RAHASIA HATI (1)
RAHASIA HATI (1)
Penulis : Lidwina Ro
Tekatku sudah bulat. Kalau aku pulang kampung nanti, aku harus membuktikan bahwa aku bukanlah lelaki yang boleh dianggap sebelah mata lagi oleh seluruh warga. Dulu aku memang cuma pemuda desa biasa, warga kelas rendah, anak penjual sayur pasar yang tidak dianggap. Kesulitan dan tekanan hidup yang menyesakkan dan melukai egokulah yang membuatku minggat ke kota untuk memperbaiki nasib, sekaligus mencari biang kerok yang sudah lama menghantui otakku. Dengan berbekal uang tabungan Mbah Uti, aku nekat berangkat meninggalkan desa. Meninggalkan tiga potong hati dengan bahasa tangisan mereka masing-masing.
Kini enam tahun sudah berlalu. Suryo yang dulu, jelas berbeda dengan yang sekarang. Suryo yang dulu, yang sering dijadikan bahan ejekan, telah mati. Yang ada sekarang adalah Suryo baru yang sukses dalam karier.
Ibu menangis tak berhenti saat melihatku tegak berdiri di ambang pintu rumah. Aku dapat merasakan tulang tangannya yang kurus ketika mendekapku penuh rindu dan haru. Aku tersenyum lega bisa melihatnya kembali setelah enam tahun. Mencoba tegar, nyatanya aku tak dapat menahan linangan air mataku sendiri. Dia adalah Ibu kesayanganku. Meskipun aku tidak mengerti seutuhnya pikiran Ibu yang menyembunyikan keputusan besar dalam hidupnya, tetapi aku sangat mencintainya. Setidaknya, sekarang ini aku bisa mewujudkan harapannya. Mendapat karier yang lumayan sukses sehingga Ibu dan Mbah Uti tidak perlu jualan lagi di pasar. Kalau perlu aku belikan satu ruko untuk usaha baru.
“Akhirnya kau pulang juga, Yo,” bisik Ibu dengan nada penuh syukur.
Aku tersenyum kecil. Merangkul dan mencium pucuk kepala ibu yang sudah mulai beruban. Aku pasti akan pulang. Tentu saja setelah semua urusan beres.
Seorang wanita tua berdiri kaku di sudut rumah dengan tak kalah haru. Wajahnya yang keriput sangat kurindukan sekali. Mbah Uti adalah satu-satunya orang yang bisa kupercaya selama aku minggat di kota. Dia setia menopangku dari belakang. Wanita renta yang tidak sudi membiarkanku jatuh walau hanya sekali. Akan kubangun sebuah rumah baru yang layak dan nyaman untuk mereka berdua nanti. Atau kalau mereka bersedia, aku juga mau memboyong mereka berdua ke rumahku, di kota. Aku janji akan menjaga mereka sampai selamanya.
(Bersambung)
Cikarang, 281122
Komentar
Posting Komentar