HUJAN


HUJAN

Penulis : Lidwina Ro

Sebagian orang berdoa agar turun hujan. Sebagian orang lagi, pasti berdoa sebaliknya, agar tidak turun hujan. Pernah terlintas tidak, Tuhan harus mengabulkan doa yang mana dulu?

Bagi sebagian besar daerah langganan banjir, di Jakarta seperti Duren Sawit, Pluit, Kelapa Gading, Cilincing, Pulogadung dan kawan-kawannya yang lain, pasti menjadi momok tersendiri jika datang musim hujan. Paling tidak mereka pasti berdoa agar tidak sering turun hujan, atau setidaknya hujan cepat berhenti. Kalau bisa gerimis saja, akan tetapi jangan turun hujan yang sangat deras ( hahaha )

Sebaliknya di beberapa daerah rawan kekeringan seperti di propinsi NTT, juga daerah Gunung Kidul, dan beberapa daerah kering lainnya, musim hujan adalah berkah besar yang tak terhingga. Di daerah kekeringan, hujan sangat di nanti-nantikan sebagian besar oleh masyarakatnya. Masih teringat jelas di memori pada tayangan televisi, bagaimana di suatu daerah terpencil, masyarakat setempat harus berjalan kaki berkilo-kilo jauhnya hanya untuk mengambil air bersih. Harus mengantre pula. Dan jelas terlihat di televisi, air bersih dari sumber air yang mereka ambil, juga tidak terlalu jernih-jernih amat. Entah bagaimana mereka bisa mengonsumsi air seperti tersebut, dan menyambung hidup bersama keluarga masing-masing. Terpikirkah jika mereka tidak mandi secara rutin? Tidak mencuci baju setiap hari? Apakah mereka bisa memasak dan minum setiap hari? Yang saya tahu, pastilah semua itu adalah campur tangan Tuhan sehingga mereka bisa hidup dan bertahan sampai hari ini.

Lain lagi makna hujan bagi seorang ibu rumah tangga biasa seperti saya. Meskipun perumahan saya bebas dari banjir, akan tetapi musim hujan juga sering membuat saya senewen. Itu karena kebetulan tempat jemuran saya ada di lantai dua. Cuaca mendung sering kali terbaca ambigu.

Kebetulan juga tempat bekerja saya tidak jauh dari rumah. Jadi ketika langit terlihat mendung, saya akan tergesa-gesa pulang sebentar, hanya untuk menyelamatkan jemuran. Sayang, kan, sudah capek-capek mencuci dan pakai pewangi, jika pada akhirnya semua jemuran terguyur hujan? Lebih aman memasukkannya ke dalam rumah. Lalu balik ke tempat kerja.

Baru saja sampai di tempat kerja, langit tiba-tiba cerah dengan sendirinya. Ah, rasanya sayang sekali jika semua jemuran tadi sampai tidak kering. Maka kembali lah saya ke rumah, mengeluarkan semua jemuran.

Bolak balik mengeluarkan dan memasukkan jemuran, juga harus naik turun tangga menjadi suatu hal yang paling menjengkelkan di musim hujan. Alhasil, meskipun jengkel karena lutut mulai dilanda linu akibat sering naik turun tangga, semua fenomena ini harus dinikmati sebagai berkah dari Tuhan yang luar biasa.

Btw, saya permisi otw pulang ke rumah dulu, ya, karena sekarang langit mulai mendung. Melipir dulu.


Cikarang, 09.04.23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU