As Warm As The Sun
As Warm As The Sun
Penulis : Lidwina Ro.
Malam sangat dingin. Bilik rumah temanmu rupanya tidak mampu menahan terobosan anginnya. Samar-samar kudengar suara candamu dengan teman-temanmu di bilik sebelah, setelah akhirnya aku tertidur kecapekan. Meringkuk kedinginan dalam sarung yang kaupinjami. Pertama kali aku baru tahu, bahwa angin malam pegunungan bisa seganas itu.
Jeruk keprok yang bergelantungan rendah di dahannya, adalah pemandangan terindah ketika aku bangun pagi. Rasanya sayang untuk memetik dan memakannya. Aku juga suka pada suasana pegunungan sunyi yang khas. Anginnya tidak sedingin kemarin malam, tetapi aku memakai jaket. Semangkuk mi kuah dengan telur ceplok di atasnya, adalah makanan ternikmat pagi itu. Rasanya tidak rugi, aku mengambil cuti dan ikut bertualang denganmu, anggota HIMAPALA UNS.
Kami berenam -empat di antaranya teman kampusnya- naik sedikit lagi, tujuan kami menuju hutan pinus. Lagi-lagi aku merasa takjub. Aku terkesan dengan guguran daunnya yang berserakan seperti permadani. Suara serangga -aku menamainya garengpung- bersahut-sahutan seperti paduan suara. Aku memunguti buah pinus kering yang berjatuhan.
“Buat apa pinus-pinus itu kau ambil? Besok lah aku bawakan edelweis!” Mas Han tertawa geli bersama teman-temannya.
“Biarin!” balasku mencebik.
Ketika aku sedang mengagumi mawar gunung di ujung tebing yang tak terlalu curam, tiba-tiba Mas Han memanjat, dan memetikkannya satu untukku.
“Ih, kok dipetik, sih? Sayang, Mas!”
“Lah, daripada kebawa mimpimu sesampai Surabaya.”
Kami pun tergelak bersama. Menyenangkan bertualang dengan Mas Han. Mungkin dia sedikit repot harus membawa adiknya yang ngeyel mau ikutan, tetapi semuanya berjalan lancar. Bahkan ketika melewati kebun teh Jamus, dia rela sedikit-sedikit berhenti karena aku tak kuat lagi berjalan.
Dia juga mendapati janji, mengirim seikat edelweis beberapa bulan kemudian.
Perlahan-lahan aku membuka sebuah kotak. Seikat edelweis bersanding dengan beberapa pinus cokelat tua. Sebuah foto berada di dasarnya. Aku mengambil, dan mengusap foto itu. As Warm as the sun, He’s my brother, tertulis rapi pada tepi fotonya. Mas Han, aku merindukanmu.
Sedang apa kau di atas sana? Mengawasi pucuk pinus? Menikmati kabut pegunungan yang berarak? Atau mungkin di atas sana ada bukit yang lebih bagus? Bersenang-senanglah menikmati petualanganmu yang baru dibatas sana, Mas.
Cikarang, 091222
Komentar
Posting Komentar