SALAH
SALAH
Penulis : Lidwina Ro
Tarjo punya kebiasaan baru. Akhir-akhir ini sering senyum-senyum sendiri dengan ponsel ditangannya. Suami Surti memang dari dulu terkenal ganjen.
“Chat dengan siapa sih, Mas? Kok senyum-senyum sendiri?” Jiwa satpam Surti otomatis membara muncul tak dapat ditahan lagi.
“Teman lama, Ti. Aku mandi dulu. Gerah.” Tarjo angkat kaki ke kamar mandi, sebelum kena omelan istrinya yang tahan lama.
“Awas kalau kau macam-macam lagi, Mas,” dengkus Surti dengan nada intimidasi.
“Beginilah risiko punya suami ganteng,” jawab Tarjo seenak udel, yang langsung dilempar sandal oleh Surti dari jarak jauh.
Tarjo juga punya kebiasaan baru. Sering ke kafe sehabis magrib. Hati Surti semakin bertambah curiga. Setiap hari dia mencoba mengingat-ingat tetangganya. Barangkali ada yang statusnya janda muda.
Sudah dua kali Tarjo ketahuan main hati. Surti dendam. Kali ini dirinya tidak mau kecolongan untuk yang ke tiga kalinya. Hari ini dia sudah bertekad menangkap basah Tarjo.
“Aku ke kafe, Ti. Mau ketemu teman.”
Surti hanya mengangguk melihat suaminya yang sudah berdandan necis, dan harum. Dirinya berniat menjalankan rencananya. Diam-diam Sirti mengikuti Tarjo dari belakang, dengan hati-hati.
Ternyata Tarjo tidak bohong. Suaminya memang masuk ke sebuah kafe baru. Tapi, tunggu, tunggu ... siapa wanita berambut panjang yang menyambut Tarjo dengan akrab itu?
Surti mengepalkan tangan. Dendamnya makin berkobar-kobar. Apalagi dia melihat dari kejauhan, Tarjo dan wanita itu duduk bersebelahan dan mulai mengobrol dengan riang.
Dengan geram Surti masuk ke dalam kafe. Tanpa peringatan, dia langsung menghampiri wanita itu, dan menjambak rambutnya dengan sadis.
“E, eh Ti, jangan Ti! Lepaskan!” seru Tarjo kaget setengah mati.
“Siapa dia, Mas? Berani-beraninya kamu membela dia!” Surti melotot beringas dengan jengkel tingkat dewa.
Tarjo pun dengan sigap berusaha memisahkan mereka dengan wajah panik.
“Kamu salah sangka, Ti!”
“Dasar tukang selingkuh!” teriak Surtti naik pitam.
Tarjo mendengkus kesal. “Lepaskan dulu rambutnya, dan lihat saja sendiri!”
Dengan kasar Surti membalikkan badan wanita kurus itu. Sesaat dia melongo kaget tak percaya. Perlahan cekalannya mengendor.
“Masih ingat aku, Ti?”
Senyum manis itu mengguncang jiwa Surti.
“Kau, kau ....”
“Iya, aku Jeni, eh, Jono sahabat suamimu. Aku sekarang pemilik baru kafe ini, Ti. Jangan marah lagi sama Tarjo, ih! Kita, kan, teman sekampung,” senyumnya kemayu, sambil mengedipkan mata dengan genit.
Asem. Ternyata Jono. Kalau Jono, sih, Surti juga sudah lama kenal. Surti pun terduduk lemas, sambil buru-buru meminta maaf.
Cikarang, 07.04.23
Komentar
Posting Komentar