TENTANG CINTA
TENTANG CINTA
Penulis : Lidwina Ro
Sebuah caption atau pesan pendek di sebuah sosial media yang melintas di pagi hari ini, mampu membuatku sejenak tersenyum-senyum sendiri. Caption, mah, bebas! Isinya begini :
Puncak tertinggi cinta adalah selalu mencintai walaupun tidak dicintai.
Selalu rela membersamai walaupun sering ditinggalkan.
Selalu menyayangi, walaupun dikhianati
Selalu merindukan, walaupun tidak dirindukan.
Benarkah pernyataan yang luar binasa ini? Kelihatannya, kok, bucin banget ya? Kok, begitu ‘melas’, nelangsa, dan sengsaranya mencintai sendiri. Dua sejoli yang saling cinta saja, sang waktu bisa berkuasa melunturkan cinta sinergis mereka. Lha apalagi yang cintanya bertepuk sebelah tangan? Sampai kapan menunggu cinta terbalas? Apalagi jika dia sudah menjadi milik orang lain? (Eh, yang terakhir ini just joke, loh ya ...)
Yang paling penting cintai dan hargai diri sendiri dulu sepenuh hati. Jangan sampai mencintai sampai membuat meleset kewarasan cara berpikir kita. Beri ruang dan kesempatan untuk diri sendiri supaya bahagia juga. Sebelum memberi kebahagian pada orang lain, kita ciptakan dulu bahagia pada diri kita sendiri.
Memangnya apa kita tidak pantas untuk punya kesempatan hidup bahagia? Kita pantas lho bahagia. Kita itu berharga. Dan kalau bukan kita sendiri yang pertama menghargai diri kita sendiri, lalu siapa? Sebaiknya kita jangan menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, karena pasti di akhir cerita, kita akan menuai banyak kekecewaan. Lebih baik kita menciptakan dan mengusahakan kebaikan dan kebahagiaan kita sendiri dahulu. Semua di mulai dari mindset, atau cara pikir kita sendiri.
Duh, ternyata sangat rumit, ya, kalau sudah bicara cinta! Penuh liku-liku dan misteri.
Atau mungkin aku belum melihat sisi tersembunyi atau sudut pandang si penulis caption tersebut. Bisa saja, kan, penulis caption tersebut mempunyai cerita tersendiri? Jadi, kita positif thinking saja pada caption tersebut.
Sah-sah saja sih, jatuh cinta. Tetapi sekali lagi, tolong, jangan lupa bawa kecerdasan otak juga ketika jatuh cinta. Bijaklah mengolah rasa. Itu pun kalau rasa bisa dengan mudah kita olah sedemikian rupa. Selamat berjuang, para pejuang cinta! Dapatkan cinta dengan versi masing-masing, ya!
Komentar
Posting Komentar