KUKUH (5)


 KUKUH (5)

Penulis : Lidwina Ro


Hampir saja aku akan masuk ke kamar mandi untuk membasuh air mataku, ketika aku mendengar ketukan di pintu depan terdengar samar. Aku tertegun, dan terdiam di tempat. Telingaku berharap, bahwa aku hanya salah dengar.

Tapi tidak. Ketukan itu terus saja terdengar. Bahkan makin sedikit keras. Aku menghela napas jemu. Mengapa Bima harus keras kepala seperti itu? Mengapa lelaki itu bersikeras tetap ingin menjelaskan lagi dengan detil siapa gadis waktu di kafe itu. Bukankah aku sudah bilang, semua tak ada gunanya. Lagi pula, aku dan Bima kan hanya berpacaran saja? Tidak lebih. Sah-sah saja, kan, kalau di tengah jalan menemui perbedaan atau ketidakcocokan Mengapa mesti dibahas lagi, sih? Semua, kan, sudah berlalu. Anggap saja sudah selesai.

Aku mengusap pipiku yang basah dengan ujung bajuku, lalu bergegas ke depan kembali. Mungkin kah ponsel Bima ketinggalan? Ah, tapi tidak. Di meja tamu tidak ada apa-apa selain vas kaca dan bunga krisan plastik berwarna putih. Lalu kira-kira mengapa Bima kembali lagi? Ada apa?

“Alisa? Lama banget, sih, bukanya pintu?”

Sontak aku membelalakkan mata melihat siapa yang datang. Aku segera mendorong daun pintu lebih lebar lagi supaya sahabatku bisa masuk. Dan Amel masuk melewatiku sambil menarik serta tanganku masuk ke dalam.

“Oh, ya, ampun ... ternyata kau, Mel. Maafkan aku.”

Bibir Amel mencebik. “Pasti kau kira Bima, ya? Eh, tapi aku berpapasan dengannya di halaman tadi, dan kau tahu, Lis? Wajahnya kusut dan curiga, loh.”

“Apa? Curiga sama kamu? Kenapa?” tanyaku bingung.

“Bukan sama aku lah, Lis!”

“Loh, terus sama siapa?”

“Sama dia!” Telunjuk Amel mengarah ke arahku. Sesaat aku berpikir keras untuk memahami ucapan Amel. Tapi aku lalu mendengar suara yang berdehem di belakang. Aku memutar tubuh. Dan mendapati tubuh jangkung yang berdiri tenang di ujung pintu dengan senyum tengil. Lalu barulah aku mengerti mengapa wajah Bima kusut dan curiga. Ya, tentu saja karena ada Kukuh!

“Maaf,” ujarku tersipu sambil mempersilakan Kukuh masuk. Jujur, aku tidak melihat Kukuh tadi. Mungkin Kukuh tadi sedang memarkir mobil atau apa lah. Tapi, apa-apaan ini? Tumben Amel membawa Kukuh ke rumahnya?

“Kok sepi, Lis? Ibu ayah dan adik-adikmu pada ke mana semua?” tanya Amel setelah memperhatikan suasana rumah yang lengang.

“Baru saja pergi menengok Bibi yang sedang melahirkan. Sebentar lagi juga pulang.”

“Maaf, tapi apa kau baik-baik saja?” tanya Kukuh tiba-tiba angkat suara.

Aku menggeleng sungkan. Tidak mau merepotkan lagi. Juga tidak mau menafsirkan sorot kedua mata legam Kukuh. Sayangnya, diam-diam ada perasaan hangat, saat lelaki itu bertanya padaku, apa aku baik-baik saja. Ah, apa-apaan ini!


Cikarang, 08.05.23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU