MURAH HATI
MURAH HATI
Penulis : Lidwina Ro
Liburan telah usai. Sebelum kembali pulang, aku ziarah dulu ke makam Bapak. Gundukan tanah berselimutkan rumput jepang pendek dan rapi itu, sekarang bertambah pemandangan. Kini dinaungi oleh pohon kemboja kecil, dan dua tanaman perdu berwarna kuning kemerahan di sisi kanan kirinya. Aku yakin tanaman-tanaman tersebut ditanam oleh sahabat alm. Bapak.
Alm. Bapak adalah seorang dosen. Sosok sederhana dan murah hati. Aku yakin jarang ada orang yang seperti Bapak, karena di antara teman-teman seprofesi dengan Bapak, hanya Bapak sendirilah yang tidak segan menampung mahasiswa-mahasiswanya yang kurang mampu, terutama yang berasal dari luar kota dan luar pulau. Salah satu yang aku kenal, berasal dari Nias.
Jika setiap liburan anak sekolah, aku pulang ke rumah, selalu mendapati mahasiswa yang tinggal bersama Bapak dan Ibu secara berkala. Bapak menampung mereka, menyediakan makan gratis, bahkan membiayai kuliah bagi mereka yang berprestasi tetapi tidak mampu.
Kebiasaan Bapak ini kadang sulit dimengerti oleh anak-anaknya yang semuanya tinggal di luar kota. Kalau dipikir-pikir, gaji Bapak pasti berkurang untuk membiayai mereka.
Tetapi nyatanya, Bapak tidak pernah kekurangan, tidak pernah mengeluh, dan bahkan tidak pernah meminta bantuan pada anak-anaknya. Rejeki Bapak selalu ada saja, dan datang tanpa diduga. Bapak selalu menceritakan semuanya pada anak dan cucu-cucunya tentang kemurahan dan penyertaan dari Tuhan ini, sebagai pelajaran dan contoh baik untuk ditiru. Salah satu nasihatnya yang legendaris dan kuingat selalu adalah : jangan jemu-jemu berbuat baik, dan jadilah orang yang murah hati.
Bapak berpesan pada kami anak-anaknya, untuk berbuat baik menolong sesama, tidak perlu menunggu kita mampu dulu. Lakukan saja apa yang kita mampu, sisanya Tuhan yang membereskan. Bapak, kau memang orang yang baik hati dan hebat!
Sekarang Bapak sudah pergi. Sosok pendiam dan tidak banyak bicara seperti Bapakku ini memang lebih banyak mengajari anak-anaknya melalui sikapnya yang rendah hati, murah hati, dan bersahaja. Semoga Bapak selalu baik-baik saja di atas sana, ya, Pak. Karena sesungguhnya tugasmu di bumi ini sudah selesai.
Cikarang, 010223
Komentar
Posting Komentar