DILEMA CINTA 2
DILEMA CINTA 2
Penulis : Lidwina Ro
Tepat di depan halaman SD, sekolahku dulu, Surti menghentikan sepeda motor. Aku sampai kaget, dan wajahku hampir menabrak punggungnya. Semua lamunanku pun buyar berantakan.
“Ini sudah hampir sore, Yu. Mengapa dari tadi kita berputar-putar tak jelas? Apa sebenarnya yang kau risaukan? Ayo, bicaralah, aku siap mendengarkanmu.”
Aku tersenyum sendu. Surti memang sahabatku, tetapi pantaskah kali ini aku menumpahkan semua risauku pada Surti? Bagaimana jika aku hanya salah paham? Tetapi bagaimana dengan mata kepalaku yang tadi pagi tak sengaja melihat dan mendengar hal yang seharusnya tak kulihat dan tak kudengar?
“Sebentar lagi kau akan menikah dengan Mas Zhai. Kau pasti bahagia, kan?”
Aku tersenyum samar, diam-diam menghela napas letih. Tidak ingin gegabah menceritakan sesuatu yang belum pasti, aku pun berubah pikiran, dan segera mengajak Surti mengantarku kembali pulang ke rumah.
Sementara di dalam kamarku yang sunyi, kepalaku gaduh oleh datangnya bertubi-tubi pertanyaan. Mungkin kah hati Mas Zhai telah berubah? Ah! Lebih baik besok aku bertanya langsung pada Mas Zhai saja. Ya, aku tidak boleh suudzon pada calon suamiku sendiri. Terlintas kembali dalam ingatanku, ucapan Mas Zhai pada Mbak Kania di dalam mini market tadi pagi. Tidak sengaja aku mendengar percakapan mereka di depan pintu mini market, saat Mbak Kania selesai berbelanja dan akan pulang. Apa sesungguhnya yang terjadi, sehingga Mas Zhai berkata ....
“Tolong, maafkan aku, Kania.”
Apakah mereka berdua masih menyimpan cinta pertama mereka? Cinta sejati memang tidak mudah luntur bukan? Bukan kah aku sendiri tidak mudah melupakan bayangan Mas Zhai? Kepalaku terasa berat dan berdenyut-denyut memikirkan mereka berdua. Mas Zhai, dan Mbak Kania.
Mungkin kah Mas Zhai menyesal telah meninggalkan Mbak Kania? Mungkin kah Mas Zhai menyesal akan lamarannya padaku? Tidak, tidak! Tidak mungkin Mas Zhai plin plan. Lamaran kemarin semua tampak baik-baik saja. Mas Zhai tampak puas dan bahagia. Begitu juga aku.
Segera kubuka laci nakas dekat tempat tidur, mencari obat sakit kepala. Menelan sebutir obat, dan mencoba memejamkan mata. Mengenyahkan semua bayangan yang menyiksaku beberapa hari ini.
Cikarang, 02.05.23
Komentar
Posting Komentar