DILEMA CINTA
DILEMA CINTA
Penulis : Lidwina Ro
Sejak SD aku memang sudah menyukai Mas Zhai. Bagiku Mas Zhai adalah pelindung dan penjagaku. Semua itu berawal dari rumah kami yang bersebelahan. Karena hubungan keluargaku dan keluarganya erat, maka ibuku tak sungkan lagi meminta tolong pada Mas Zhai untuk sekalian memboncengkanku dengan sepeda ontelnya, dengan alasan kami satu sekolahan. Mas Zhai juga tidak pernah menolak permintaan ibuku. Dengan senang hati, dia selalu memboncengkan aku. Dia sangat menyayangiku, dan menganggap aku sebagai adiknya. Aku pun menganggapnya sebagai kakak lelaki yang tidak pernah aku miliki.
Seiring berjalannya waktu, aku diam-diam mulai mengagumi Mas Zhai. Walaupun usia kami terpaut lima tahun, akan tetapi aku tidak bisa melenyapkan perasaan suka yang amat dalam ini.
Cinta sunyi ini hanya bisa aku pendam dalam hati, karena Mas Zhai hanya menganggap aku sebagai adiknya saja, walaupun aku sudah bukan kanak-kanak lagi. Hatiku semakin perih menjadi-jadi ketika aku tahu, Mas Zhai ternyata malah naksir berat dengan teman sekelasnya, yaitu kakak sepupuku sendiri, Mbak Kania. Maka lengkap sudah kisah sedih asmaraku yang gagal total. Untunglah aku dan Mas Zhai masih berteman di sosial media. Setidaknya, hanya hal inilah satu-satunya yang menjadi pelipur lara hatiku yang bertepuk sebelah tangan.
Tentu saja aku kaget, tak percaya, gembira, dan linglung setengah mati, ketika Mas Zhai tiba-tiba mengajakku bertunangan. Ini seperti mimpi di siang bolong. Mas Zhai yang kini telah sukses setelah merantau di negeri orang, tiba-tiba ingin memperistriku! Aku benar-benar tidak tahu, apakah harus bahagia atau sebaliknya, karena aku tahu sebenarnya Mas Zhai amat mencintai Mbak Kania.
Aku tentu saja masih ingat tragedi itu! Siapa yang bisa lupa dengan kehebohannya waktu itu? Keluarga Mbak Kania menolak saat Mas Zhai ingin memperistrinya. Dan sesungguhnya aku tahu alasannya, mengapa keluarga Mbak Kania menolak Mas Zhai waktu itu. Mbak Kania sendiri yang bercerita padaku dengan berurai air mata.
Tetapi cintaku pada Mas Zhai memang sudah terlanjur mengakar dan mengurat nadi. Apakah salah jika aku menerima lamaran Mas Zhai? Ah, cinta dalam hatiku ini memang sungguh keterlaluan!
( Bersambung )
Komentar
Posting Komentar