ROMANSA BAPER


 ROMANSA BAPER

Penulis : Lidwina Ro 


Langit begitu gelap. Pasti hujan kali ini bakalan awet. Sandra mengeluh dalam hati. Bosan. Rasanya ingin cepat pulang dan menerjang hujan.

Tiba-tiba dari belakangnya menguar keharuman kopi. Sandra menoleh. Bintang mengulurkan papper cup kopi padanya.

“Ngopi saja dulu, San. Sebentar lagi juga akan reda.”

“Kalau tidak reda bagaimana?”

“Kita ngobrol saja sampai hujan reda San. Oke?”

“Capek, Bin. Malas,” sahut Sandra ogah-ogahan.

“Kita main tebak-tebakan saja, biar kamu enggak malas,” usul Bintang sambil menyesap sedikit kopi susunya. Memang bukan hal mudah mendekati Sandra. Butuh kesabaran, dan sedikit kenekatan tentu saja.

“Bau apa yang paling sweet, San?” Bintang pun memulai tebakannya. Kening Sandra berkerut, ada-ada saja Bintang, seperti tidak punya kerjaan saja.

“Malas, Bin, ah!”

“Bau amis. Amis you so much,” sahut Bintang cengengesan melihat rona merah di pipi Sandra.

“Jawab, San. Susu apa yang paling indah?” lanjut Bintang tidak mau menyerah begitu saja.

“Sudahlah, Bin. Aku enggak tahu.”

“Susungguhnya aku sayang kamu.”

Ish! Rasanya Sandra ingin memukul Bintang, tetapi batal, demi melihat mata Bintang yang berbinar-binar. Si al, mengapa dirinya yang malah jadi baper?

“Panda apa coba, yang paling bahagia?” 

Sandra menggeleng. Pasti mau menjebak lagi, nih.

“Pandangin kamu setiap hari, San.”

“Gombal mukiyo,” sahut Sandra. Tapi tersenyum juga.

Bintang tergelak. “San, tahu enggak kupas apa yang paling menyenangkan?”

Lagi-lagi Sandra menggeleng.

Kali ini Bintang diam, sengaja menyesap kopi susunya perlahan-lahan. Sandra melirik, diam-diam dia akhirnya penasaran juga dengan permainan tebak-tebakan gombal Bintang.

“Bin?”

“Hm.”

“Kupas apa, coba?” tanya Sandra tak sabar ingin mendengar jawaban Bintang.

“Saat kupas-tikan kau selalu berada di sampingku, Sandra.”

Sandra terkekeh dengan pipi sempurna merona merah.

“Aku serius, San.”

“Cuma itu tebakan konyolmu, Bin?”

“Malam apa yang paling indah, San?”

Hujan sepertinya mulai reda. Sandra tersenyum lega, setidaknya bisa menjauh dari Bintang, si manusia berantakan ini.

“Malam apa memangnya, Bin?” Sandra balas bertanya. 

“Malamarmu, San.”

Dan sebuah teriakan mengaduh berbaur dengan tawa terdengar keras, saat Sandra melempar tasnya persis ke arah badan Bintang.


Cikarang, 141122


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU