WANITA MALAM
WANITA MALAM
Penulis : Lidwina Ro
Tarjo menatap tak berkedip ke arah Tutik. Gadis manis berambut panjang, yang senyumnya mampu merontokkan jantung Tarjo. Bicaranya lembut dan manja. Sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan Surti istrinya yang cerewet dan cempreng suaranya.
Ini ke dua kalinya, Tutik menghampiri meja Tarjo, dan menemaninya ngopi, juga mengobrol ringan. Siapa yang tak suka jika malam-malam begini ditemani oleh wanita secantik Tutik? Hm, beberapa pengunjung warung malah mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua. Ah, mereka pasti iri karena dirinya akrab dengan Tutik.
Tiba-tiba ponsel jadul Tarjo berbunyi nyaring. Tarjo yang sedang menikmati manisnya wajah Tutik, sambil mengunyah singkong goreng itu terkejut. Lalu biru-buru meraih ponselnya untuk mengetahui siapa yang mengganggu malam syahdunya.
Ish! Ternyata istrinya, Surti. Nadanya di ujung sana begitu tak sabar, menanyakan keberadaannya, dan juga menyuruh pulang dengan judes. Surti minta diantar ke bidan, karena anaknya demam.
Seketika Tarjo gelisah. Bukan memikirkan anaknya yang lagi demam di rumah. Tetapi lebih memikirkan Tutik, karena dirinya belum puas mengobrol.
“Iya, iya, ini Mas lagi ngopi di warungnya Kang Slamet. Sebentar lagi aku pulang.”
Agak kesal Tarjo mengakhiri pembicaraan, dan menyimpan kembali ponselnya di saku celana.
“Disuruh pulang, ya, Kang?” Tutik tertawa manja. Jarinya yang lentik menari, menggoda di atas tangan Tarjo. Membuat lelaki itu sedikit merinding, dan dia hanya mampu mengangguk. Tutik memang mahir mengacaukan hatinya malam ini!
“Gak apa-apa. Pulang saja, Kang. Besok kita, toh, bisa bertemu lagi di sini. Eh, aku permisi ke kamar mandi dulu, ya, Kang.”
Tarjo lalu bangkit menghampiri Slamet untuk membayar kopi.
“Nanti bilang pada Tutik, aku pulang duluan, ya, Kang. Mau ngantar anak ke bidan.”
Alis Slamet berkerut. “Tutik?”
“Wanita yang ngobrol denganku di situ tadi, loh, Kang. Tutik, wanita berambut panjang itu. Eh, apa Kang Slamet, gak kenal dia?”
“Tapi dari tadi kau sendirian duduk di pojok situ, Jo. Kamu juga kulihat berbicara sendirian, loh, dari kamu datang.”
Tarjo melongo. Bulu kuduknya seketika meremang. Pantas saja beberapa pengunjung di sebelah mejanya menatap dengan aneh tadi. Ternyata ...
“Ja-jadi ... si-siapa wanita tadi, Kang?” tanya Tarjo mendadak gugup, sambil matanya celingukan mencari sosok langsing berwajah manis di sekitar warung.
Slamet menghela napas panjang, sebelum lirih berkata, “Istighfar, Jo, dan cepat pulang. Istrimu sudah menunggu di rumah. Kau tahu sendiri, kan, kalau warung Akang dekat kuburan umum desa.”
Cikarang, 070323
Komentar
Posting Komentar