MAWAR
MAWAR
Penulis : Lidwina Ro
Ah, Mawar lagi, keluh Deni dalam hati. Anugerah atau musibahkah, kalau sore ini dirinya berjumpa Mawar kembali. Deni sulit mendeskripsikan perasaannya.
Mawar duduk manis di bangku halte bus, tersenyum tengil saat melihat kedatangan Deni. Sambil menunggu bus shuttle jurusan Komdak nongol, Deni berpura-pura membaca buku. Walaupun Deni tidak menoleh, tetapi dia tahu Mawar sudah berada di sebelahnya.
“Baca apa, Mas Ganteng?” Nah, kan, mulai kumat isengnya. Tubuh Mawar sampai condong ke depan, penasaran karena ingin membaca judul buku yang sedang dipegang Deni. Ketika Deni tidak merespons, tangan Mawar mulai jahil, menarik-narik ujung buku.
“Jangan resek, Mawar.”
Mawar tertawa senang, lalu mencebik. “Apa bukumu itu lebih penting dari pada aku, Mas Ganteng?”
Deni hanya melirik sekilas, lalu meneruskan membaca.
“Sudah bosan mengobrol denganku, ya, Mas?”
“Kau sudah banyak menceritakan kisah hidupmu. Apa ada yang baru?” Sudah seminggu ini Mawar memang telah berceloteh panjang, menceritakan tentang perjalanan kisah hidupnya, sembari menemaniku menunggu bus.
“Jadi benar, sudah bosan padaku, kan?”
Entah mengapa mendengar suara sendu kekanakan itu, sebersit rasa iba menyelinap cepat dalam hati Deni. Wajah Mawar mengingatkannya pada Dara, adik perempuannya sendiri.
“Mengapa kau belum pulang juga?” keluh Deni lirih.
Mawar terkekeh. “Aku hanya mau pulang bareng mamaku.”
Deni pun mengedarkan pandangan di sekitar jalan raya dan halte. Sama seperti kemarin, dirinya tetap tidak berhasil menemukan sosok wanita yang dicintai Mawar itu. Entah di mana mamanya berada, hanya Tuhan yang tahu.
“Mas Ganteng, busmu datang!”
Sambil memasukkan bukunya dalam tas, Deni bergumam. “Janji, ya, gak boleh mengusili orang.”
Mawar terkekeh.
“Janji dulu jangan nakal.”
Masih terkekeh, Mawar mengangguk. Patuh.
“Bus mau berangkat! Lah Mas ini lagi ngomong sama siapa?” Sang kondektur bus bingung, menatap Deni curiga.
Tetapi Deni hanya tersenyum kecil, mengikuti kondektur. Diam-diam Deni melambai pada Mawar, si gadis cilik tak kasat mata -korban kecelakaan bersama sang mama di depan halte bus- yang entah sampai kapan duduk menunggui mamanya tercinta muncul, dan menjemputnya pulang.
Apa boleh buat. Semua sudah seizin Tuhan. Deni menghela napas merasa iba, dalam hati berharap agar Mawar bisa segera bertemu mamanya kembali.
Cikarang, 040223
Komentar
Posting Komentar