MY MEMORY
MY MEMORI (1)
Penulis : Lidwina Ro
“Mah, minta uang. Mau beli pulpen.”
“Loh? Hilang lagi pulpenmu? Bukannya kemarin sudah beli? Coba periksa lagi di tas.”
Sandra menumpahkan seluruh isi tas sekolahnya di atas meja belajar. Tetapi tetap saja pulpen merah muda yang baru kemarin dia beli itu, raib. “Kok, gak ada ya, Mah? Benar-benar lenyap, Mah! Padahal tadi pagi masih ada.”
Aku menghela napas bingung. Akhir-akhir ini memang banyak hal ganjil yang terjadi. Ada saja barang di rumah yang hilang dan rusak. Anehnya semua yang hilang dan rusak itu bukan barang mahal. Hanya ganjil saja kalau yang hilang selalu pulpen, korek api, gelang karet rambut anak-anak, dan yang rusak adalah Tote-bag untuk belanja, tali guling bahkan pernah tali pita gaunku tinggal sebelah saja.
Semua baru terungkap saat di suatu malam, aku kebelet pipis. Setelah selesai dari kamar mandi, tiba-tiba aku mendengar seperti suara tiupan peluit. Eh? Siapa yang meniup peluit semalam ini? Karena penasaran, aku mengendap-endap mengikuti asal suara peluit itu.
Alisku berkerut saat langkah kaki membawa pada satu kamar paling sudut di rumahku. Itu adalah kamar Om-ku, Totok. Sudah empat bulan ini, dia tinggal bersama-sama aku.
Om Totok adalah anak angkat nenekku yang kebetulan seorang bidan desa. Suatu hari salah satu pasiennya meninggal setelah melahirkan. Suami sang pasien yang kurang mampu itu akhirnya menyerahkan bayi lelaki mungil kepada nenekku, yang tak lain adalah Totok. Karena belas kasihan, nenekku pun setuju untuk merawat, juga mengurus surat adopsi.
Saat kakek-nenek meninggal, ibu-ayahku yang merawat Om Totok, karena saudara ibuku yang lain menolak untuk merawat Om Totok. Maklum saja, merawat anak tunagrahita seperti Om Totok ini bukan perkara mudah. Dan ketika ibu dan ayahku meninggal, akulah yang menggantikan, meneruskan merawat Om Totok.
Meskipun tunagrahita, sebenarnya Om-ku ini tidak terlalu merepotkan sekali. Dia termasuk orang yang pendiam, tenang, dan penyayang binatang. Untungnya dia sudah terlatih dari kecil untuk mandi, makan dan cuci piring sendiri. Orangnya juga mudah tersenyum, dan bisa membantu menyapu lantai, membuang sampah dan pekerjaan ringan lainnya.
(Bersambung)
Cikarang, 160323
Komentar
Posting Komentar