BASWARA (3)


 


BASWARA (3)

Penulis : Lidwina Ro


Mata Tante Evi membelalak kaget saat mobil memasuki gerbang rumah. Tangannya sedikit bergetar menunjuk-nunjuk ke depan, dan mulutnya melongo keheranan. Sementara ayahku hanya menahan geli. 

“Ada apa ini? Mengapa rumah ramai sekali?” Panik Tante Evi melihat banyak orang di teras rumah. Dia menatapku dan Ayah bergantian.

Ayah menghentikan mobil di halaman rumah. Kami bertiga memang baru saja dari restoran, merayakan ulang tahun Tante Evi. Aku pun tak kalah bingung dengan suasana rumahku. Kulihat Mbok Mimin sibuk menyajikan kue-kue dan minuman. Ada musik. Hiasan bunga hidup. Banyak orang.  Ada apa ini?

“Surprise! Tapi kalian berdua jangan khawatir. Ayah hanya mengundang keluarga dekat saja. Ini pesta perayaan syukur keluarga kita. Ayah bahagia karena memiliki kalian berdua yang sehat, yang masih diizinkan-Nya untuk menemani Ayah.” 

Ayah merangkulku dan Tante Evi dengan mata berbinar-binar.

Aku dan Tante Evi saling berpandangan dengan perasaan haru bercampur bahagia. Ah, dasar perempuan, sedikit-sedikit menangis!

Baru saja aku mengusap ujung mataku yang basah, saat jendela mobil sampingku diketuk. Ganti aku yang panik, saat seseorang membuka pintu mobil, dan mengulurkan tangan membantuku berdiri. 

“Halo, kita bertemu lagi.”

Kali ini aku tak bisa mengelak. Tangan kekar itu cekatan mengambil kruk dan menarikku lembut berdiri dari kursi belakang mobil.

“Te-terima kasih,” ujarku gugup saat tangan kami bersentuhan. Mengapa aku tetap tidak bisa melihat pikirannya? Pipiku menghangat saat mengingat aku pernah salah sangka padanya.

“Eh, kau di sini juga, Baswara?”

“Mengantar Mama.” Dagu Baswara mengarah ke samping.

Cepat-cepat aku mengarahkan pandangan pada seorang wanita yang sedang memeluk erat Tante Evi sambil menangis.

“Mereka dua sahabat lama,” lanjut Baswara.

“Apa itu berarti keluarga kita sudah lama saling kenal?” tanyaku hati-hati.

Baswara lagi-lagi tersenyum. Kali ini misterius. 

“Apa kau lupa semuanya, Yovi?”

Aku tertegun. Menelisik Baswara, berharap aku bisa melihat isi pikirannya. Sekali ini saja.

“Apa ada yang terlewat dan aku belum tahu?” 

“Tidak perlu terburu-buru memaksa ingatanmu. Pelan-pelan saja, nanti juga kamu pulih kembali.”

Aku benar-benar tidak suka cara Baskara tersenyum. Seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. Tapi apa?

Tiba-tiba Ayah memanggil Baswara. Baru saja Baskara pergi, aku mendengar suara memanggilku juga.

“Yovi!” 

Aku berbalik. Mamanya Baskara tiba-tiba memelukku erat. Menciumiku bertubi-tubi. Ada suara berdenging di kepalaku. Tanda sinyal yang sebentar lagi akan mengirim informasi padaku.

Wanita yang hangat. Penyayang. Perhatian. Tulus. Dan, wanita ini sangat mengkhawatirkanku rupanya.

“Tante bahagia, kau baik-baik saja, Yovi.”

Tidak salah lagi! Wanita ini menyayangiku. 

“Tante janji, Baswara akan menjagamu dengan baik mulai sekarang.”

“Bas-Baswara?”

“Tentu saja! Siapa lagi kalau bukan Baswara, tunanganmu yang workaholic? Ayo, kita masuk ke dalam dulu merayakan pesta ulang tahun ibumu.”

Tunanganku? Baswara? Seketika tubuhku membeku. 


( Bersambung )


Cikarang, 24.05.23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBUAH RAHASIA

AYUNAN

TAMAN KOTA (2)