JENI


JENI

Penulis : Lidwina Ro 


Tarjo punya kebiasaan baru. Akhir-akhir ini sering senyum-senyum sendiri dengan ponsel ditangannya. Bukannya cepat mandi sepulang kerja, malah cengengesan tidak jelas di teras. Suaminya itu memang dari dulu ganjen. Sepertinya tidak pernah ada kapoknya. Selalu bikin ulah.

“Chat dengan siapa sih, Mas? Kok senyum-senyum sendiri?” Jiwa satpam Surti otomatis muncul.

Tarjo terkejut. Buru-buru mematikan ponsel, dan memasukkannya dalam saku celana. Raut wajahnya pun disetel normal kembali.

“Cuma teman, Ti. Aku mandi dulu lah. Gerah.” Tarjo pun angkat kaki masuk ke dalam rumah, sebelum kena omelan istrinya.

“Teman apa teman, Mas? Awas kalau kau macam-macam lagi.”

“Beginilah risiko punya suami ganteng,” jawab Tarjo, yang langsung dilempar sandal oleh Surti.

Tarjo juga punya kebiasaan baru. Yaitu keluar rumah sehabis magrib. Dandanannya rapi dan wangi. Perginya pun hanya jalan kaki. Tidak pernah membawa sepeda motor. Dalam hati Surti semakin curiga. Setiap hari mencoba mengingat-ingat satu persatu tetangganya. Siapa tahu ada yang statusnya janda muda di gang rumahnya.

Tetapi Surti punya rencana lain. Sudah dua kali Tarjo main hati. Surti dendam, dan kali ini dirinya tidak mau kecolongan untuk yang ke tiga kalinya. Pokoknya hari ini dia bertekad menangkap basah Tarjo.

“Mau ke mana, Mas?”

“Biasa, ke kafe baru di ujung jalan itu.”

Surti mengangguk, dan menjalankan rencananya. Diam-diam dia mengikuti Tarjo dari belakang, dengan jarak aman terkendali.

Tarjo tidak bohong. Suaminya memang masuk ke sebuah kafe baru. Ta-tapi ... siapa wanita berambut panjang yang menyambutnya dengan akrab itu?

Surti mengepalkan tangan. Dendamnya makin berkobar-kobar. Apalagi dia melihat dari kejauhan, Tarjo dan wanita itu duduk bersebelahan.

Tanpa pikir panjang lagi, Surti bergegas masuk ke dalam kafe. Dengan marah dia menghampiri wanita itu, dan menjambak rambutnya dengan kesal.

“E, eh Ti, jangan Ti! Lepaskan!” seru Tarjo kaget setengah mati.

“Siapa dia, Mas? Berani-beraninya kamu membela dia!”

Tarjo berusaha memisahkan mereka dengan panik.

“Kamu salah sangka, Ti!”

“Siapa wanita murahan ini, Mas?”

Tarjo menghela napas kesal. “Lepaskan dulu rambutnya, dan lihat saja sendiri!”

Dengan kasar Surti membalikkan badan wanita kurus itu, dan sesaat dia melongo tak percaya.

“Masih ingat aku, Ti?”

Senyum manis itu mengguncang jiwa Surti. Lemas Surti duduk terkulai.

“Ka-kau, kau ....”

“Iya, aku Jeni, eh, Jono teman sekampungmu. Aku sekarang pemilik baru kafe ini, Ti. Jangan marah sama Tarjo lagi. Kami hanya kangen, lama tidak bertamu teman sekampung." Senyumnya kemayu, sambil mengedipkan mata dengan genit. 


Cikarang, 080323

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU