UMBAN DAVID
UMBAN DAVID
Penulis : Lidwina Ro
Manusia raksasa itu bernama Goliat. Berbadan kekar dihiasi tonjolan otot yang keras. Di beberapa lokasi tubuhnya terlihat bekas luka sayatan yang menghitam dan mengering. Menandai sejarah petualangannya dalam medan pertempuran yang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Jangan ditanya setinggi apa manusia buas itu. Mungkin tiga kalinya dari tinggi manusia biasa. Sambil memanggul pedangnya yang tajam berkilat di atas bahu, Goliat tersenyum mengejek ke arah lawannya. Liurnya menetes, seolah melihat santapan lezat pada lawan yang berdiri tegak di ujung zona tempur.
Tampilan Goliat tidak membuat nyali David menciut. Tekatnya sudah bulat, akan menghabisi si manusia raksasa yang sudah lama meresahkan negerinya. Meski dia tidak memiliki pedang setajam Goliat, dia tidak gentar sedikit pun.
“Maju kau!” perintah Goliat sambil tergelak melihat David yang kerepotan berjalan karena baju zirahnya berat.
David mulai menyiapkan senjatanya. Karena dirinya hanya seorang penggembala kambing dan domba -bukan tentara perang- maka hanya umban yang menjadi senjatanya. David juga memutuskan melepas baju zirah pemberian sahabatnya, karena malah membuatnya tidak bebas mengambil batu untuk umbannya.
Goliat makin terbahak-bahak melihat tingkah David, apalagi saat melihat senjata yang menjadi andalan lawannya. “Apa kau gi la, bodoh? Mana pedangmu? Ayo, keluarkan! Lawan aku!”
“Tutup mulutmu, Goliat! Kita lihat saja siapa yang menang.”
Goliat menggeram murka, merasa David meremehkannya karena melihat David akan melawannya cuma dengan umban batu. Dengan sombong dia mulai mengayun-ayunkan pedang di udara. Ingin sekali dia menebas leher David dengan sekali ayunan saja.
David hanya membawa lima batu untuk umbannya. Sebenarnya dia hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu keempat saudara Goliat yang lain berniat ikut mengeroyoknya. Satu batu sudah dipilih David. Sambil memicingkan mata, dia menarik dan mulai mengayun umban kuat-kuat ke arah Goliat. Dalam hati David berdoa pada Tuhan, agar sasarannya tidak meleset. Jika Tuhan turut campur dalam segala perkara, tidak ada yang mustahil. David tidak gentar. Tidak ada sedikit keraguan pun tersirat di wajah David. Hari ini dia akan menyelesaikan pertarungannya dengan Goliat.
Batu umban David menukik tajam dan melayang jauh ke udara, lalu mendarat tepat di tengah dahi, di antara ke dua mata Goliat. Sungguh lemparan yang sempurna!
Apa yang terjadi? Goliat pun rebah dan tumbang ke tanah, dia ma ti di saat itu juga. Sungguh mencengangkan. Goliat mati hanya dengan senjata batu.
David tersenyum. Semua yang terjadi ini adalah pertolongan dari Tuhan. Secara pikiran manusiawi, tidak mungkin dia bisa mengalahkan manusia raksasa, mesin tempur tangguh seperti Goliat. Ya, semua karena Tuhan berkenan, David mengalahkan Goliat, demi negerinya yang sudah lama dijajah oleh bangsanya Goliat.
Cikarang, 181122
Komentar
Posting Komentar