SARAPAN
SARAPAN
Penulis : Lidwina Ro
“Alisa, bangun. Enggak beli sarapan dulu, Lis? Katamu mau bangun lebih pagi biar kamu enggak antre? Ayo, cepat bangun.”
Ibu membangunkan aku, sambil menggoyang-goyang lembut lenganku. Ibu memang tepat waktu. Selalu tahu saja kapan waktunya perut mulai keroncongan. Aku melirik ke arah jam dinding. Masih pukul setengah enam pagi. Waktu yang pas saat perut gaduh minta di isi. Entah mengapa ketika di rumah Kakek, tiba-tiba aku tak ingin melewatkan sarapan.
“Ini uangnya, Lis. Pergilah mandi dulu.”
Aku bangun dan berjalan ke arah jendela. Sisa-sisa tetesan air hujan kemarin malam yang menempel di kaca jendela, masih belum lah pudar sepenuhnya. Jalan perumahan juga masih terlihat basah dan lembab. Beberapa daun kering jatuh di teras. Menciptakan gradasi yang kontras di atas keramik. Masih enggan mengguyur air ke seluruh badan, aku memutuskan untuk gosok gigi dan mencuci muka saja. Biar cepat ke tempat tujuan.
“Aku nasi jotos saja, Mbak!” teriak Andika, adikku. Rupanya dia sudah bangun duluan.
“Kalau aku, nasi pecel pakai dua tempe, ya.” Atika -adikku yang lain- buru-buru menimpali.
Aku hanya menggumam lirih. Kuraih kunci sepeda motor, lalu mencari sandal di teras.
Kakek yang sedang duduk di teras tersenyum kecil saat melihatku muncul dengan wajah yang masih mengantuk.
“Kakek mau sarapan apa pagi ini? Nasi jotos atau nasi pecel?”
“Nasi pecel saja, Nduk. Yakin sudah tidak mengantuk lagi?” Ah, Kakek memang suka meledek.
Aku mengulum senyum, lalu menstater motor tua milik kakekku, dan segera melesat pergi, sebelum antrean nasi pecelnya mengular seperti kemarin pagi.
Liburan di desa kakekku memang sangat menyenangkan. Kota Madiun memang tidak terlalu besar, akan tetapi kota ini tidak mudah untuk dilupakan. Terutama dengan nasi pecelnya yang memang terkenal di mana-mana. Siapa yang tidak menyukai nasi pecel Madiun? Aku kira semua orang akan ketagihan dengan makanan murah dan enak itu. Sebungkus nasi pecel yang dijual tak jauh dari rumah kakekku hanya seharga enam ribu rupiah saja. Nasinya panas mengepul, cukup banyak takarannya. Di atas nasi, diberi aneka sayuran, lalu diberi saus bumbu kacang yang tidak terlalu pedas. Pelengkapnya orek tempe, sejumput dendeng ragi, petai cina, irisan kecil timun dan tak lupa daun kemangi. Terakhir sepotong tempe goreng tepung, dan peyek kacang. Oh, ya ampun, perutku semakin gaduh membayangkannya.
Cikarang, 29.04.23
Komentar
Posting Komentar