TERSEMBUNYI


 TERSEMBUNYI

Penulis : Lidwina Ro

Meskipun berbeda jurusan, ternyata mereka berada di dalam kampus yang sama. Ini di luar prediksi Arumi. Setelah dua tahun berlalu, akhirnya dia harus berhadapan dengan sosok lelaki bermata tajam itu lagi.

“Aku antar pulang, ya, Rum?”

Arumi yang sedang menikmati bakso di kantin kampus, mendadak tersedak. Buru-buru disambarnya gelas es jeruknya. Sementara lelaki yang sudah mengambil duduk tepat di depannya itu menatap khawatir, bahkan mengulurkan tisu pada Arumi karena melihat banyak keringat di sekitar dahi Arumi.

“Terima kasih, Deni,”

“Kurangi sambalmu, Rum. Apa kau lupa kalau kau punya maag?” Meskipun menghardik, tapi nadanya sayang.

Arumi menyeringai, dan melanjutkan makan. Tak mengira kalau Deni masih ingat tentang riwayat penyakitnya. Meskipun terlihat cuek, Deni memang perhatian. Dari dulu.

Seorang mahasiswi menyapa dan menghampiri kursi mereka. Wajahnya cantik. Menatap Deni dengan mata bersinar manja. Arumi menilai sembilan untuk tubuhnya yang sintal.

“Katanya mau mengantarku cari buku?”

“Tidak sekarang, Raisa. Ayo, kenalan dulu dengan dia.” Deni menunjuk ke arah hidung Arumi dengan santai.

Arumi gelagapan, dan terpaksa mengulurkan tangan bersalaman.

“Hayo, siapa dia ini? Kenapa aku tidak pernah tahu? Kau menyembunyikannya, ya?” senyum Raisa santai setengah menyelidik. Arumi menilai, mereka serasi dan cukup akrab. Kelihatannya cocok satu sama lain.

“Benar sekali. Aku memang menyembunyikannya.” Deni tergelak.

Jantung Arumi berdebar hebat. Dia tahu arah ucapan Deni.

“Lain kali jangan bercanda seperti itu,” ujar Arumi ketika mereka berjalan berdua menuju parkir motor.

“Kapan aku bercanda?” Deni menoleh pada Arumi dengan wajah tak berdosa.

“Tadi.”

“Tapi aku memang selalu menyembunyikanmu, Rum.”

Arumi mendongak tak mengerti.

“Aku selalu menyembunyikanmu ... dalam hatiku.”

Wajah Arumi memanas. Entah sampai kapan Deni berhenti mengusik hatinya.

Deni tersenyum lembut. “Sudahlah, jangan terlalu kau pikirkan. Suatu saat nanti, kamu juga akan mengerti. Tunggulah dulu, aku ambil motor sebentar.”

Tubuh Arumi membeku, tetapi aneh, mengapa hatinya justru perlahan mulai menghangat? Apa yang terjadi sebenarnya? Sudah lama Arumi berusaha menjauhkan diri dari rasa yang kerap kali membuatnya seolah dihadapkan dengan dua jalan bercabang. Kedua jalan itu tampak dipenuhi kabut, sehingga yang dilakukan Arumi hanya diam bertahan di tempat. Diam dalam kesunyian, mungkin lebih menenangkan untuk Arumi. Suatu saat nanti, kamu juga akan mengerti. Apa kira-kira maksud ucapan Deni ini? Ah, semoga saja Deni asal bicara.

Cikarang, 060223

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU