GERIMIS MENCEKAM


 GERIMIS MENCEKAM

Penulis : Lidwina Ro 


Aku gemetar. Tidak mungkin telingaku salah dengar. Ada ketukan di jendela kamarku. Ini untuk yang ke dua kalinya. Sepertinya aku tidak bermimpi.

Ritme jantungku meningkat cepat. Penasaran dan takut melebur jadi satu. Untuk kembali tidur, aku sudah tak bisa lagi.

Gerimis belum berhenti sejak sore, menambah ciut hatiku. Bapak dan Ibu pergi ke luar kota menjenguk Nenek. Aku malas ikut, karena rencananya mereka hanya menginap semalam saja. Lebih baik aku belajar di rumah karena Senin sudah masuk pekan ulangan.

Sepertinya aku mendengar samar ketukan lagi. Kelihatannya berganti tempat. Aku merinding. Pikiranku melayang liar. Jangan-jangan itu arwah tetanggaku sebelah yang tiga hari lalu meninggal. Ah, tidak, tidak! Konyol sekali aku! Musyrik!

Si alnya, aku malah kebelet pipis. Duh, menyebalkan! Terpaksa aku turun dari kasur, tak lupa kuselipkan ponsel di saku babbydoll-ku. Suara Cakra Khan masih setia berulang-ulang menemaniku sejak sore gerimis tadi.

Tetapi saat melewati ruang tengah, mataku ditarik melihat ke pintu depan. Benar saja, ada sekelebat bayang hitam tertangkap dari jendela kaca dekat pintu. 

Sebelum aku berteriak, aku dikejutkan dengan gedoran pintu depan. Kakiku langsung membeku. Suaraku pun lenyap, berganti dengan keringat dingin di sekujur tubuh. Mataku mendelik panik pada hendel pintu yang bergerak-gerak. Ya, ampun, siapa itu? Aku semakin kebelet pipis saja, tetapi kakiku tak bisa bergerak.

Tiba-tiba pintu depan terbuka. Aku membekap mulutku, menahan teriakan saat muncul sosok tinggi di balik pintu. Sejenak kami berpandangan kaget. 

“M-Mas Rian?”

“Ya, Allah, Ratna! Mas kira kamu ikut Bapak ke rumah Nenek. Kenapa dari tadi Mas ketuk pintu dan jendelamu, tapi tidak kamu buka?” protes Mas Rian, kakakku yang bekerja di luar kota. Biarpun dia jengkel, tetapi aku bernapas lega.

“Untung aku masih menyimpan kunci duplikat rumah. Makanya lepas earphone-mu itu, Rat!” ujar kakakku sambil geleng-geleng kepala melihat ulahku.

Aku tersipu malu, dan segera berlari ke kamar mandi. Duh! Gara-gara lupa mencopot earphone, aku jadi lebai, dan berpikiran yang tidak-tidak. Ya, ampun!  Beruntung sekali aku belum ngompol! 

Cikarang, 301222

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU