HAI, PENGANTIN


 HAI, PENGANTIN 

Penulis : Lidwina Ro 


Sudah tiga hari ini aku tak pernah absen, duduk paling depan menonton TV. Berkali-kali aku mengganti Chanel TV, demi mengikuti dengan utuh rangkaian acara pernikahan Kaesang dan Erina. Acara awal, yaitu siraman sampai resepsi malam pernikahan di hari Minggu dari anak bungsu presiden Indonesia, aku menontonnya dengan antusias.

Walaupun tidak mengenal mereka berdua (hanya sekedar tahu di TV) akan tetapi aku tetap ikut berbahagia untuk mereka. Semoga bahagia dan langgeng sampai kakek nenek.

Pernikahan selalu menjadi topik besar, menarik, bahkan istimewa untuk dibicarakan. Bayangkan saja, bersatunya dua insan dengan karakter, latar belakang, sifat berbeda, akan berjanji seiya sekata, berkomitmen untuk menjalani hidup bersama-sama. Belajar mandiri, harus meninggalkan segala bentuk campur tangan orang tua, lalu membentuk keluarga kecil baru bersama pasangan.

Apa harapan sebuah pernikahan? Berakhir hidup bahagia berdua untuk selama-lamanya? Seperti dongeng sebelum tidur itu?

Memang, harapan harus selalu dipanjatkan yang terbaik, tetapi waktu yang akan mengujinya. Hai, pengantin, jangan lupa kencangkan ikat pinggang! Karena menurutku, pernikahan tak ubahnya seperti naik jet coaster. Selalu turun naik. Tidak semua proses pernikahan berasa semanis cokelat Bengbeng. Kadang bisa sepahit jamu cabe puyang, atau sekelat jamu kunyitnya Mbok Jamu keliling. Datangnya masalah hidup pun seenak udel, sering kali datang tak diundang, pulang tak sudi diantar ('dah seperti jelangkung)

Tapi, eh, jangan panik dulu. Anggap saja semua itu proses terbaik penambah imun, juga pengasah diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Silakan menunggu dengan sabar, titik tinggi dan titik terendah pada pernikahan. Aku jamin, pasti akan singgah bergantian mewarnai perjalanan pernikahan. Jadi jangan terlalu kaget, tetapi bersiap-siaplah.

Aku sarankan, ikat erat tali pernikahan dengan cinta, kasih sayang, dan doa yang tak pernah putus. Karena pernikahan itu seharusnya sakral, yaitu sebuah janji yang telah diikrarkan oleh dua manusia, dalam ikatan suci yang hanya dapat dipisahkan oleh maut. 

Semua itu hanya sejauh  pengalamanku, sih, yang pastinya sah-sah saja bila berbeda dengan pengalaman setiap individu, lho, ya. Selamat menempuh hidup baru, sebaru-barunya, hai, pengantin!


Cikarang, 141222


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU