TERSESAT (4)
Penulis : Lidwina Ro
Jantungku seketika berdesir. Menatap beku ke arah keduanya secara bergantian. Sekujur tubuhku menegang. Seakan berlomba mengurai logika dan imajinasi liar yang menyerbu masuk ke dalam otakku. Tetapi ....
Sepasang bola mata berwarna cokelat muda itu seakan nyata. Benar-benar menatap hangat ke arahku dengan malu-malu. Bajunya tidak sesederhana yang dulu pernah kulihat, bahkan wajahnya jauh dari kusam.
Dia ... adalah Arum. Sosok yang menjelma menjadi gadis cilik cantik yang anggun. Membuat pikiranku sedikit linglung. Sungguh, betapa cantiknya Arum. Oh, ya ampun, ada apa dengan otakku yang oleng kali ini?
Kakek berdehem lagi. Kali ini dehemannya tidak segarang yang pertama. Sementara pikiranku masih bergumul, bersikeras tertuju pada sosok Arum. Gadis cilik, penjaja semangka di pinggir jalan sepanjang Cemoro Sewu.
“Karena kau sudah berbuat baik pada cucuku tadi pagi, maka Kakek akan membalas budi.”
Sebentar, sebentar. Apa? Cucu? Jadi Arum adalah ....
“Temanmu yang kamu cari itu, ada di situ. Tuh, sedang tidur di bawah pohon itu. Nah, bangunkan dia, lalu bawa pergi kembali pada teman-temanmu. Pos empat ada di depan, jangan lagi belok ke arah kanan, ke arah sendang. Tetapi lurus saja. Apa sudah paham?”
Aku mengangguk gugup, mengucap terima kasih dengan perasaan yang lega luar biasa. Tak lupa aku mencuri tatapan ke arah Arum sekali lagi. Entah lah, aku tidak mengerti dengan sikapku kali ini. Aku hanya ingin melihat pipinya yang memerah malu itu ... sekali lagi. Ah, jantung yang tak tahu diri ini, mengapa jadi berdebar kencang? Aku tersenyum pada Arum, mengangguk sedikit, tanda berterima kasih. Arum membalas mengangguk. Dia makin tersipu malu, sambil tangannya memegang erat lengan kakeknya.
Aku bergegas menghampiri Rio. Benar saja, dia sedang tertidur di bawah pohon. Entah peristiwa apa yang menimpa temanku ini. Untunglah, dia baik-baik saja. Sebelum aku membangunkannya, spontan aku menoleh ke arah belakang. Dan seperti dugaanku, Arum dan kakeknya sudah lenyap. Tak berbekas. Mereka seperti masuk dalam gulungan kabut tebal, meninggalkan sejumlah tanya yang tidak sempat aku selesaikan.
Aku menghela napas gamang. Jadi benar, ternyata aku memang sedang tersesat di alam mereka dengan tidak sengaja. Dalam pusaran gaib yang menyeretku kali ini, aku sangat berterima kasih masih dilindungi oleh Tuhan.
Aku mencoba mengumpulkan pecahan-pecahan ingatanku dari awal ketika aku bertemu Arum di bawah. Tetapi anehnya, seperti ada sekilas rasa yang melintas hampa. Sesuatu yang diam-diam hilang tercabut perlahan dalam hatiku. Wajah Arum.
( Selesai )
Cikarang, 07 Oktober 2022
Komentar
Posting Komentar