INGKAR YANG INDAH


INGKAR YANG INDAH

Penulis : Lidwina Ro

Mataku terpaku melihat tawa riang Monika saat Bagas berlari menghindari gelembung balon yang menyerbu ke arahnya. Semakin Bagaskara mencoba berlari menjauh, semakin gencar anak berumur lima tahun itu mengejarnya dan meniupkan cairan sabunnya. Seperti biasa Bagas menyerah dan minta ampun, lalu dengan sekali angkat, Monika sudah berada dalam rengkuhannya. Mereka berdua pun tertawa bersama-sama, dan mengitari alun-alun yang ramai penjual, untuk mencari makanan. 

Kualihkan pandangan ke arah langit yang mulai gelap. Mencoba menolak sekelebat kenangan lama yang tiba-tiba menyergap. Lentera dalam dadanya diam-diam menghangat. Kalau saja enam tahun lalu, Bagas menolak gadis pilihan ibunya, pasti ceritanya berujung lain. Tetapi pria selembut Bagas, mana tega membantah ibunya yang sedang sakit keras, sehingga Bagas menuruti apa pun keinginan ibunya. Dan semua terjadi begitu cepat. Sudah terlambat untuk memperbaiki semuanya.

“Ma, es krim!” Tiba-tiba Monika menyodorkan es krim vanila. Belum sempat aku bereaksi, Monika sudah berlari ke arah penjual kelomang, yang tak jauh dariku. Dadaku berdesir. Bagas masih ingat es krim vanila kesukaanku dulu.

“Terima kasih, Mel, kau sudah mengizinkan aku bertemu Monika. Dia secantik kamu.” 

Aku tersenyum gugup. Sejenak tenggelam dalam lautan mata Bagas yang teduh. Untunglah tak lama kemudian Riko datang menjemput kami. Riko tahu setiap bulan Bagas ingin bertemu Monika di alun-alun. Dan dia selalu mengizinkan.

Monika berteriak kegirangan melihat kedatangan Riko. “Papa! Papa!” serunya riang sambil memeluk leher papanya dengan manja, sambil menunjuk-nunjuk ke arah kelomang yang berwarna warni itu.

Aku melirik, Bagas tersenyum getir. Tanpa menoleh dia bertanya. “Mel? Kau bahagia hidup dengan Riko?”

Seketika aku bagai tersedak sesuatu. Lalu hanya bisa menggumam tak jelas, sambil menatap Monika dan Riko yang sedang memilih-milih kelomang dengan asyik. Meskipun aku tidak mencintai Riko, tetapi waktu itu, hanya dia yang mampu mengerti dan menerima diriku yang sudah terlanjur berbadan dua, sementara Bagas ingkar janji, lebih memilih menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, siapa yang salah?

Meski kadang perjalanan hidup kelihatan begitu ganjil dan terasa tak adil, bukankah ini sebuah ingkar yang indah, jika ternyata Riko sangat mencintai Monika seperti anak kandungnya sendiri, juga menyayangi dirinya apa adanya? Biar lah semua ini menjadi bagian cerita tersendiri untukku saja.


Cikarang, 121222

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU