SETELAH SEWINDU (3)


SETELAH SEWINDU (3)

Penulis: Lidwina Ro

Ada kilatan bara di mata Rei. Ah, siapa yang peduli dengan dokter tampan itu? Tetapi aku bersikeras menahan air mata. Sengaja mengaduk teh manis hangat dengan keras sampai berdenting gelasnya. Meneguk cepat, agar tenggorokan segera menemukan kehangatan kembali. Atau hanya sekedar untuk mengalihkan rasa pilu yang terlanjur membeku yang tiba-tiba menyelinap diam-diam?

“Mengapa kau melakukan semua ini padaku, Ara?”

“Apa yang aku lakukan?” tanyaku dengan alis berkerut. Berusaha bersuara setenang mungkin, aku menatap lelaki yang pernah menguasai jiwa ragaku, dulu.

“Ra, kau sengaja menyembunyikan kebenaran itu dariku. Aku tahu kau sangat membenciku. Tapi ....”

“Kebenaran yang mana, Rei?” potongku cepat.

Rei menatapku lama dan sayu. Mendengar suaraku yang naik satu oktaf, lelaki itu mencoba meraih tanganku. Aku buru-buru menarik tanganku dengan gugup. Lalu satu kalimat meluncur seperti sebuah petasan yang dilempar di telingaku.

“Kebenarannya ... kalau Rio adalah anakku.”

Jantungku seperti benar-benar berhenti sekarang. Seluruh tubuhku terasa perlahan-lahan mulai membeku. Sebeku tatapanku pada Rei.

“Kata ibuku memang kau yang menyelamatkan nyawa Rio dengan mendonorkan darahmu yang kebetulan cocok. Tapi bukan berarti kau adalah ayahnya, bukan?” Aku tersenyum sinis.

“Ara, kau salah besar. Ikatan darah dan batin ini tidak bisa berdusta. Aku langsung tahu kalau Rio adalah darah dagingku saat melihat matanya. Kau bohong kalau kau menyangkal mata, rambut, dan hidungnya sama persis seperti milikku, Ara.”

Tamat sudah. Keluhku kelu di dalam hati. Inikah drama kehidupan-Mu yang harus aku jalani? 

“Rei, dengarkan aku baik-baik. Rio adalah anak Mas Danang,” desisku melemah. 

Dengan sekuat hati aku menahan agar air mataku tidak lolos. Sudah sewindu lebih aku mengubur rahasiaku dengan rapi. Siapa yang menyangka ibuku justru bertemu dengan Rei saat mengantar Rio dan adik lelakiku yang kecelakaan. Dan siapa juga yang menyangka kalau Rei sekarang sudah tidak tinggal di luar negeri lagi, tetapi dinas di Indonesia? Semua rahasia yang mati-matian aku jaga ini akhirnya terbuka juga. 

Ya, memang mata, hidung dan rambut ikal Rio semua adalah milik Rei.

Mata Rei berkaca-kaca. “Maafkan aku, Ara. Aku bersalah padamu.”

“Kau mengacau, Rei. Sudahlah, aku mau melihat Rio dulu.”

“Ara!”

Tapi aku tidak berhenti. Kutinggalkan Rei dengan langkah panjang tanpa menoleh lagi. Meskipun Mas Danang bukan ayah biologis, tetapi Mas Dananglah ayah Rio yang sesungguhnya, karena hanya Mas Danang yang merawat dan mencintai Rio sepenuh hati sejak Rio lahir. Sebenarnya aku dan kamu, Rei ... sudah tamat sejak sewindu yang lalu.

(Selesai)

Cikarang, 13 Juli 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU