LOLIPOP
LOLIPOP
Penulis : Lidwina Ro
Ombak bergulung membawa seorang gadis mendekat ke bibir pantai. Di antara buihnya yang putih, gadis itu tersenyum menatap rindu pada sosok yang sedang duduk di hamparan pasir putih. Menatap kosong birunya laut.
“Sudah lama tidak bertemu. Apa kabarmu hari ini, Ganteng?”
Lelaki jangkung itu tidak menjawab, masih menatap jauh ke depan. Lekat pada satu peristiwa. Ingin gadis dalam buih ombak memeluk lelaki itu. Ada kerinduan membuncah, menyeruak dalam dada melihat lelaki yang sudah semakin dewasa itu.
Apakah lelaki itu sering memikirkannya? Sering merindukannya? Apakah masih ingat dengan permen kesukaan mereka?
Sepertinya tidak. Bukan permen yang kini ada di celah bibir lelaki ganteng itu. Tetapi sebatang rokok! Ah, tidak adakah yang memberi tahu kesayangannya betapa jahatnya rokok?
Sementara si gadis menatap khawatir, tiba-tiba datang gadis berbaju biru mendekati kesayangannya. Wah, siapa dia gadis yang terlihat bete itu?
“Bintang! Ayo pulang.”
“Sudah selesai mencari kerangnya, Sandra?”
“Sudah. Ini!” Sekeresek kecil penuh dengan aneka bentuk kulit kerang diacungkan Sandra, sampai mengenai hidung Bintang, sehingga rokok di mulut Bintang terjatuh. Cepat-cepat Sandra menginjak remuk sebelum Bintang memungutnya. Bintang terkekeh.
“Maaf, San, kalau aku merokok. Aku hanya ingin menghilangkan kesedihanku sebentar saja.”
“Kau ingat adikmu, ya, Bin?” tebak Sandra lirih dan hati-hati.
Bintang tersenyum dan mengangguk. Dia memang pernah bercerita pada Sandra tentang adiknya. Lalu Bintang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Dua buah permen lolipop.
“Waktu kecil, kami dulu menyukai permen ini. Aku, dan adikku Mega.”
Setelah mengupas bungkusnya, Bintang mengulurkan sebuah untuk Sandra, dan satunya lagi langsung masuk ke mulutnya sendiri.
“Baiklah, kita pulang sekarang, yuk, San. Sudah cukup,” ujar Bintang sambil tersenyum. Hatinya lega sudah menyempatkan diri singgah ke pantai yang sarat kenangan.
Sejenak Bintang menoleh ke arah laut. Melambai kecil. Seolah sedang berpamitan pada adiknya yang sudah lama meninggal. Tenggelam terseret ombak ketika masih kecil. Pantai ini adalah saksinya.
Sayangnya Bintang tidak melihat, seorang gadis dengan haru membalas lambaian Bintang di antara buih putih. Lalu datang sebuah ombak besar menggulung gadis itu dengan cepat. Lautan membiru sunyi. Tenang, dan teduh. Pantai pun kembali hening. Di atas, awan berwarna putih dengan gradasi biru muda dan tua, berarak diam.
Cikarang, 9 Nov 22
OneDayOnePost
Komentar
Posting Komentar