IKATAN BATIN (4)


Ikatan Batin (4)

Penulis : Lidwina Rohani


“Mengapa Nenek menangis?” tanya Kirana sambil tersenyum heran, menatap dengan mata jernih membola. 

Tangis Mama pun semakin menjadi. Mengusap dan mencium Kirana tiada henti. Aku hanya bisa terpaku dan membeku dalam diam. Untuk sesaat aku merasa takut pada suatu tali yang bernama ikatan batin.

Diam-diam perasaan bersalah dan ngilu mengalir senyap di sudut hatiku. Terasa sakit dan menyesakkan dada. Rasa ngilunya hampir sama ketika Mas Bayu mengumumkan akan menikahi sekretarisnya tanpa bertanya terlebih dulu padaku, di hari yang sama ketika paginya aku memegang tes kehamilan yang bergaris dua. Yang belum sempat aku katakan pada Mas Bayu atau Mama.

Tuhan, haruskah aku tetap membisu untuk yang kedua kalinya?

  ***

“Kau baik-baik saja?” Mas Arda memeluk bahuku saat aku terdiam di tepi ranjang Kirana yang sudah terlelap beberapa menit yang lalu.

Aku menoleh, sambil membetulkan letak selimut Kirana, aku mencoba tersenyum. Dengan lembut Mas Arda membawa kepalaku rebah ke bahunya. 

“Cukup untuk hari ini, Lisia. Jangan berpikir apa-apa lagi.”

“Tapi, aku sedikit takut, Mas ....”

“Apa yang kau cemaskan? Kau hebat hari ini.” 

“Aku rasa ... aku rasa Mama tahu kalau Kirana adalah ....”

“Cucunya?”

Aku mengangguk. 

Mas mengganti lampu tidur Kirana dengan lampu yang redup, lalu menarikku berdiri.

“Sudahlah, biarkan Kirana beristirahat. Jangan sampai dia terbangun dan melihatmu cengeng.”

“Mas!” 

“Ssst! Pelankan suaramu. Ayo kita lihat Bagas dulu, apa dia juga sudah tidur. Kau sudah janji. Kita berdua yang akan merawat Kirana dan Bagas bersama-sama. Kau masih ingat, kan?”

Aku mengangguk. Perasaan hangat mengalir dalam hatiku. Aku tahu, Mas Arda akan selalu berusaha membawaku ke taman berwarna, meskipun di suatu waktu aku selalu kembali pada jalan di mana aku sulit untuk pergi. 

Terus dan teruslah membawaku ke taman yang penuh warna itu, Mas Arda. Bawa aku dan jauhkan dari luka yang ada di belakangku itu. Ingatkan aku mengapa aku harus kuat, Mas Arda. Jangan bosan ingatkan aku dan ikat batinku lebih erat lagi, karena sesungguhnya aku wanita yang paling membutuhkanmu.

(Tamat)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU