PENJARA BAYANGAN (3)
PENJARA BAYANGAN (3)
Penulis : Lidwina Ro
Bayanganku dalam cermin selalu membela ibuku. Sebaliknya aku terus membela bapakku. Sudah lama aku membenci bayangan dalam cermin. Aku dan dia bahkan betah berdebat sangat lama untuk menyatukan pandangan. Akan tetapi selalu gagal berakhir damai. Karena itu aku selalu naik pitam.
Malam ini aku menyeret bayanganku dari dalam cermin. Aku benci melihat wajah itu, yang katanya Bapak mirip sekali dengan Ibu.
Setelah berhasil menyeret bayang itu keluar, barulah aku bisa bernapas lega. Tidak ada lagi pantulan wajah Ibu di sana. Cermin itu tidak memantulkan bayanganku lagi. Sosok perempuan dengan seringai kecil dan berambut panjang menggantikannya. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Tapi aku senang, karena aku tidak melihat wajahku lagi di cermin itu.
***
“Ros! Bangun, Nak. Mandi dulu, dan bantu Bapak bikin sarapan.”
Bapak seperti biasa memanggil. Aku membuka mata dengan malas. Setelah beberapa saat mengumpulkan kesadaran, aku duduk di sisi ranjang. Mataku berkeliling mencari kruk.
Bapak tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Seperti biasa Bapak membuka jendela kamar.
“Ros, kamu di mana?” Bapak celingukan. Aku mengernyit bingung.
“Aku di sini, Pak.”
Tetapi Bapak malah mengacak-acak kasur sambil terus menerus memanggilku.
Aku semakin panik. Mengapa Bapak tidak bisa melihatku? Apa yang terjadi sesungguhnya?
Ketika Bapak memeluk kruk-ku sambil meraung-raung aku mendekatinya. Tetapi tanganku tidak bisa memeluknya. Ada apa ini? Dan astaga! Mengapa aku bisa berjalan tanpa kruk lagi?
“Itu karena kau bersikeras melenyapkan aku dari cermin itu, Rosa.”
Aku menoleh kaget pada bayanganku yang tiba-tiba bersuara di belakangku.
“Mulai saat ini, kau tidak bisa lagi bertemu dengan Bapak. Kau puas sekarang?” lanjut bayanganku sambil tersenyum. Aku pun terpaksa tersenyum. Semua memang tidak ada yang gratis. Dan aku harus menanggung risikonya, meskipun aku harus kehilangan Bapak, tak dapat melihat lelaki tua yang telah lama merawatku. Aku sekarang akan menjalani hidup yang benar-benar baru, walau pun aku terpenjara bersama bayanganku sendiri, yaitu di suatu tempat yang asing, tempat yang tidak aku ketahui sebelumnya.
(Selesai)
Komentar
Posting Komentar