SEMBILAN BULAN


 SEMBILAN BULAN

Penulis : Lidwina Ro 


Keputusan Mas Rio memboyongku satu atap dengan istri tuanya, semula aku anggap tidak masuk akal. Bagaimana mungkin aku bisa mengangkat wajah di depan Mbak Lastri nanti? Mau di taruh mana harga diri ini, kalau istri tuanya tahu bahwa aku sudah hamil anak suaminya? (Oh, iya, aku lupa, bukankah harga diriku sudah keok saat pertama kali merelakan diri bertekuk lutut di depan lelaki yang sudah beristri?) Urat maluku sebenarnya sudah putus!

Ternyata Mas Rio punya skenario sendiri. Makin ke sini aku semakin memahami, kalau cinta Mas Rio berat sebelah. Tentu saja yang terbesar untuk Mbak Lastri. Cara Mas Rio memperlakukan aku dengan Mbak Lastri juga sungguh berbeda. Setelah beberapa bulan hidup bersama Mbak Lastri, aku sungguh-sungguh dibakar rasa cemburu tingkat dewa, karena aku terlanjur mencintai Mas Rio.

Apa sebenarnya keistimewaan dari istri tuanya itu? Wajahnya standar, cenderung datar dan tenang. Tubuhnya jelas sintal aku. Kalau aku tidak punya nilai lebih, tentu saja Mas Rio tidak akan menikahiku siri  bukan? Tetapi mengapa Mas Rio terlihat sangat mencintai Mbak Lastri dari pada aku? Bukankah di sini jelas-jelas aku yang mengandung anak Mas Rio? 

Ketidakmampuanku menguasai hati Mas Rio sepenuhnya, membuatku putus asa. Mas Rio benar-benar sudah berubah. Tidak seperti dulu, sewaktu pertama kali mendekatiku, dan lalu memenangkan hatiku. Walaupun aku tahu, aku hanya akan menjadi yang ke dua, aku tidak berpikir dua kali lagi, dan tetap menyerahkan jiwa ragaku.

Sementara Mbak Lastri yang mandul itu tetap tenang, aku semakin hari semakin gelisah. Gelisah pada cinta Mas Rio yang semakin menjauh. Benarkah keputusannya menyatukan aku dan istri tuanya dalam satu rumah, agar tetap bisa mengawasi dan menjagaku yang sedang hamil tua ini?

Pertanyaanku terjawab setelah sembilan bulan aku melahirkan seorang bayi laki-laki gemuk yang katanya tampan. Aku pun mulai memahami semuanya, ketika melihat Mbak Lastri dengan bahagia menciumi bayi mungil itu. Berkali-kali wanita itu berkata kalau bayinya sama persis dan setampan Mas Rio. Hei, bukankah aku juga ikut andil menghadirkan makhluk mungil itu?

Di bawah pengaruh dosis obat bius -karena persalinanku yang sempat bermasalah- sayup-sayup kudengar, bayiku digadang-gadang akan menjadi tali pengikat yang kokoh di antara mereka berdua. Keturunan dan pewaris kekayaan orang tua Mas Rio yang pengusaha kelas kakap. Kombinasi yang sempurna!

Juga kudengar dengan jelas, berkali-kali Mas Rio meyakinkan Mbak Lastri atas janjinya, bahwa tidak lama lagi dirinya akan menceraikan aku. Misi sudah selesai. 

Kalau benar aku masih belum sadar sepenuhnya ... Ya, Tuhan. Rasanya aku tidak ingin membuka mataku ini lagi. 


Cikarang, 140223

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU