ORANG BAIK
ORANG BAIK
Penulis : lidwina_ro
Aku melirik seorang anak lelaki sedikit gemuk berumur sekitar sepuluh tahunan, bersandal jepit, yang baru saja masuk ke dalam tenda penjual nasi goreng. Sesaat anak itu celingukan. Rambut dan kausnya setengah basah, terguyur sisa rintik hujan yang memang dari siang awet tak mau berhenti.
“Nasi goreng apa mi?” sapa Mang Udin melirik anak itu, sambil tetap sibuk membolak balik nasi goreng pesanan orang dalam wajannya.
Mata anak itu hanya mengerjap. Tidak menjawab, hanya mengambil tempat duduk, persis di sebelahku. Sambil menyeruput teh hangat, aku baru sadar ada yang lain dari anak ini. Matanya sedikit juling, dan mulutnya tidak mengatup rapat sempurna. Netranya gelisah bergerak ke kanan dan ke kiri, entah apa yang dipikirkan anak tunadaksa ini.
Tiba-tiba anak itu berdiri. Tetapi Mang Udin dengan sigap menghardik. “Eit, mau ke mana? Tunggu, Tung. Ayo makan nasi gorengnya dulu!”
Anak lelaki itu menatap Mang Udin ragu. Segera Mang Udin menghampiri anak itu, dan memaksa untuk duduk. “Untung, ayo cepat makan, di tiup-tiup dulu kalau panas.”
Ternyata anak itu menurut. Dia duduk dan mulai makan. Melihat itu Mang Udin tersenyum, dan kembali ke balik gerobaknya.
Gerimis masih awet mengucur, membuat aku enggan pulang. Diam-diam memperhatikan anak yang lahap makan di sebelahku, sambil menghabiskan sebatang rokokku. Sepertinya kelaparan. Tidak lama kemudian, seorang gadis tergopoh-gopoh datang ke tenda membawa payung.
“Untung di sini Mang?” tanya gadis itu panik. Belum lagi Mang Udin menjawab, terdengar suara mengaduh. Ternyata gadis itu menjewer telinga Untung begitu netranya menemukan sosok Untung yang sedang makan.
“Nakal kamu, ya, selalu minggat ke sini kalau orang rumah meleng. Bikin repot semua orang saja! Seisi rumah kalang kabut mencarimu, tahu! Belum lagi kamu selalu bikin susah Mang Udin! Gemes, deh!”
Mang Udin tertawa geli. “Sudah, Mbak Titi, sudah. Enggak apa-apa. Saya enggak repot dan enggak susah. Biar setiap hari Untung makan di sini juga enggak bikin Mamang bangkrut, kok. Malah berkah untuk dagangan Mamang. Biarkan adiknya makan dulu.”
Mang Udin memang orang baik. Aku setuju dengan ucapannya, dan menahan senyum ketika melihat Untung. Dia sedang meraba-raba kupingnya yang memerah akibat jeweran dari kakaknya. Salahmu juga, Tung. Nakal. Kenapa juga kau minggat dari rumah?
Cikarang, 28 Oktober 2022
Komentar
Posting Komentar