IKATAN BATIN


 IKATAN BATIN

Penulis : Lidwina Ro


Ada semacam kecemasan yang menyeruak di relung hati tatkala mataku menangkap bangunan tua yang berdiri kokoh itu. Kuremas kedua tangan berkali-kali, sebagai usaha untuk menenangkan debar hati yang tak keruan. Mataku berkeliling pada rumah dengan lampu teras yang temaram itu. Sejenak menghirup aroma udara di sekitar yang terasa semakin lama semakin menyesakkan dada.

Langkahku terpaku di luar pagar. Sementara mataku semakin memburam. Bukan karena terhalang  sore yang semakin gelap. Tetapi karena oleh kilasan peristiwa pedih yang tak pernah benar-benar pergi dari ingatanku.

“Aku akan menikahi Tari. Dia sudah hamil.”

Kalimat Mas Bayu itu bukan saja sangat mengejutkan aku. Tetapi juga membuat Mama Lestari, mertuaku membelalak tak percaya. Bagai palu raksasa menghantam telak hatiku. Bahkan kopi di atas nampan yang akan kuberikan pada Mas Bayu, jatuh ke lantai karena kedua tanganku yang gemetar hebat tak kuat menyangganya.

Nada perkataan Mas Bayu sangat membekas di hatiku. Lebih terdengar seperti sebuah kalimat pemberitahuan. Bukan permohonan. Saat itu juga harga diriku sebagai seorang istri seperti diinjak-injak. Bagaimana mungkin aku tidak melihat tanda-tanda hati suamiku yang sudah berbelok arah? Berapa level kebodohanku sesungguhnya? 

Saking kaget dan sakit hati, aku sampai tidak bisa berkata-kata saat itu. Bahkan pikiranku buntu dan membeku. Pukulan itu seperti sudah merusak saraf otakku, sehingga aku hanya bisa memandang tak berkutik pada mertuaku yang menangis di atas kursi rodanya.

  ***

“Mama mohon, kamu tetap tinggal di rumah ini, Lisia.”

Aku tersenyum sumbang. Dengan penuh kasih sayang aku memeluk mertuaku. Sungguh, aku beruntung memiliki mertua sebaik Mama Lestari. Dia sungguh mirip seperti ibuku yang telah tiada. Sabar, pendiam, dan perhatian. Selama aku tinggal di rumahnya, tidak pernah sekalipun mertuaku melukai hati. Dia amat menyayangiku walaupun aku belum memberi seorang cucu yang amat dirindukannya. 

“Lisia harus pergi, Mah. Nanti kan ada Mbok Darmi yang menemani Mama. Juga nanti akan ada istri baru Mas Bayu yang akan menjaga Mama.”

Wanita tua itu mencekal erat kedua tanganku sambil berurai air mata.

“Tidak, Lis. Pokoknya Mama mau kamu tidak pergi dari rumah ini. Kamu ini anak Mama!”

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU