DINNER

DINNER

Penulis : Lidwina Ro


Bintang batal mengetuk pintu untuk yang ke sekian kali, saat pintu  di depan hidungnya tiba-tiba terbuka. Seorang wanita paruh baya muncul dengan alis berkerut. Sontak Bintang mengangguk hormat. 

“Maaf, Tante. Terlalu malam, ya?”

“Mencari Sandra, ya? Ayo, masuklah. Kamu makan sekalian saja.” 

“Eh?” Bintang celingukan. Yang dicarinya tidak kelihatan. Ke mana si gunung berapi itu?

“Sudah, tidak perlu sungkan. Hari ini Tante masak enak-enak.” 

Sandra menghentikan kunyahannya, melotot kaget saat melihat Bintang masuk ke ruang makan bersama ibunya. Sementara ke dua adik kembar Sandra mulai saling menyikut. 

“Wih, tinggi sekali. Siapa dia?” bisik Seto pada Kresno. 

“Pacarnya Mbak Sandra, kali.”

Sandra mendelik pada kedua adiknya. Bapak berdehem, sebagai kode untuk menyudahi perang mulut. Dengan ramah Bapak lalu menyuruh Bintang duduk pada salah satu kursi. Makan malam pun berlanjut. Meskipun agak kikuk, tetapi Bintang cukup lihai, tidak membuang waktu. Dengan sigap mengambil hati keluarganya Sandra lewat tutur kata sopan, santai dan jenaka. Adik kembar Sandra sangat menyukainya. Ibunya juga perhatian. Berkali-kali menambahkan lauk ke piring Bintang. Sudah seperti satu keluarga utuh bahagia.

Ada binar kebahagiaan terpancar dalam mata Bintang saat selesai makan malam. 

“Terima kasih, San. Malam ini sangat berarti bagiku.”

“Ah, kan, hanya makan malam biasa.”

Bintang menggeleng. Menatap Sandra dengan sendu. Ada kilatan sepi tak bertepi di sana. 

“Kau tahu, aku tidak pernah mengenal orang tuaku sejak bayi. Nenek yang membesarkanku. Sudah lama aku merindukan, ingin merasakan berada di tengah-tengah keluarga. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Tetapi semua tidak mungkin. Hidup tetap harus berjalan, kan? Aku harus menerima keadaanku, menjalani dengan bersyukur.”

Sandra tertegun. 

“Aku selalu sendirian selama ini, San. Hidupku ini sepertinya ... terlalu sepi.”

“Jadi ....”

“Jadi tolong katakan pada ibumu untuk mengundangku sekali-kali makan di rumahmu. Aku janji akan bersikap baik,” sahut Bintang cepat. Menatap Sandra dengan sorot mata memohon penuh harap. 

Sandra terdiam beberapa saat. Lalu perlahan mengangguk setuju. Kali ini Sandra tidak menolak. Entah tidak tega pada si berantakan itu, atau kasihan dia benar-benar  tidak tahu. Toh, tidak setiap hari. Bertambah satu lagi pasukan baru di meja makan, tidak akan membuat Bapak bangkrut, kan?


Cikarang, 151122


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU