Gadis Spesial (2)


Gadis Spesial (2)

Penulis : Lidwina Ro 


“Mau apa kau ke panti asuhan itu, Ara?” Aneh sekali, hatinya merasa lega, karena hanya panti asuhan yang menunggu Ara. Eh, perasaan aneh apa pula ini?

Dewa menghela napas. Duh! Terlambat untuk menarik kata-katanya yang kedengaran sangat ingin tahu sekali. Mengapa bisa dirinya sekarang jadi tertarik pada apa yang dilakukan oleh Ara? 

“Bukan apa-apa. Hanya kegiatan rutinku saja mengunjungi mereka. Aku lupa, kalau kau datang hari ini. Maafkan aku.”

Dewa menoleh sekilas. Ada sedikit rasa tersinggung karena Ara tidak ingat kapan dirinya datang dari Amerika. Entah apa alasan gadis itu sampai lupa. Akan tetapi Dewa lebih tertarik dengan alasan sekaligus heran dan kagum dengan tujuan Ara ke panti asuhan.

“Apa yang kau lakukan di sana?” Dewa melirik, dan sekilas, dan langsung mendapati sepasang mata Ara berkilau dan bersinar hangat.

“Ah, aku hanya sedikit mendongeng dan sedikit memeluk mereka saja.”

Dada Dewa berdesir halus. Jadi selembut dan sehangat inikah Ara di balik sikapnya yang diam dan dingin? Ini sungguh aneh. Ada rasa heran bercampur kagum menyelinap di hati Dewa. Hm, apa yang terjadi dengan dirinya? Jangan-jangan mamanya benar, Ara memang gadis spesial. Ah, sial! Ada apa dengan otaknya kali ini?

“Mengapa kau tertarik dengan anak-anak panti asuhan itu, Ara? Apa saja yang kau ajarkan pada mereka?”

Ara tersenyum samar. “Sejak kecil mamaku sudah sering membawaku ke panti asuhan. Sebenarnya malah mereka yang mengajarkan banyak hal untukku. Salah satunya mereka mengajariku bagaimana seharusnya menghadapi hidup yang keras ini. Dari mereka lah aku belajar banyak hal.”

“Apa kau bahagia?”

“A-apa maksudmu Dewa?” 

“Apa kau bahagia sekarang, Ara?”

Mobil sudah berhenti di depan panti asuhan, dan Ara masih diam. Tidak menjawab.

“Aku masuk dulu, ya, Dewa?”

“Aku akan menunggumu.”

Mata bening itu membulat. “Tapi ....”

“Cepatlah masuk, jangan bikin mama menunggu kita terlalu lama di rumah,” potong Dewa mengingatkan. 

Ara menyerah, dan mengangguk. Lalu bergegas masuk ke dalam panti asuhan. Dewa mengamatinya sampai gadis itu benar-benar lenyap, masuk di telan pintu jati besar panti asuhan. Perlahan Dewa mengambil ponselnya yang sudah dibuatnya dalam mode bisu.

Panggilan enam kali langsung menghiasi layar utama ponselnya. Nomor Lidia. Bukannya segera menelepon kembali, Dewa malah menatap kosong ponselnya. Di simpannya kembali ponselnya ke dalam saku celana. Pandangan matanya menerawang jauh ke depan. Memantulkan sepasang mata bening yang datar dan dingin, lalu wajah Ara seutuhnya menari di depan matanya.

Cikarang, 240223


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU