RINDU
RINDU
Penulis : Lidwina Rohani
Bukan karena rumput hijau yang menghampar ini tidak menarik. Jujur dalam hati aku sangat suka sekali, juga pada lenggak lenggok dan raksi seribu bunga yang berpadu rapi di antara bauran rumputnya. Akan tetapi aku lebih terpesona dengan sepasang mata yang sedang menatapku lurus itu. Berkelip seperti kejora di antara candra. Hatiku serasa dibasuh oleh air pesam. Luar biasa nikmat.
Ada semacam daya tarik yang tidak aku kenali, menyeretku lambat ke muara yang sejuk dan bening. Sesuatu yang tidak mungkin bisa aku tolak. Suatu rasa yang menyeruak hebat yang membuat jantung ini ikut berdegup kencang.
“Lin-Lintang?” tanyaku gugup bercampur haru. Apakah aku sedang berhalusinasi? Benarkah yang di hadapanku ini adalah rindu yang menghiasi hari-hariku?
Ribang yang membelitku entah berapa warsa ini seperti menemukan muara. Hari-hariku yang biasanya hanya berhias bayangan wajah mungilnya, sekarang sebaliknya. Kuraih hati-hati tangan mungil itu, membelainya, lalu kucium dengan lembut. Ah, tidak salah lagi. Ini adalah Lintangku. Anak yang aku kandung dan kususui selama beberapa waktu. Ada tanda lahir dua titik hitam di dekat pergelangan tangannya. Anggai batin ibu itu tidak pernah salah.
“Apa yang Mama lakukan di sini?” tanya Lintang polos sambil tertawa kecil, menarik tanganku untuk berdiri. Tetapi tubuhnya yang kecil tentu saja tidak punya tenaga sekuat itu untuk membuatku berdiri. Jemari Lintang begitu halus, lembut seperti kapas.
Aku termangu. Hatiku sedikit terkoyak. Bukan takjub pada tubuh anakku yang makin bertumbuh kembang itu, akan tetapi lebih takjub pada pertanyaannya. Apa dia tidak merindukanku? Aku bangkit dari hamparan rumput hijau itu, dan mengikuti langkah-langkah kecil riang Lintang. Mau ke mana dia?
“Di mana ini?” gumamku dalam hati, tanpa mengendurkan genggamanku pada tangan Lintang. Mengapa sekelilingku semua tampak asing? Padang rumput hijau, seribu bunga beraneka warna dan raksi, dan ada sebuah jembatan kuning berukiran indah di sana, memisahkan sederet rapi rumah-rumah yang menjulang tinggi dengan halaman berhias ayunan, air mancur, dan bunga. Mimpi atau nirwana kah ini?
Komentar
Posting Komentar