BASWARA (2)


BASWARA (2)

Penulis : Lidwina Ro 


“Ada apa ini? Mengapa rumah jadi ramai seperti ini, Yovi?” tanya Tante Evi bingung, menatap teras rumah yang banyak orang, lalu menatapku bergantian dengan Ayah.

Mobil kami berhenti di halaman rumah. Kami bertiga memang baru saja dari Mal, merayakan ulang tahun Tante Evi dengan makan dan menonton film. Aku pun tak kalah bingung dengan suasana sore ini. Terdengar ada musik lembut. Mbok Mimin yang sibuk menyajikan kue-kue dan minuman. Banyak pot dan hiasan bunga indah. Ada apa ini?

“Kalian berdua jangan khawatir. Ayah hanya mengundang keluarga dekat saja. Ini perayaan syukur keluarga kita. Ayah bahagia dan bersyukur karena memiliki kalian berdua yang sehat, yang masih diizinkan-Nya untuk menemani Ayah,” sahut Ayah sambil tersenyum.

Aku dan Tante Evi saling berpandangan dengan perasaan campur aduk, terharu. Ah, dasar perempuan, sedikit-sedikit pasti mewek!

Baru saja aku mengusap ujung mataku yang basah, saat jendela mobil sampingku diketuk. Ganti aku yang tercengang, saat seseorang membukakan pintu mobil, dan mengulurkan tangan membantuku berdiri. 

“Halo, Yovi. Kita bertemu lagi.”

Kali ini tak bisa mengelak. Dengan cekatan tangan kekar itu sudah mengambil kruk dan menarikku lembut dari kursi belakang mobil.

“Te-terima kasih,” ujarku gugup saat tangan Baswara menyentuhku. Baswara! Mengapa aku tetap tidak bisa melihat pikirannya? Pipiku menghangat saat mengingat aku pernah salah sangka padanya.

“Mengapa kau ada di sini?”

“Mengantar Mama.” Baswara menatapku dalam-dalam. 

Cepat-cepat aku mengalihkan pandangan pada seorang wanita yang sedang memeluk erat Tante Evi sambil menangis.

“Mereka sahabat lama,” lanjut Baswara.

“Apa itu berarti keluarga kita sudah lama saling kenal?” tanyaku hati-hati.

Baswara menatapku, lagi-lagi tersenyum. Kali ini misterius. 

“Apa kau benar-benar lupa?”

Aku mengangguk samar, menelisik Baswara, berharap aku bisa melihat isi pikirannya. Sekali ini saja.

“Apa ada yang terlewat dan aku belum tahu?” 

“Tidak perlu terburu-buru memaksa ingatanmu. Pelan-pelan saja, nanti juga kamu pulih kembali.”

Aku benar-benar tidak suka cara Baskara tersenyum. Seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. Tapi apa?

Tiba-tiba Ayah memanggil Baswara. Baru saja Baskara pergi, aku mendengar suara memanggilku.

“Yovi!” 

Aku berbalik. Mamanya Baskara tiba-tiba memelukku erat. Menciumiku bertubi-tubi. Ada suara berdenging di kepalaku. Tanda sinyal yang sebentar lagi akan mengirim informasi padaku.

Wanita yang hangat. Penyayang. Perhatian. Tulus. Dan, wanita ini sangat mengkhawatirkanku rupanya.

“Tante bahagia, kau baik-baik saja, Yovi.”

Tidak salah lagi! Wanita ini menyayangiku. 

“Tante janji, Baswara akan menjagamu dengan baik mulai sekarang.”

“Baswara?” Jantungku rasanya mau melompat keluar, dan langsung berdetak dua kali lipat. 

“Tentu saja, Yovi. Siapa lagi kalau bukan Baswara, tunanganmu? Ayo, kita masuk ke dalam dulu merayakan ulang tahun ibumu.”

Seketika tubuhku pun membeku.


Cikarang, 23.05.23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBUAH RAHASIA

AYUNAN

TAMAN KOTA (2)