ISTRI BARU AYAHKU (3)

Istri Baru Ayahku (3)

Penulis : Lidwina Ro


 Otakku sontak seakan berhenti bekerja. Sekelilingku tampak berwarna abu-abu dan sunyi. Telingaku bahkan tidak mampu mendengar apa-apa lagi, kecuali pada satu kalimat. Ibu kandung.

Apa ... apa kata Mbok Ni tadi? Ibu kandung? Mereka membicarakan ibu kandung. Siapa memangnya ibu kandungku? 

“Aku amat mencintai Airin, Mbok. Hidupku hancur dan sudah tak berarti ketika harus menyerahkan Airin yang masih bayi pada Mas Adam dan istri pilihan orang tua Mas Adam. Tetapi aku tidak punya pilihan lagi, Mbok. Aku miskin dan terlalu takut, juga bodoh waktu itu. Aku tidak berdaya di bawah tekanan mereka. Apakah aku salah, Mbok?”

Perlahan-lahan mataku mulai buram oleh air mata. Aku menatap kelu pada kedua orang yang saling berpelukan berbagi tangis itu. Semua kebencianku perlahan luruh satu demi satu. Yang ada tinggal  penyesalanku yang dalam. Entah apa yang menjejali pikiranku, sampai mata hatiku menjadi buta selama ini. Aku bahkan menjauhi wanita itu. Sedapat mungkin menjaga jarak, meskipun perlakuan wanita itu begitu baik dan perhatian. Sungguh tidak adil.

“Almarhum Nyonya membesarkan Airin dengan sangat baik, Mbak Rin, karena Nyonya dari awal juga tahu Pak Adam hanya mencintai Mbak Rin. Semua sudah terjadi. Pasti peristiwa ini ada hikmahnya.”

“Apa Airin akan memaafkan aku, Mbok?” tanya wanita itu sekali lagi. Suara yang gemetar itu membuat hatiku bergetar hebat.

Aku mendorong pintu kamar. Tante Rin dan Mbok Ni terperanjat kaget melihat kehadiranku. Seketika sunyi mengepung seluruh isi kamar. Baru aku sadari Tante Rin tampak makin kurus dan juga pucat. Dia menatapku khawatir. Ada kesedihan yang sangat dalam yang kali ini sudah tidak bisa disembunyikannya lagi.

“Ibu ....” Akhirnya suaraku keluar dengan susah payah dan lirih. Jadi inikah ibu kandungku yang sesungguhnya? Tante Rin. Meskipun masih bingung, dan butuh waktu untuk mengetahui kisah yang sesungguhnya, akan tetapi aku percaya semua akan baik-baik saja. 

Mata Tante Rin membelalak, makin terperanjat kaget. Tapi senyumnya mengembang haru. Tangannya juga tampak gemetar. Baju bayi dalam genggamannya pun terjatuh, seperti air matanya yang juga jatuh. Tetapi kali ini jatuh dengan bahagia.

(Selesai)


Cikarang, 151022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU