SEBUAH RAHASIA
SEBUAH RAHASIA
Penulis : Lidwina Ro
Ada apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi dengan otakku kali ini? Dengan gemas aku menjambak pelan rambutku sendiri. Lalu aku menutup mata, mencoba menghalau penglihatan yang tiba-tiba muncul lagi. Sayang sekali, di depan mataku, layar lebar tak kasatmata itu tetap menayangkan potongan-potongan peristiwa tentang kegiatan sehari-hari, dan pikiran polos Mbok Mimin, pembantu setiaku.
Tiba-tiba menyelinap satu ide di kepalaku.
“Mbok.” Aku menarik lengan Mbok Mimin untuk lebih mendekat padaku. Mbok Mimin pun merapat ke tempat tidurku, di mana aku berbaring.
“Ya, Non?”
“Siapa sebenarnya Tante Evi, Mbok?” tanyaku hati-hati pada pembantu tua yang sudah lama ikut keluargaku, sejak aku masih bayi. Aku percaya Mbok Mimin tidak akan membohongiku.
Mbok Mimin yang sedang mengantar nampan sarapanku, terperanjat kaget.
Sejak selamat dari kecelakaan maut itu, ada suatu perubahan dalam diriku, yang belum kukatakan pada siapa pun. Tidurku tak pernah nyenyak lagi, karena menyimpan rahasia ini.
Sebelumnya, aku tidak begitu menyukai Tante Evi, wanita paruh baya yang tiba-tiba hadir, dan dinikahi Ayah, setelah ibuku meninggal setahun yang lalu. Ayah waktu itu bersikeras, memohon izinku untuk menikahi Tante Evi. Padahal sebelumnya ayah tahu, bahwa aku tidak pernah mengizinkan wanita mana pun masuk dalam keluargaku. Ya, aku memang egois.
Berbeda dengan sifat ibuku yang ceria, Tante Evi wanita yang pendiam dan tenang. Dia melayani keperluan Ayah dengan cermat, pandai memasak, dan rajin membantu Mbok Mimin mengerjakan pekerjaan rumah. Tante Evi bahkan telaten merawatku dengan sepenuh hati, pasca aku mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawaku. Setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Tante Evi juga yang merawat dan menjagaku.
Sementara itu, aku lebih banyak memikirkan keganjilan kecelakaan yang menimpaku. Ada tirai yang belum bisa kusingkap. Sungguh, tidak masuk akal kalau rem mobilku blong waktu itu.
“Mbok, aku sebenarnya sudah tahu siapa Tante Evi. Aku hanya ingin mendengar langsung dari Mbok,” lanjutku.
“Da-dari mana Non Yovi tahu semua ini?”
“Aku bisa membaca pikiran orang. Jadi tolong katakan,” bisikku memohon.
“Eh, nganu, Non. Bu Evi itu, beliau itu ....”
“Dia ibu kandungku, kan?” potongku tak sabar.
Wajah Mbok Mimin memucat.
“Aku sudah bilang, aku bisa membaca pikiran orang, saat bersentuhan dengan orangnya, Mbok.”
( Bersambung )
Cikarang, 03.05.23
Komentar
Posting Komentar