RUMUS CINTA
RUMUS CINTA
Penulis : Lidwina Ro
Apa yang orang lakukan untuk mendapatkan cinta? Menjadi diri sendiri? Menjadi versi terbaik? Berani berjuang dan berdoa? Rela berkorban? Bagaimana dengan sedikit rayuan? Ah, jawabannya klise semua.
Jujur Raisa sedang berpikir, dari mana dia harus memulai, dan bagaimana cara membuat seseorang mencintainya. Apa yang harus dilakukannya secara riil, sehingga hatinya tidak perih melihat orang yang disayanginya ‘jadian’ dengan orang lain?
Jadian? Tunggu dulu! Belum tentu Deni jadian dengan gadis kurus berkulit pucat yang dikenalkannya kemarin, kan? Tetapi melihat cara Deni menatap, Raisa merasa ada sesuatu di antara mereka.
Ah, jika saja urusan cinta seperti mengerjakan soal matematika yang rumusnya jelas. Semua pasti mudah, karena mencintai bisa dilakukan step by step. Ketika hasilnya tidak sesuai, maka bisa dicek kembali apakah sudah sesuai dengan rumusnya atau belum. Tinggal mencari letak kesalahannya, dan memperbaiki, lalu semua akan beres.
Sayangnya cinta mempunyai rumus dan caranya sendiri. Jadi tidak salah jika dirinya berusaha mencari celah masuk ke dalam hati Deni.
“Den.” Sapa Raisa, menghampiri Deni yang sedang duduk sendirian di kantin.
Deni mengalihkan wajah dari layar ponselnya. “Raisa?”
“Mau temani aku ke toko buku?” tanya Raisa halus, sambil duduk tepat di depan lelaki itu.
Deni melirik arlojinya, lalu sekali lagi memeriksa ponselnya. Entah mengapa Raisa merasa, Deni sedang menunggu gadis berkulit pucat itu.
“Baiklah, aku antar sekarang, yuk.” Deni setuju, sontak membuat hati Raisa melonjak senang.
“Apa kau sedang menunggu seseorang?” terka Raisa hati-hati. Sedikit penasaran.
“Tidak apa-apa. Aku tahu ke mana harus mencarinya nanti. Kita berangkat sekarang sebelum hujan. Sori, mobilku masih masuk bengkel. Kau tak keberatan naik motor, kan?”
Ah, jadi firasatnya benar. Deni sedang menunggu gadis itu. Kalau saja punya nyali, Raisa akan berteriak : Deni, jangankan naik motor, naik odong-odong pun aku rela, asal bersamamu!
Apakah ini cinta? Begitu konyol dan tidak masuk akal. Selalu menggali celah kecil, dan menyingkirkan semua logika. Asal bisa sebentar saja bersama orang yang disayangi, itu lebih dari cukup.
Dengan hati berbunga, Raisa pun menunggu Deni di depan parkir motor kampus. Biar lah semua berjalan apa adanya dulu. Yang penting dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk ke depannya, pikiran Raisa benar-benar kosong. Biarlah Tuhan yang berkehendak.
Cikarang, 080223
Komentar
Posting Komentar