BUKA GERBANGNYA
BUKA GERBANGNYA
Penulis : Lidwina Ro
Meskipun kesepakatan di antara mereka kelihatan janggal, Dinar tidak mau mundur. Pagi-pagi sekali berbekal sebotol air, dia masuk kembali ke dalam hutan. Suara serangga yang berisik di antara dedaunan rimbun hutan, tidak membuatnya gentar. Lelehan air mata Ibu juga tidak dapat menahan langkahnya menuju hutan.
“Tenang, Bu. Aku akan kembali bersama Dinda.” Itu janji Dinar pada ibunya.
Di tempat yang dijanjikan, Nenek ternyata sudah menunggu. Kali ini Nenek tidak sendirian. Ada pemuda tampan di samping Nenek, memegang kapak. Terlihat setumpuk kayu bakar dekat kaki mereka.
Nenek tersenyum melihat Dinar datang. Seperti kemarin, Nenek meminta air botol minum Dinar, lalu meneguknya sampai habis.
“Apa kira-kira Nenek tahu, ke mana aku harus mencari adikku?” tanya Dinar penuh harap.
“Mengapa kau sangat ingin menemukan adikmu?” tanya Nenek, menatap tajam.
“Karena aku amat menyayanginya, Nek. Dia adikku satu-satunya.”
Nenek tertawa. Tetapi Dinar tidak tahu apa yang lucu. Dinar melirik pemuda di sebelah Nenek, ingin tahu apakah pemuda itu juga menertawakannya. Ketika mata mereka beradu pandang, cepat-cepat Dinar membuang muka. Mengapa tatapannya sedingin itu?
“Kau gadis yang pemberani. Persis seperti adikmu,” angguk Nenek sambil memegang bahu pemuda.
“Buka gerbangnya, biarkan adiknya pulang.”
Dinar menatap mereka tidak mengerti. Ada gerbang di hutan? Tambah semakin bingung saat Nenek menahan langkah Dinar. “Tunggu saja di sini. Sebentar lagi adikmu datang.”
Meskipun Dinar tidak paham, tetapi dia mengangguk, dan percaya. Dengan gelisah, dia memandangi Nenek pergi, mengikuti pemuda itu. Entah ke mana.
Semua ini sungguh ganjil. Perjumpaan, dialog dan janji, semua sungguh tidak masuk akal. Dirinya bahkan tidak mengenal Nenek itu, tetapi Dinar tidak dapat berlogika. Dia hanya tahu, hatinya percaya bahwa Nenek itu tidak berbohong padanya. Siapa Nenek itu sesungguhnya?
“Mbak Dinar!”
Eh! Itu suara Dinda! Hati Dinar melonjak senang. Entah dari mana tiba-tiba Dinda muncul begitu saja. Dengan haru dan sukacita Dinar berlari merengkuh, menciumi adiknya. Keduanya menangis haru.
Sementara di sudut semak yang lain, Nenek mengangguk-angguk puas seraya tersenyum. Sementara pemuda tampan itu menatap lekat ke arah Dinar.
Cikarang, 060123
Komentar
Posting Komentar