SELINGKUH


 SELINGKUH

Penulis : Lidwina Ro


Berbagai dan cara  sudah dilakukan Sandra. Misalnya mulai belajar mengisi perut pada jam dua belas  siang. Dia sampai rela ke sekolah dengan perut kosong. Yang ada malah dia tidak bisa berkonsentrasi penuh dengan semua mata pelajaran.

Amel teman sebangkunya lantas memberi masukan, memulai aktivitas harus dengan sarapan pagi yang penuh protein. Misalnya awali sarapan dengan dua butir telur rebus dan segelas teh hijau hangat. Lumayan bisa menahan lapar, tetapi kini wajah Sandra mulai dihiasi beberapa jerawat. Ah, enggak oke banget, deh! Ternyata tubuhnya demo kalau kebanyakan makan telur.

Sandra terpaksa berganti cara. Minum jus buah sebagai ganti sarapan. Cukup mengganjal perut juga, sih. Dua gelas besar jus nanas, timun dan dua sendok madu, sebagai ganti sarapan sehat. Tapi entah kenapa, di sekolah Sandra jadi sering buang air kecil. Tidak nyaman banget pokoknya.

Jam istirahat berbunyi. 

“Makan mi ayam ke kantin, yuk, San,” ajak Sindi.

“Duluan saja ke kantin. Nanti aku susul,” sahut Sandra. Tentu saja dia hanya basa-basi. Mi ayam? Berapa ratus kalori, tuh? Wah, bisa naik lagi nanti berat badannya. 

“Eh, San, siang ini kita makan ayam geprek saja, aku traktir, deh! Buruan, nanti keburu antre panjang,” celutuk Karin.

Sandra menelan ludah dengan susah payah. Edan, mengapa godaannya semakin hari semakin berat? 

“Lain kali saja, Rin. Tadi pagi aku juga sarapan ayam geprek,” tolak Sandra sambil tersenyum. Padahal dirinya berbohong. Hatinya bahkan meringis menahan kesal sendirian. 

Kelas makin kosong. Semua siswa berlomba ke kantin untuk mengisi perut pada jam istirahat. Lesu Sandra menelungkupkan kepala ke atas meja. Mencoba mengendalikan rasa lapar.

“Ngapain semedi di kelas sendirian?” 

Suara Bintang!

Ngapain juga si tengil itu berkeliaran di kelas Sosial? Sandra tidak menjawab, bahkan pura-pura memejamkan mata.

Lambat laun hidung Sandra kembang kempis mencium aroma wangi dan gurih. 

“Kamu kenapa San? Sakit?” 

Sandra menegakkan punggungnya. Rupanya Bintang menaruh seplastik gorengan di depan meja. Pantas saja baunya menguar membangunkan rasa lapar yang sangat.

Bakwan sayur, bakwan jagung, combro, misro, pisang molen, dan tahu isi, semua tampak menantang dan masih hangat. Entah sudah berapa abad, lidahnya tidak merasai makanan receh itu.

Tanpa pikir panjang, Sandra menyambar plastik itu, dan mulai mencari cabai hijaunya lebih dulu. Alamak, betapa nikmatnya bakwan sayurnya. Krispi di luar, empuk di dalam. Dah lah, hari ini selingkuh dulu dengan gorengan. Besok mulai setia dengan makanan sehat lagi.

Melihat cara makan Sandra, Bintang tak bisa menahan tawa.

“Kamu sakit apa kesambet? Makannya pelan-pelan saja bisa, kan? Enggak ada yang ngambil gorenganmu!” 


Cikarang, 081122


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU