KUCING GAYATRI
KUCING GAYATRI
Penulis : Lidwina Ro
Kucing Gayatri hilang. Dua bulan yang lalu Gayatri menemukan kucing bermata biru, meringkuk kedinginan di teras rumahnya. Bulunya basah kehujanan. Merasa kasihan, Gayatri pun mengambilnya, mengeringkan bulunya dengan handuk, dan memberinya minum susu.
Sehari dua hari, Gayatri menunggu, tetapi tidak ada orang yang datang mencari kucing itu. Tetangga kanan kirinya juga tidak ada yang tahu siapa pemiliknya. Sejak saat itu, Gayatri mengambil alih untuk merawatnya. Dia bahkan menamainya Biru, karena kedua mata kucing itu biru.
Sayangnya sudah tiga hari ini kucingnya menghilang. Tanpa jejak. Karena itu, Gayatri hanya melongo, saat seorang lelaki tiba-tiba berdiri tegak di depannya pada hari ke empat. Gayatri melongo bukan karena melihat sosok tegap dan ketampanan lelaki itu. Tetapi pada sosok hitam yang menempel mesra di pelukan lelaki itu.
Benarkah itu Biru? Ini serasa mimpi yang menjadi kenyataan. Gayatri tidak percaya, dia lalu mengulurkan tangan, mengambil kucingnya dengan penuh haru. Sejujurnya, Gayatri berprasangka kalau Biru tidak kembali lagi.
“Si-siapa kau? Kau menemukan kucingku di mana?” tanya Gayatri serak, menahan isak.
“Aku Bima. Dan kau?”
“Aku Gayatri. Aduh, lihat! Biru semakin gemuk saja. Hm, dasar kucing nakal! Ke mana saja kau, selama ini? Nakal, nakal, nakal!”
Biru mengeong manja. Tangannya menggapai ujung rambut Gayatri huahahaaa. Seperti biasa gadis itu menciumi hidung Biru. Akhirnya Biru kembali ke pelukannya lagi.
Tersadar, Gayatri menoleh malu. Menemukan senyum kecil, dan sepasang mata yang menatapnya lekat.
“Maaf, aku terlalu senang. Terima kasih sudah mengantar Biru kembali.”
Elusan Gayatri pada Biru terhenti karena lelaki itu tidak pergi juga. Apa lelaki itu minta uang? “Eh, ada apa, ya?”
“Sebenarnya itu kucing kami, Gayatri. Rumahku dua blok di belakang rumahmu. Dia memang nakal, suka menghilang. Tadi tak sengaja aku melihatnya di jalan, lalu kuputuskan untuk mengikutinya. Ternyata selama ini dia bersamamu.”
“Ja-jadi ini kucingmu?” Tubuh Gayatri lemas. Wajahnya terlukis gurat kecewa.
“Tepatnya milik adik perempuanku. Bagaimana kalau aku menggantinya dengan yang lain?”
Gayatri tertegun, ditatapnya Bima dengan ragu. “Kau punya kucing lain? Yang setampan Biru?”
Lelaki itu mengangguk.
“Oh, ya? Apa Biru punya saudara? Di mana dia?”
“Di depanmu, Gayatri.”
Gayatri tertegun beberapa detik. Dalam satu titik, kedua mata mereka bertemu, bertaut. Dan Gayatri tersipu.
Cikarang, 120323
Komentar
Posting Komentar