AYUNAN (2)

 


AYUNAN (2) 

Penulis : Lidwina Ro



"Siapa kau? Aku tidak mengenalmu.”

“Namaku Sasha. Aku anak Bu Sarah. Mainlah sebentar denganku, aku akan mendorongmu pelan-pelan. Aku janji. Mau?”

Sebenarnya Adel ingin menolak, tetapi Sasha menepuk rantai ayunan dengan senyum manis, sudah bersiap untuk mendorong. Adel terpaksa duduk dan berpegangan. Lagi pula ternyata Sasha adalah pemilik rumah ini. Tidak sopan kalau dirinya bersikap kasar. Sasha pun mulai mendorong ayunan. Ayunan bergerak halus, tidak kencang. Pelan-pelan Adel mulai suka, dan menikmatinya.

“Bagaimana? Enak, tidak kudorong? Tidak terlalu keras, kan?” tanya Sasha. Adel mengangguk senang. Ternyata Sasha tidak seburuk yang diduganya. Sasha ramah dan baik.

“Tapi kenapa kau tidak pernah ikut arisan ibumu?” tanya Adel sambil mengunyah kue bolunya.

Sasha tertawa. “Itu karena aku lebih suka main ayunan di rumah.”

“Kalau begitu, biar aku nanti gantian yang mendorongmu, Sasha. Mau, kan?”

“Kau mau mendorongku? Benarkah?” Sasha tertawa, terdengar senang sekali dan bersemangat. Beberapa saat kemudian, mereka berganti posisi, dan mulai mengobrol dengan riang. Bercerita tentang sekolah, tentang teman-teman, juga tentang boneka kesayangan. Sasha ternyata teman yang menyenangkan.

Adel menoleh saat ibunya memanggil dan menghampirinya. Ah, apakah arisan sudah selesai? Mengapa begitu cepat?

“Itu, Del, ibumu memanggil. Sudah waktunya kamu pulang, Adel. Semoga nanti kita bisa bertemu lagi.”

Adel mengangguk. Menatap senyum sedih Sasha, dan berlari menuju ibunya yang sedang mengobrol dekat jalan setapak taman, dengan ditemani Bu Sarah.

“Adel, ayo pulang, Sayang. Mengapa kau di situ?”

“Bermain ayunan, Bu.”

“Sendirian?” Alis Bu Melati mengernyit heran.

“Kan, Adel main sama Sasha, Bu.”

Sontak Bu Melati dan Bu Sarah membelalakkan mata. Mereka saling berpandangan, lalu menatap Adel dengan tegang.

Sejenak suasana menjadi hening. Perlahan Bu Sarah mengangguk-angguk, seolah berusaha menyadarkan diri sendiri, atau lebih tepatnya lagi berusaha menyabarkan hati. Tapi tak dapat dia sembunyikan lagi, matanya sendu penuh pantulan kaca. Dengan tangan bergetar, dia meraih kepala Adel, lalu mengusap lembut. Sesekali matanya nanar melihat ke arah ayunan.

“Terima kasih sudah menemani Sasha, ya, Sayang.”

Adel hanya melongo, menatap Bu Sarah, tidak mengerti mengapa teman ibunya itu bersedih. Lalu Adel ganti menatap sang ibu yang hanya bisa menghela napas trenyuh.

“Sabar, ya, Bu. Tetap berdoa buat Sasha, ya?” Bu Melati meremas bahu Bu Sarah untuk menguatkan hati. Lalu menggandeng erat tangan Adel, dan menariknya cepat-cepat pergi dari rumah mewah itu.

Sementara Bu Sarah masih tegak berdiri diam, menatap ayunan. Perlahan-lahan wanita itu menghampiri ayunan kesayangan anak bungsunya. Dulu. Tangannya terjulur, mengusap-usap lembut tali besi pegangan ayunan beberapa saat.

Kemudian ayunan yang masih bergerak itu, pelan-pelan berhenti. Diam. Taman pun seketika sunyi. Hanya ada embusan angin senja yang mulai berasa dingin.

( Tamat )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU