Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

KUKUH

Gambar
 KUKUH Penulis : Lidwina Ro  “Apa kamu Alisa?” Aku terjingkat kaget. Galah yang aku pegang untuk menjolok mangga hampir saja terlepas dari genggaman. Segera aku mencari ke arah sumber suara yang asing bagi telingaku. Lalu aku menemukan sebuah senyum tengil, dengan ke dua mata berwarna hitam dan dalam, dari seorang lelaki jangkunga. Aku membuang muka, lalu kembali menatap ke atas pohon, meneruskan membebaskan galahku yang tersangkut ranting. Semakin kutarik semakin tersangkut. Sungguh menjengkelkan sekali. Merepotkan saja. Bikin jengkel! Tiba-tiba lelaki itu melompati pagar, dan dalam sekejap sudah berada di halaman kakekku. Belum sempat reda kagetku, lelaki itu mengambil alih galah dari tanganku. Tanpa bicara dia membantu membebaskan galah yang tak tahu diri itu. “Kau suka mangga?” tanyanya sambil menatap lurus ke arah mata. Aku gelagapan karena jarak di antara kami yang terlalu dekat. Buru-buru aku melangkah mundur, menjauh. Sungguh, dia ini ... “Yang matang atau yang muda?” desak lel

SARAPAN

Gambar
 SARAPAN  Penulis : Lidwina Ro  “Alisa, bangun. Enggak beli sarapan dulu, Lis? Katamu mau bangun lebih pagi biar kamu enggak antre? Ayo, cepat bangun.”  Ibu membangunkan aku, sambil menggoyang-goyang lembut lenganku. Ibu memang tepat waktu. Selalu tahu saja kapan waktunya perut mulai keroncongan. Aku melirik ke arah jam dinding. Masih pukul setengah enam pagi. Waktu yang pas saat perut gaduh minta di isi. Entah mengapa ketika di rumah Kakek, tiba-tiba aku tak ingin melewatkan sarapan. “Ini uangnya, Lis. Pergilah mandi dulu.” Aku bangun dan berjalan ke arah jendela. Sisa-sisa tetesan air hujan kemarin malam yang menempel di kaca jendela, masih belum lah pudar sepenuhnya. Jalan perumahan juga masih terlihat basah dan lembab. Beberapa daun kering jatuh di teras. Menciptakan gradasi yang kontras di atas keramik. Masih enggan mengguyur air ke seluruh badan, aku memutuskan untuk gosok gigi dan mencuci muka saja. Biar cepat ke tempat tujuan. “Aku nasi jotos saja, Mbak!” teriak Andika, adikku.

PULANG KAMPUNG

Gambar
PULANG KAMPUNG Penulis : Lidwina Ro  Sebuah sepeda motor berhenti di depan warung, tepat ketika aku sedang nongkrong santai tak jauh dari warung. Seorang lelaki kira-kira berumur tiga puluhan tahun -yang aku prediksi sebagai kepala keluarga- memarkir motor bututnya dengan wajah letih. Sang istri yang sedang menggendong balita, turun dari boncengan. Berikut turun seorang anak lelaki kecil berjaket lusuh dengan mata yang agak mengantuk. Sebuah kardus mi yang diikat tali rafia, diletakkan di depan sepeda motor dekat kaki pengemudi, lalu di tumpuk dengan tas keresek berwarna merah yang sarat dengan barang. Atau mungkin juga itu berisi makanan. Juga bisa pakaian atau sejenisnya. Pokoknya aku menerka semua itu pasti barang-barang keperluan untuk menyambut lebaran. “Ayah, aku ingin minum es teh!”  Dalam keletihannya, lelaki itu mengangguk sambil tersenyum, dan menggandeng anak lelakinya masuk ke dalam warung. Sebelum mereka masuk ke dalam warung, mereka mencuci tangan terlebih dahulu, baru be

TRADISI LEBARAN

Gambar
 TRADISI LEBARAN Penulis : Lidwina Ro  Ada beberapa tradisi yang unik dan menarik, yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Mungkin tradisi ini hanya ada di negara Indonesia. Pasti banyak dari kita yang sudah familier, bahkan pernah mengalaminya secara langsung. Apa saja tradisi yang unik ini? Mudik. Atau yang di sebut pulang ke kampung halaman masing-masing, berkumpul kembali untuk merayakan bersama-sama keluarga dan sanak saudara, adalah kegiatan yang tidak asing lagi di masyarakat Indonesia.  Aparat kepolisian akan bekerja keras mengatur lalu lintas dalam mengatur jalan raya, dan mengatasi kemacetan yang pastinya tidak dapat dihindari. Bahkan di televisi, bapak presiden menghimbau pengaturan tanggal arus mudik dan arus balik masyarakat, agar tidak terjadi penumpukan penumpang di bandara, terminal, stasiun kereta api, atau yang berkendaraan pribadi.  Ziarah Kubur. Ya, sebelum merayakan hari raya Idul Fitri, ada sebagian masyarakat yang melakukan ziarah kubur. Banyak kelu

MEGA 3

Gambar
MEGA 3 Penulis : Lidwina Ro  Aku melirik ke jam dinding. Sudah hampir pukul sembilan malam. Kesempatan baik untuk mengalihkan perhatian Mega dari pertanyaannya yang ruwet. Bisa-bisanya anak SD sekecil Mega memilih sendiri seorang ayah baru. Bukan main. “Sudah malam, waktunya tidur, Mega. Besok kamu sekolah pagi. Ayo, sikat gigi sekarang.” “Mah, besok Sabtu, Om Ares mau ajak Mega ke Mal. Boleh, ya, Mah?” “Mega mau nonton film apa?” “Mau makan-makan. Tante Selfi nanti juga ikut.” “Tante Selfi?” tanyaku sambil menahan lengan Mega. “Apa Mamah mau ikut juga? Nanti aku bilang sama Om Ares, kalau Mamah mau ikut, ya?” “Eh!” Buru-buru aku mendelik sambil menggeleng tanda menolak. “Siapa bilang Mamah mau ikut? Sebaiknya kamu tidak ikut, Mega. Nanti kita berangkat sendiri ke Mal, kalau begitu.” “Mengapa begitu, Mah?” protes Mega tidak senang. Buru-buru aku mencoba tersenyum menenangkan. “Karena Mamah sudah lama tidak jalan-jalan dengan Mega, kan? Sebentar lagi kamu ulang tahun. Kita beli baju ula

MEGA 2

Gambar
MEGA 2 Penulis : Lidwina Ro   “Bisa, kan, Mah? Bisa, kan, aku punya papa baru seperti Silvi?” Diam-diam aku menarik napas. Suaraku seperti hilang, entah ke mana. Kulirik Mega yang masih penasaran menunggu jawabanku. “Mengapa Mamah diam saja? Apa Mega tidak bisa punya Papa baru seperti Silvi, Mah?” Linglung harus menjawab apa. Yang aku tahu mulutku terbuka tertutup tak jelas seperti ikan mas koi. Hanya bisa menatap Mega dengan lidah kelu. Aku bagai berhadapan dengan seorang monster cilik yang lupa caranya untuk berlari. Entah setan dari mana yang berhasil merecoki otak anak semata wayangku itu. “Mah!” Lagi-lagi Mega mengagetkanku saat melihatku membeku dan hanya bisa terpaku diam. “Bisa, enggak, sih, Mah?” ulang Mega yang rupanya masih tidak mau berhenti mendesak. Kutarik nafas lagi sebanyak mungkin, untuk memenuhi asupan udara demi jantungku yang tiba-tiba mendadak konslet. “Bisa apa?” sahutku masih belum mengerti jalan pikiran Mega. Kali ini Mega merengut. Setelah membuang potongan

MEGA

Gambar
 MEGA (1) Penulis : Lidwina Ro Dengan susah payah aku mencoba membuka kembali sebuah ruang yang sudah terkunci rapat-rapat di sudut hati pada lorong gelap yang tak berlampu. Menyingkirkan satu demi satu salur-salur duri yang menutupi permukaan daun pintunya. Meskipun durinya perih menggores, akan tetapi mungkin ini sudah waktunya aku membuka ruang yang sebenarnya tidak ingin aku buka sampai aku menutup mata. “Apakah benar papa Mega sudah meninggal, Mah?” Pertanyaan sederhana dari seorang anak kelas dua SD itu cukup membuat seluruh tubuhku menegang. Aku menatap anak tunggalku yang sedang bersila di karpet depan televisi, sambil sibuk memotong kuku jari kakinya. Anak itu bahkan bertanya sambil lalu, dan tidak menoleh. Bahkan wajahnya tidak menunjukkan guratan garis yang serius. Dulu aku memang pernah menjelaskan pada Mega bahwa papanya sudah meninggal lama saat Mega masih kecil. Aku yakin, Mega sudah mengerti. Lalu apa yang terjadi hari ini sehingga Mega bertanya mengenai papanya lagi? A

PEMANDIAN GUCI

Gambar
PEMANDIAN GUCI Penulis : Lidwina Ro Ketika di hari raya Idul Fitri sudah bertemu dengan keluarga, sudah saling memaafkan dan sudah menyantap hidangan khas lebaran. Lalu apa lagi yang biasanya dilakukan untuk menghabiskan sisa liburan lebaran bersama dengan keluarga tercinta? Ya. Betul. Rekreasi jawabannya. Masih dalam suasana liburan lebaran, bermacam-macam tempat rekreasi ditawarkan, dan tentunya sudah siap untuk memanjakan para pengunjung yang datang. Salah satu tempat wisata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Tengah, khususnya di Tegal, salah satunya adalah tempat wisata alam, yaitu Air Panas Guci. Pemandian air panas Guci terletak di kaki gunung Slamet, tepatnya di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Berada di atas ketinggian 1.050 Mdpl. Total luas area hampir mencapai 210 Hektar. Jika di tempuh dari kita Tegal, jaraknya 40 Km. Tempat wisata Pemandian Air Panas Guci ini berhawa sejuk dingin dan punya pemandangan alami yang sangat asri. P

LEBARAN TIBA

Gambar
 LEBARAN TIBA Penulis : Lidwina Ro Bermacam-macam hal dipersiapkan untuk menyambut hari lebaran, yang jatuh pada hari ini, yaitu tanggal 22 April 2023. Hal penting setelah menunaikan salat Id adalah saling bermaaf-maafan dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga, hahka tetangga yang ada di sekitar. Akan tetapi ada satu hal yang tidak kalah penting di hari raya Idul Fitri yaitu tradisi memasak menu makanan untuk disajikan pada hari istimewa dan penuh kemenangan ini. Nah, apa saja sih, hidangan yang selalu hampir ada di setiap meja keluarga-keluarga yang merayakan lebaran? Sebenarnya ada banyak hidangan yang dapat dipilih untuk sajian menu di hari lebaran. Misalnya : Ketupat atau lontong. Seperti yang kita tahu, ketupat adalah beras yang direbus dengan anyaman daun kelapa muda atau janur. Rendang. Makanan berasal dari Padang, dengan bahan dasar daging dengan kuah santan yang kental ini juga makanan favorit banyak orang. Rasanya gurih dan legit. Sambal goreng kentang hati sapi. Maka

BAKDA KUPAT

Gambar
 BAKDA KUPAT Penulis : Lidwina Ro Sunan Kalijaga adalah Sunan pencetus yang pertama diadakannya “Bakda Kupat” atau yang di kenal dengan Lebaran Kupat. Sebenarnya di saat itu beliau memperkenalkan dua tradisi, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Ketupat. Lebaran ketupat adalah salah satu tradisi masyarakat di Indonesia. Apa itu lebaran ketupat? Lebaran ketupat adalah tradisi masyarakat di Indonesia terutama pada masyarakat di daerah Jawa Timur. Masyarakat Jawa secara filosofi mengenal budaya kupatan ini. Berasal dari kiroto boso (akronim) Jawi dari kata “kupat” yang berarti “ngaku lepat” dalam bahasa Jawa, atau mengaku salah. Melalui tradisi lebaran kupat, sesungguhnya manusia diingatkan kembali agar sewaktu lebaran, saling mengakui kesalahan, saling memaafkan dengan di tandai bersalam-salaman atau berkunjung bersilaturahmi ke rumah orang tua, sanak keluarga, dan tetangga kanan kiri di saat hari raya Idul Fitri. Ketupat lebaran biasanya dilaksanakan pada hari ke tujuh atau delapan hari raya

KUKER

Gambar
 KUKER Penulis : Lidwina Ro Salah satu tradisi di Indonesia pada waktu hari raya Idul Fitri adalah tersedianya kue kering -atau yang biasa di sebut kuker- di atas jamuan meja tamu. Kue kering yang adalah kue tanpa mengandung air ini biasanya berbahan : tepung terigu, telur, gula, margarin, susu dan tambahan zat pengembang. Tambahan, isi dan taburannya bermacam-macam, ada buah-buahan, kacang, keju, juga gula halus. Lalu, apa saja kue-kue kering Lebaran yang ikonis itu? Nah, ini dia kue-kue kering yang biasanya wajib muncul mendadak melimpah di hari raya Idul Fitri. Pasti kue-kue kering ini sudah sangat familier, ya. Nastar. Kue nastar adalah kue kering yang rasanya manis, berbentuk bulat-bulat kecil dengan isian selai nanas yang asam segar manis. Tetapi bukan hanya selai nanas yang legit, sekarang nastar pun juga ada yang isiannya keju. Putri Salju. Kue putri salju ini adalah kue kering, biasanya berbentuk bulan sabit, tanpa isi. Dibalut dengan taburan serbuk gula putih halus. Ya, te

H-3

Gambar
 H-3 Penulis : Lidwina Ro Hari Raya Idul Fitri, tinggal menghitung hari. Tentu semua orang ingin menyambutnya dengan persiapan yang matang. Seperti yang sudah kita ketahui, menjelang hari lebaran umat Islam di negara Indonesia itu mempunyai tradisi menyediakan aneka macam kue kering, memasak makanan khas lebaran untuk keluarga, dan untuk kerabat serta tamu. Selain itu juga ada kebiasaan membeli baju baru, mukena baru, sarung, sepatu, sandal dan lain-lain. Di Indonesia juga ada tradisi memberi atau membagi-bagi uang pada anak dan kerabat ketika hari raya Idul Fitri sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan dalam ikatan silaturahmi. Di mal Lippo Matahari dan mal-mal lain di penuhi oleh lautan manusia. Orang tua, muda, dewasa, remaja, dan anak-anak sibuk memilih-milih barang untuk keperluan menyambut hari Idul Fitri. Midnight sale juga amat populer menjelang hari raya dan liburan. Obral diskon tersebar dan di gelar di berbagai pelosok kota besar, kota kecil, bahkan di pelosok-pelosok da

SALEH

Gambar
 SALEH Penulis : Lidwina Ro Dari tempat parkir sebuah mini market, Saleh menatap seorang ibu-ibu yang baru saja keluar dari pintu kaca. Kedua tangannya menenteng tas keresek putih yang penuh aneka makanan dan botol sirop. Dua keresek di tangan kiri dan dua keresek di tangan kanan. Di belakang ibu itu, anaknya juga serupa. Membawa belanjaan di dalam tas keresek. Walaupun tampak berat, akan tetapi wajah ibu dan anak itu memantulkan kegembiraan. Saleh pun menduga-duga, bahwa mereka pasti sedang berbelanja untuk keperluan lebaran yang tinggal menghitung hari itu. Hm, alangkah menyenangkan bila hari Idul Fitri tiba. Akan ada banyak makanan lezat ada di atas meja makan. Kue-kue kering berlimpah. Ada kue kacang, nastar, putri salju, kastenggels bertabur keju. Hei, mengapa bayangan kue-kue enak ini tiba-tiba mengingatkan Saleh pada ibunya? Dengan hati-hati Saleh menggantungkan tas keresek berisi roti tawar dan selai kacang di atas setang sepeda ontelnya, lalu dengan perlahan mengayuh sepeda.

LILIN ULANG TAHUN

Gambar
 LILIN ULANG TAHUN Penulis : Lidwina Ro Lilin tidak pernah dilupakan ketika ada acara ulang tahun (bahasa Inggrisnya : wax) Lilin sendiri adalah salah satu sumber dari penerangan, yang terdiri dari sumbu, yang dibalut atau dikelilingi oleh bahan bakar padat yang mudah sekali terbakar. Cori-ciri utama lilin adalah : keras, tahan air, tidak tahan panas, dan terbuat dari minyak bumi, batu bara minyak serpih. Dari mana asal lilin? Lilin pertama kali dibuat di daratan Mesir pada abad 3000 SM. Konon katanya lilin tertua dibuat di Cina pada Dinasti Qin (221-226 SM) kemudian menyebar ke seluruh dunia. Kalau dipikir-pikir, mengapa, ya, orang yang sedang berulang tahun selalu meniup lilin di atas kue tar ulang tahunnya? Nah, ternyata ini sudah tradisi, dan ada sejarahnya, loh. Dikutip dari laman The Takeout, meniup lilin itu sebenarnya pertama kali ditemukan pada tradisi Yunani kuno, dipercaya suatu keinginan untuk menyenangkan Dewi bulan, yaitu Dewi Artemis. Di zaman Yunani kuno, diharuskan

HAMPERS

Gambar
 HAMPERS Penulis : Lidwina Ro Kalau kemarin itu, kita membahas parsel, maka hari ini giliran kita membahas hampers. Memberikan hampers adalah sebuah tradisi yang sebenarnya sudah lama sekali dilakukan sejak zaman dulu. Gunanya tentu saja untuk menjalin dan menjaga tali silaturahmi agar tidak terputus. Kapan waktu yang pas kita memberikan hampers? Sebenarnya tidak ada patokan khusus dalam mengirim hampers, akan tetapi lebih baik dikirimkan jauh-jauh hari sebelum hari raya keagamaan. Selain itu hampers bisa diberikan pada momen-momen spesial dan penting lainnya seperti wisuda, pernikahan dan lain-lain. Nama hampers sendiri berasal dari Inggris, yang artinya adalah keranjang. Jadi hampers sama seperti dengan kado yang diletakkan dalam sebuah keranjang. Parsel dan hampers, sebenarnya adalah sama-sama sebuah bingkisan untuk hantaran orang terdekat, misalnya orang tua, saudara, kerabat, atau bisa rekan kerja. Tetapi ada perbedaan antara kedua bingkisan ini. Perbedaannya adalah, kalau parse

PARSEL

Gambar
 PARSEL Penulis : Lidwina Ro Hari Idul Fitri tinggal menunggu hari. Di mal, super market, mini market, bahkan di toko-toko sudah lama berlomba-lomba memajang dan menjual aneka parsel dengan indahnya. Tentunya semua sudah tahu, kan, apa itu parsel? Ya, parsel adalah kata yang berasal dari Inggris, yaitu ‘parcel’ yang artinya sesuatu berupa paket yang sudah di bungkus. Jadi intinya, paket yang di bungkus dengan baik, rapi, dan indah di namakan parsel. Parsel adalah bingkisan berupa hadiah yang isinya bisa bermacam-macam, seperti makanan, minuman dalam botol kaca atau kaleng, roti atau kue dalam kaleng , barang pecah belah, barang elektronik, barang rumah tangga, sembako, alat tulis, dan masih banyak lagi. Menjelang hari raya Idul Fitri, banyak orang memberikan parsel pada keluarga, kerabat, teman dekat, juga pada rekan kerja. Isi parsel tergantung dari masing-masing pemberinya. Contoh parsel sembako, isinya bisa : beras, minyak goreng, gula, kecap, sarden, teh celup, mi instan, tepung t

SEMARAK MENULIS

Gambar
 SEMARAK MENULIS Penulis : Lidwina Ro Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat. Terus menerus melakukannya dengan cinta, walaupun hal itu mungkin kecil artinya bagiku, mungkin bagi orang lain, besar manfaatnya. Lupa kapan awalnya, aku mulai mengikuti berbagai macam event menulis dari beberapa komunitas menulis yang mereka selenggarakan. Kegiatan ini menjadi salah satu wadah ajang latihan menulisku, baik itu selama lima belas hari atau tiga puluh hari. Salah satu hal yang selalu aku paksakan dari dahulu adalah mengupayakan tidak terlambat posting cerita. Berusaha konsisten. Sebenarnya alasannya hanya supaya tidak kepikiran saja. Supaya plong! Bekerja di dunia nyata pun menjadi lebih tenang, tidak gelisah, karena hutang menulis, kan, sudah lunas. Ada permintaan genre tertentu dalam event menulis, tetapi ada juga yang tidak menetapkan genre. Jika ada komunitas yang tidak menetapkan genre tertentu, bisa membuat para peserta leluasa dalam menulis, mengeluarkan segala

HATI YANG TERSESAT 3

Gambar
  HATI YANG TERSESAT 3 Penulis : Lidwina Ro  Sulit dipercaya. Apa ini hanya halusinasi kami saja? Atau ini nyata? Di dalam hati, terdengar suara resah yang riuh. Bagaimana mungkin sekarang hatiku sama tersesatnya dengan kakiku?  “Res? Bukankah itu ... itu mereka yang tadi di atas?” gumam Beni sambil menyentuh lenganku. Suaranya sedikit bergetar. Aku mengangguk kaku. Antara percaya dan tidak percaya. Jika dipikir secara logika, bagaimana mungkin mereka bisa mendahului kami? Lagi pula, terakhir kali bertemu, arah mereka tadi berlawanan. Jadi bagaimana bisa dua gadis tanggung itu berada di jalan setapak itu?  Kedua gadis itu masih melambai dalam kejauhan. Kelihatan masih menanti kedatangan kami berdua. “Sudah aku bilang dari awal tadi, kan? Mereka sepertinya aneh, Res. Tapi kau tak percaya.” Hatiku semakin riuh berhitung. Jalan mana yang harus aku pilih? Ke kanan, atau ke kiri? “Coba pikir, apa tidak aneh ketika mereka bilang, rumah mereka dekat dari situ, saat kau tanyakan rumahnya? Mana

HATI YANG TERSESAT 2

Gambar
  HATI YANG TERSESAT 2 Penulis : Lidwina Ro  “Mengapa tiba-tiba langit gelap, ya, Res? Seperti mau turun hujan saja.” Beni mendongak agak heran, memperhatikan awan kelabu yang bergerak amat cepat, saling menggumpal. Sesekali terdengar gemuruh di atas sana. Aku ikut mendongak. Yang dikatakan Beni memang benar. Tapi bukan awan kelabu itu yang membuatku khawatir. Melainkan ... masih bisakah kami berdua mengenali jalan setapak jika tiba-tiba turun hujan nanti? Benar saja. Gerimis halus sudah mulai turun. Dengan kerlingannya, Beni mengajak kembali meneruskan perjalanan yang masih harus kami lalui untuk menuju perkampungan di kaki gunung Batu. “Semakin gelap, Res. Apa kau masih ingat jalan setapaknya? Kau masih ingat?” “Kita lurus saja, Ben,” sahutku singkat. Gerimis yang tiba-tiba turun, sungguh di luar dugaan. Satu-satunya penerangan langit di siang hari yang menjadi andalan, kini terganggu karena mendadak berubah berwarna kelabu. Sambil merapatkan jaket, aku menajamkan mata, mencoba mengi

HATI YANG TERSESAT 1

Gambar
 HATI YANG TERSESAT Penulis : Lidwina Ro “Mengapa rambutannya tidak manis?” tanya Beni sambil menatap lurus seorang gadis tanggung penjual rambutan di tepi hutan yang berjalan beriringan bersama temannya itu. Masih mengunyah rambutan, Beni menaikkan alis. Sekilas aku melihat, tampak sudut mulut Beni menahan senyum, melihat penjual rambutan yang agak ketakutan, dan mulai salah tingkah itu. “Harus ganti rugi ini, ya, Neng!” Aku yang sedang menikmati rambutan, seketika menoleh. Hei! Mengapa curut itu malah mempermasalahkan rasa rambutan yang gak terlalu penting ini, ya? Benar, rambutannya memang tidak terlalu manis. Tapi bukankah rambutannya cukup lumayan juga sebagai pengganjal perut? Gadis tanggung yang mungkin masih belasan tahun itu, menatap ragu Beni. Tangannya saling meremas gelisah. “Bo-boleh, Mas. Silakan. Ambil saja rambutannya yang Mas suka. Masih banyak ini.” “Siapa bilang aku minta ganti rugi rambutan?” Beni mendelik, lalu mendekati gadis tanggung yang langsung wajahnya berub

HUJAN

Gambar
HUJAN Penulis : Lidwina Ro Sebagian orang berdoa agar turun hujan. Sebagian orang lagi, pasti berdoa sebaliknya, agar tidak turun hujan. Pernah terlintas tidak, Tuhan harus mengabulkan doa yang mana dulu? Bagi sebagian besar daerah langganan banjir, di Jakarta seperti Duren Sawit, Pluit, Kelapa Gading, Cilincing, Pulogadung dan kawan-kawannya yang lain, pasti menjadi momok tersendiri jika datang musim hujan. Paling tidak mereka pasti berdoa agar tidak sering turun hujan, atau setidaknya hujan cepat berhenti. Kalau bisa gerimis saja, akan tetapi jangan turun hujan yang sangat deras ( hahaha ) Sebaliknya di beberapa daerah rawan kekeringan seperti di propinsi NTT, juga daerah Gunung Kidul, dan beberapa daerah kering lainnya, musim hujan adalah berkah besar yang tak terhingga. Di daerah kekeringan, hujan sangat di nanti-nantikan sebagian besar oleh masyarakatnya. Masih teringat jelas di memori pada tayangan televisi, bagaimana di suatu daerah terpencil, masyarakat setempat harus berjalan

BIS SILUMAN

Gambar
 BIS SILUMAN Penulis : Lidwina Rohani Keningku berkerut saat tiba-tiba dari kegelapan, sebuah bus melambat dan berhenti tepat di depanku. Bis Gareng rupanya. Sebuah bus tanggung dengan penumpang yang lumayan penuh. Sang kenek menyembulkan kepala, sambil melambaikan tangan. “Jombang, Mbak?” Aku tertegun. Padahal aku tidak merasa mencegat bus itu. Tetapi kenek itu seperti paranormal yang tahu saja tujuanku. Dengan gesit tas ranselku sudah diangkut masuk ke dalam bus. Mau tak mau aku mengikutinya. Pengap menyergap saat aku duduk di kursi bus baris pertama dekat jendela. Aroma aneh dan asing yang tidak pernah aku hirup seumur hidup, seperti berputar-putar mengelilingiku. Aku mencoba melirik seorang ibu yang pulas tertidur di sebelahku. Dia memangku anak perempuan berumur tiga tahunan yang sudah menguap beberapa kali. Anak itu memegang erat boneka barbie tiruan dari plastik. Di seberang kanan kursi, dua penumpang lelaki juga tampak tertidur. Bus kembali melaju. Halus dan mulus. Sopirnya li

SALAH

Gambar
SALAH Penulis : Lidwina Ro Tarjo punya kebiasaan baru. Akhir-akhir ini sering senyum-senyum sendiri dengan ponsel ditangannya. Suami Surti memang dari dulu terkenal ganjen.  “Chat dengan siapa sih, Mas? Kok senyum-senyum sendiri?” Jiwa satpam Surti otomatis membara muncul tak dapat ditahan lagi. “Teman lama, Ti. Aku mandi dulu. Gerah.” Tarjo angkat kaki ke kamar mandi, sebelum kena omelan istrinya yang tahan lama. “Awas kalau kau macam-macam lagi, Mas,” dengkus Surti dengan nada intimidasi. “Beginilah risiko punya suami ganteng,” jawab Tarjo seenak udel, yang langsung dilempar sandal oleh Surti dari jarak jauh. Tarjo juga punya kebiasaan baru. Sering ke kafe sehabis magrib. Hati Surti semakin bertambah curiga. Setiap hari dia mencoba mengingat-ingat tetangganya. Barangkali ada yang statusnya janda muda. Sudah dua kali Tarjo ketahuan main hati. Surti dendam. Kali ini dirinya tidak mau kecolongan untuk yang ke tiga kalinya. Hari ini dia sudah bertekad menangkap basah Tarjo. “Aku ke kafe,

MENJARING ANGIN

Gambar
 MENJARING ANGIN Penulis : Lidwina Ro Setiap orang, baik pekerja kantoran, pelajar, ibu rumah tangga, bahkan penulis, pasti memiliki harapan yang ingin dicapai. Semua itu tentu membutuhkan tahapan atau proses yang tidak bisa instan. Sayangnya banyak orang yang ingin mencapai targetnya terburu-buru, sehingga memaksa diri melakukan berbagai cara, asalkan harapannya terwujud. Memaksa diri adalah perbuatan salah, juga berdampak negatif. Bahkan bisa menjadi bumerang pada dirinya sendiri. Bermula dari ingin mencapai keberhasilan. Akan tetapi orang yang suka memaksakan diri akan berhadapan dengan risiko. Nah, apa itu risikonya? Pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang suka memaksa kehendaknya, akan berujung pada kegagalan. Di saat seseorang memaksakan kehendak diri, sadar atau tidak sadar, pasti akan ada hal yang dikorbankan dari dirinya. Salah satu contoh adalah mengorbankan kesehatan tubuhnya sendiri. Jadi siapa yang menjadi rugi kalau harus mengorbankan kesehatan diri sendiri untuk mencap

EMPTY FEELING

Gambar
 EMPTY FEELING Penulis : Lidwina Ro Entah di mana, dirimu berada. Hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Apakah di sana kau rindukan aku? Seperti diriku yang selalu merindukanmu. Selalu merindukanmu. Penggalan lagu dari Ari Lasso ini pasti sudah familier di telinga masyarakat. Hampa. Ya, itulah judul lagu tersebut. Lagu yang sebenarnya ditujukan pada kakak lelaki dari Ari Lasso yang meninggal. Hampa adalah satu dari sekian banyak emosi yang dimiliki manusia. Penyebab hadirnya perasaan empty feeling atau hampa adalah : - Pengalaman yang menyedihkan, misalnya kehilangan. Bisa kehilangan sesuatu hal yang berarti dalam hidup (seperti pekerjaan, barang kesayangan, peninggalan penting), atau lehilangan orang yang dicintai (seperti orang tua, saudara, pasangan hidup, atau kekasih) - Hadirnya rasa kesepian, kebingungan tentang hidup dan mencapai tujuan hidup. - Kurang motivasi dalam mengejar hal-hal penting dalam hidup. Penulis Margaret Paul, Ph.D, menulis dalam bukunya : cinta adalah salah

KUNCI RUBRIK

Gambar
 KUNCI RUBIK Penulis : Lidwina Ro Sudah tahukah anda,  bahwa permainan rubrik ditemukan secara tidak sengaja oleh profesor arsitektur bermana Erno Rubrik di tahun 1974? Semua pasti sudah familier dengan rubik, kan? yaitu puzzle berbentuk kubus tiga dimensi ini. Barang ini mudah ditemukan di toko-toko mainan. Rubrik adalah kubus-kubus kecil yang tergabung menjadi kubus besar dengan enam sisi. Masing-masing sisi terdiri dari sembilan warna, yaitu putih, kuning, oranye, merah, biru, dan hijau. Ternyata permainan rubik yang awalnya dimaksudkan untuk mengenalkan siswa sekolah pada obyek dari sudut berbagai jenis dimensi ini menjadi sangat digemari oleh banyak masyarakat umum. Permainan ini memang susah-susah gampang, membuat selaras, satu warna dalam satu sisi. Kabar baiknya adalah bermain rubrik yang intinya memecahkan teka teki ini, terbukti bagus untuk kepercayaan diri dan untuk kesehatan mental. Manfaat bermain rubrik antara lain bisa meningkatkan memori, meningkatkan kesabaran, menin

STOP BAPER

Gambar
 STOP BAPER Penulis : Lidwina Ro Terkadang ada perasaan tidak enak, gelisah, risau, penasaran, dan mungkin juga sedikit perasaan iri, mampir ke dalam hati, tatkala melihat orang-orang lebih mudah meraih sukses dibandingkan dengan dirimu. Pertanyaan demi pertanyaan pun mengalir deras tak terbendung. Pertanyaan mengapa aku begini-begini saja, dan mengapa dia bisa begitu cepat berkembang dan sukses, terasa makin menyesakkan dada. Kemudian mencari jawaban atas perbandingan yang tidak seimbang. Menghadirkan rasa tidak adil, dan kurang puas. Ketika tidak dapat menemukan jawaban, akhirnya pikiran pun melayang ke mana-mana, bahkan bisa timbul dalam hati, untuk mencari kesalahan orang lain. Sebagai penyebab keadaan yang terjadi sekarang ini. Stop baper! Berhentilah membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Semua orang itu mempunyai sejarah, dan pergulatan hidupnya masing-masing. Mempunyai rekam jejak dan pengalaman hidup yang berbeda satu sama lain, dan mempunyai prioritas yang berbeda-

FRENEMIES

Gambar
 FRENEMIES Penulis : Lidwina Ro Frenemies atau friend-enemies adalah musuh berkedok teman. Kita sering tidak sadar, sebenarnya kita banyak menjumpai orang seperti ini dalam kehidupan nyata. Bermula karena manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendirian. Artinya manusia membutuhkan bantuan orang lain. Karena itulah manusia menjalin hubungan pertemanan. Sayangnya hubungan pertemanan tidak selalu diisi dengan orang-orang yang baik. Pasti di antara temanmu, ada seseorang yang menjadi musuhmu dengan kedok teman. Orang seperti ini biasanya mau menjadi temanmu karena ada maunya. Percayalah, orang seperti ini mampu berubah menjadi musuh di kemudian hari. Frenemies pandai menyusup dalam pertemanan. Dengan cara halus, mereka biasanya mendekatimu, berpura-pura bersikap terbuka dan sok perhatian. Tujuannya ketika kamu lengah, maka secara tidak sadar, akhirnya kamu membuka diri kepada mereka, bahkan menceritakan semua rahasiamu. Mereka senang ketika mengetahui kelemahan dan kebur