DALAM BAYANG
DALAM BAYANG
Penulis : Lidwina Ro
“Ros, ayo makan dulu!”
Suara Bapak mengagetkan aku yang sedang termenung sambil memandangi diri di depan cermin. Betapa waktu cepat berlalu, dan masih tidak ada hal istimewa yang terjadi. Ternyata sudah waktunya untuk kembali menghadapi kenyataan. Kuhela nafas dengan malas.
“Iya, Pak,” sahutku, tanpa ingin beranjak sedikit pun. Bukan karena aku senang berlama-lama di depan cermin untuk mengagumi wajahku yang putih mulus dan cantik. Bukan. Sebaliknya aku malah membenci wajahku sendiri.
Kata Bapak, wajahku mirip sekali dengan Ibu. Berkulit putih bersih dan bermata sayu. Rambutku juga sama. Halus dan hitam. Kata Bapak, dulu ibuku adalah bunga desa. Banyak pemuda yang ingin menjadikan ibuku pasangan hidup. Tetapi entah mengapa, ibuku tidak memilih satu pun pemuda di desa ini. Kata Bapak, ibu tidak ingin menikah muda, dan lebih memilih bekerja di kota, mencari uang.
Aku meraih kruk, dan mengempit di sela ketiakku, lalu melangkah ke meja makan. Bapak tersenyum melihatku datang, dan lekas membantuku duduk di kursi sebelahnya. Selagi menikmati makan malam sederhana, sayur asem dan ikan tongkol pedas, tangan Bapak yang kurus, mengusap punggungku.
“Bagaimana, Ros? Kau sudah memikirkan perkataan Bapak yang kemarin?” tanyanya lembut.
Jantungku seakan berhenti berdenyut. Lagi-lagi Bapak menanyakan hal yang sama. Ada nyeri yang mengiris hati setiap kali Bapak menyinggung hal ini.
Aku menatap lelaki paruh baya yang telah merawatku sejak bayi itu sambil sekuat tenaga menahan tangis.
“Aku tidak mau ikut Bude Lestari, Pak. Aku di sini saja. Selamanya.”
Bagaimana mungkin aku bisa hidup jauh dari Bapak? Hanya dia yang sepenuh hati menyayangiku dengan tulus. Aku dan Bapak bahkan sampai sekarang tidak tahu menahu keberadaan Ibu. Wanita yang melahirkan aku itu seperti lesap, tak berjejak sama sekali.
“Aku tahu, Ros. Kamu akan di sini bersama Bapak selama Bapak masih hidup. Tapi lihat, penyakit Bapak ini, Ros. Bagaimana kalau tiba-tiba Bapak meninggal? Lebih baik kau nanti tinggal di rumah Bude Lestari, satu-satunya saudara ibumu. Hanya dia yang bisa menemani dan merawatnya nanti.”
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar