SANG PENGANTIN


 SANG PENGANTIN

Penulis : Lidwina Ro

“Loyo amat, Jo! Ngopi sini dulu!” Tanpa menunggu, Paidi langsung berteriak memesan satu gelas kopi lagi pada Yu Tum, pemilik warung kopi. Tarjo duduk malas-malasan di sebelah Paidi. Wajahnya muram. Matanya lesu, dan terlihat memerah. Mungkin karena kurang tidur.

“Ada apa, toh, Jo? Suntuk benar wajahmu. Kayak ngurusi negara saja lagakmu, Jo.” Sambil menyeruput kopinya, Paidi merasa kalau Tarjo sedang punya masalah serius.

Tarjo mengambil sebuah tape goreng di depannya, dan mengunyah asal-asalan. Paidi melirik waswas. Bukan khawatir pada apa yang dipikirkan besti-nya, tetapi lebih khawatir kalau Tarjo tersedak, karena menelan semua sumbu tape gorengnya.

“Hei! Walah, Jo, Jo! Pelan-pelan saja, toh, makannya. Apa, toh masalahmu? Ceritakan saja padaku. Biar hatimu lega,” ujar Paidi menepuk punggung Tarjo penasaran.

“Surti, Di.”

Sontak, Paidi langsung cengengesan mendengar nama perempuan itu. Surti adalah pacar Tarjo. Nama Surti sudah kondang di desa. Siapa yang tidak kenal Surti? Seorang janda muda yang cantik dan sangat seksi, juga tidak punya anak. Tarjo semula berniat menjadikan Surti sebagai istrinya. Sayangnya, dua hari yang lalu Tarjo sudah bercerita, kalau Surti minta putus, karena akan menikah dengan orang lain. Duh! Malang benar nasib sahabatnya ini. Calon pengantinnya diembat orang!

“Halah, Jo, Jo. Kayak di dunia ini gak ada perempuan lain. Ya sudah, cari pengganti sana. Siapa, toh, yang gak mau sama kamu, anak pak lurah Desa Semangkamerah yang ganteng?”

“Tapi aku maunya sama Surti, Di.”

“Lah, kalau begitu, kau selidiki saja siapa orang yang berani merebut pacarmu itu. Bikin perhitungan. Gitu saja, kok, repot, Jo. Minta bantuan bapakmu saja, biar cepat beres urusannya.”

Yu Tum datang meletakkan kopi pesanan, dan Tarjo langsung mengaduk-aduk kopinya agak kasar. Rupanya dia terbawa emosi. Sekali lagi Paidi dibikin waswas melihat cara Tarjo mengaduk kopinya dengan sembarangan.

“Kali ini Bapak gak mungkin mau menolong aku, Di,” keluh Tarjo lirih. Matanya menerawang jauh. Begitu putus asa, dan bingung.

“Loh? Kenapa, kok, begitu?”

“Karena bapakku lah yang akan menikahi Surti sebulan lagi.”

Paidi terperanjat. Matanya melotot kaget. Bukan kaget pada berita yang disampaikan Tarjo, bukan! Tetapi karena dia melihat Tarjo meneguk kopinya yang panas sekaligus, bersama ampas-ampasnya!

Ah! Urusan cinta memang bikin ruwet. Selalu sukses membuat tiap orang menjadi tidak waras.


Cikarang, 090323

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU