SEHIDUP SEMATI


 SEHIDUP SEMATI

Penulis : Lidwina Ro

Rumah Bintang sepi. Pintu gerbang memang terbuka, tetapi seperti tidak ada orang di rumah. Sambil menggenggam erat rantang yang berisi bubur ayam, Sandra mencoba mengintip ke dalam jendela kaca. Ah, gelap.

Sandra mulai mengetuk pintu, memanggil nama Bintang. Tidak ada jawaban. Heh, ke mana Bintang? Katanya sakit, minta dibelikan bubur ayam, kok, tidak ada di rumah? Beli obat kah dia?

Malas pulang ke rumah, Sandra memutuskan untuk duduk menunggu di teras. Rumah Bintang sangat teduh. Banyak bunga dan tanaman perdu yang cantik. Nyaman sekali.

Tiba-tiba dia mendengar sapa dari bagian samping rumah. Seorang wanita muda tersenyum lembut. Berpakaian sederhana, dengan rambut digelung satu. Buru-buru Sandra berdiri.

“Temannya Bintang?”

“I-iya Tante.”

“Kamu cantik sekali. Sudah lama kenal dengan Bintang?”

Sandra tersipu, mengangguk.

“Bintang anak yang baik. Tolong jagakan dia untukku, ya?”

Eh, mengapa harus menjaga lelaki berantakan itu? Sandra keheranan. Memangnya perlukah Bintang dijaga? Apa tidak berlebihan?

“San! Sandra bangun!” Sebuah tepukan di pipi membuat Sandra membuka mata.

Gadis itu mengerjapkan mata. Menatap sekelilingnya dengan bingung. Lambat laun menyadari kalau dia ternyata malah ketiduran di kursi teras rumah Bintang. Bermimpikah dia tadi? Tapi tadi begitu nyata.

“Kenapa malah tidur di luar?” tanya Bintang sambil cengengesan. “Sori aku tadi lagi di kamar mandi. Ayo, masuk dulu. Mana bubur ayam yang kupesan?”

Masih linglung Sandra mengikuti Bintang masuk rumah. Lantas matanya tertumbuk pada foto dalam bingkai keemasan di atas bufet di ruang tamu.

“Itu, itu,” tunjuk Sandra bersemangat ingin bertanya.

“Kenapa? Itu foto mamaku,” sahut Bintang sambil mengerutkan dahi.

“Aku tadi bertemu dengan mamamu di samping rumah.”

Bintang menyipitkan matanya. Batal membuka rantang. Tangannya tergantung di udara, menatap Sandra dengan lekat.

“Aku tidak bohong, Bin.”

“Tapi, San ....” Bintang terdiam, seperti kesulitan menyusun kalimat.

“Mamamu bilang, kamu anak yang baik. Kau mau tahu tidak, mamamu bilang apa lagi?”

“San, tapi mamaku sudah meninggal. Meninggal sudah lama.”

Sandra terkesiap. Mencoba mencerna kembali kepingan peristiwa yang baru saja terjadi.

“Setelah melahirkanku, mamaku memutuskan mengakhiri hidupnya bersama papaku, karena mamaku dipaksa menikah dengan suami pilihan kakekku.”

Sandra melongo. Menatap Bintang tak percaya. Kepalanya tiba-tiba terasa berat.

“Apa yang akan kau ceritakan tadi? Apa lagi yang dikatakan mamaku padamu?”

Akan tetapi Sandra membeku, lidahnya kelu. Di kepalanya hanya berseliweran bayangan wanita cantik yang tersenyum lembut. Sebegitunyakah cinta?

Cikarang, 101122

OneDayOnePost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU