekat segera mengalihkan pandanganku. Aku menghambur ke pelukan wanita tua itu, menumpahkan rindu yang kubelenggu sendirian selama ini.  “Lisia ... Lisia, ke mana saja kau.” Mama menciumiku dengan mata berkaca-kaca.  “Mamah!” seruku tak kalah haru dan cengeng. Kurengkuh tubuh renta yang semakin kurus itu. Entah apa yang terjadi, yang aku rasakan hanya bahagia bisa berada dalam peluk

IKATAN BATIN (2)

Gambar
 “Tidak, Lis. Pokoknya Mama mau kamu tidak pergi dari rumah ini. Kamu ini anak Mama!” Sambil mengecup kening Mama, aku merasakan pipiku hangat oleh air mata. Oh, Tuhan ... di mana lagi akan kutemukan ibu seperti dia di dunia ini?  Tapi hatiku sudah mengeras. Bukan karena aku tidak menyayangi mertuaku yang menderita stroke ini. Tetapi karena hati ini terlanjur menjadi kepingan kesedihan yang berserakan, dan tak dapat di satukan lagi. Jadi buat apa serpihan penderitaan ini di pajang di rumah Mama? Atas dasar apa? Ah, sungguh konyol kalau aku bertahan di rumah ini. Padahal seharusnya aku bisa merawat Mama sampai Mama sembuh. Tapi Mas Bayu, ah! Sungguh keterlaluan sekali. Semua juga tahu aku sudah berobat ke mana-mana dan berusaha menghadirkan buah hati. Hanya karena Mas Bayu tidak sabar, akhirnya menjadi berantakan seperti ini. Sebersit dendam seolah juga turut membutakan egoku. Mbok Darmi yang asyik menyusut air matanya di pojokan dapur sudah aku wanti-wanti semua yang harus dia kerjakan

IKATAN BATIN

Gambar
 IKATAN BATIN Penulis : Lidwina Ro Ada semacam kecemasan yang menyeruak di relung hati tatkala mataku menangkap bangunan tua yang berdiri kokoh itu. Kuremas kedua tangan berkali-kali, sebagai usaha untuk menenangkan debar hati yang tak keruan. Mataku berkeliling pada rumah dengan lampu teras yang temaram itu. Sejenak menghirup aroma udara di sekitar yang terasa semakin lama semakin menyesakkan dada. Langkahku terpaku di luar pagar. Sementara mataku semakin memburam. Bukan karena terhalang  sore yang semakin gelap. Tetapi karena oleh kilasan peristiwa pedih yang tak pernah benar-benar pergi dari ingatanku. “Aku akan menikahi Tari. Dia sudah hamil.” Kalimat Mas Bayu itu bukan saja sangat mengejutkan aku. Tetapi juga membuat Mama Lestari, mertuaku membelalak tak percaya. Bagai palu raksasa menghantam telak hatiku. Bahkan kopi di atas nampan yang akan kuberikan pada Mas Bayu, jatuh ke lantai karena kedua tanganku yang gemetar hebat tak kuat menyangganya. Nada perkataan Mas Bayu sangat memb