TIDAK SEMUA


 TIDAK SEMUA 

Penulis : Lidwina Ro 


Sebuah buku terjatuh di lantai saat aku memindahkan setumpuk buku-bukuku dari kardus, ke rak buku yang baru. Kutu buku seperti aku ini memang tidak pernah membuang buku, setua apa pun, bahkan edisi lama. Aku selalu mengepak rapi dan menyimpannya dalam kardus.

Sejenak aku tertegun. Meraih buku itu, lalu menyeret sebuah kursi. Aku ingat siapa pemberinya. Sambil mengusap sampul bukunya, kembali aku diingatkan pada beberapa tanya yang sampai kini tak pernah terjawab oleh waktu. Waktu itu ....

Ibu kos mengetuk pintu kamarku, mengatakan ada seseorang yang mencariku. Wow, ini masih belum hari Sabtu. Mengapa doi sudah kangen? Sungguh memalukan,  hatiku melonjak kegirangan. Buru-buru aku mengganti daster dan menuju ke teras, di mana tamu lelaki hanya diperbolehkan duduk di sana oleh pemilik kos. Di tempat yang terang benderang. Mungkin biar setan tidak bisa ikutan nimbrung. 

Namun langkahku membeku saat tahu siapa yang datang. Dia, adalah Mas Han. Bukan doi yang aku pikirkan. Ah, ada apa lagi ini? Canggung aku duduk di kursi, bersebelahan dengan Mas Han.

“Ada apa, Mas?” tanyaku hati-hati. Aku tahu, baru kemarin dia menikah. Pernikahan yang begitu cepat setelah aku menolak ajakannya untuk jadian. 

Mas Han menggeleng. Hanya memandangku lama, dan tidak banyak bicara. Sekarang aku yang merasa tidak nyaman melihatnya berubah. Kali ini aku gagal mengorek kejujuran di dalam manik matanya.

“Katakan, ada apa, Mas?”

“Hanya ingin melihatmu. Tidak apa-apa, kan?”

What? Melihatku?  Setelah sehari dia menikah? Aku benar-benar tak bisa menyelami isi kepalanya. 

“Sebenarnya kau kenapa, Mas?” Aku masih saja ingin tahu.

Mas Han menatapku, tersenyum. Tidak menjawab.

Pertemuan terakhir itu sesungguhnya meninggalkan tanya, karena dia lebih banyak membisu. Setelah pertemuan itu, akhirnya Mas Han menghilang. Aku tidak bisa menemukan jejaknya di sosmed. Yang tertinggal hanya beberapa buku novel hadiah darinya. 

Sejak saat itu aku belajar untuk mengerti, tidak semua pertanyaan di dunia ini bisa dijawab, atau bisa diluruskan kembali. Jadi, terima saja apa adanya. Tidak perlu mendebat siapa saja, atau mencari jawabannya sampai ke ujung langit. Terkadang dalam ketidak tahuan kita, Tuhan memang ingin kita hanya diam, dan menerima.


Cikarang, 031212


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU