MASA KECIL BAHAGIA


 MASA KECIL BAHAGIA

Penulis : Lidwina Ro

Siapa yang tidak mau dan tidak rindu kembali menikmati masa kecil lagi? Aku mau, dan aku sering merindukan masa kecilku kembali lagi.

Banyak peristiwa indah atau sebaliknya, bagiku masa kecil tetap tersimpan istimewa dalam salah satu sudut ruang hatiku.

Meskipun keluargaku bukan dari golongan keluarga kaya, akan tetapi Ayah dan ibuku menyekolahkanku di sekolah yang terbaik di kota Madiun. Uang saku yang diberikan ibuku juga tidak banyak. Setiap jam istirahat, aku tidak pernah jajan. Mau tahu kenapa? Karena semua uang saku aku kumpulkan sedikit demi sedikit demi menyewa komik atau majalah di persewaan buku, yang berada dekat dengan rumahku. Maklum, hobi membaca. Bahkan ketika SD aku sudah keranjingan membaca komik seri silat Kho Ping Ho. Apa ada yang seperti aku?

Ketika libur sekolah tiba, biasanya ibuku membawaku berlibur ke Kediri, di rumah kakek-nenek di desa. Hal serupa terjadi dengan para sepupuku. Liburan sekolah adalah ajang pertemuan bermain kami. Sering ada rasa bosan, karena tidak bisa menyewa komik seperti biasanya, maka aku belajar naik sepeda ontel saja. Hasilnya? Aku menabrak tiang lampu bambu milik tetangga. Lampunya pecah, dan sepeda yang aku pinjam dari pamanku, penyok. Aku menangis ketakutan. Untunglah pamanku segera datang untuk menolongku. Seru, kan?

Salah satu kenangan terindah adalah ketika aku berhasil masuk sekolah SMPN favorit. Kakek yang adalah pensiunan perwira Angkatan Darat, memberiku hadiah sebuah jam tangan yang indah. Senangnya tingkat dewa waktu itu. Masih kuingat sepupuku ada yang cemberut iri, karena dia tidak mendapat hadiah itu. Nah, itu karena mereka tidak berhasil bersekolah di sekolah negeri.

Oh, ya, nenekku seorang bidan. Waktu itu, aku dan sepupuku selalu menolak tidur siang. Biasanya kami mengendap-endap ke ruangan praktik nenekku, untuk mencuri tablet vitamin C di kaleng obat, yang sudah kami tandai. Vitaminnya berbentuk tablet kecil-kecil dan berwarna oren. Kami membawa vitamin C tersebut diam-diam, lalu kabur berdua sambil tertawa senang (wah, seperti tidak punya dosa saja, ya) Kami lanjut bermain. Memanjat pohon asam atau memetik buah kenitu di belakang rumah Nenek adalah kegiatan favorit kami. Kadang juga bersepeda di siang bolong untuk beli gulali di dekat pasar.

Sepertinya kami menjadi anak nakal yang bahagia waktu itu. Sayang, waktu tidak bisa diputar kembali. Doraemon, bisa tidak aku meminjam kantong ajaibmu?


Cikarang, 100323

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU