Belajar Menulis Opini (2)

Belajar Menulis Opini (2)

Penulis : Lidwina Ro



Nah, saya menyambung tulisan kemarin, yang perlu diperhatikan terkait penulisan opini, yaitu :

Judul

Penggunaan Idion 

Memilih Tema

Menyusun Alinea Penjelas Argumen

Menentukan Gaya Menulis Opini

Temukan Data dan Referensi

Edit Tulisan

Judul dan penggunaan idion yang tepat sudah, jadi sekarang adalah

Memilih Tema.

Bagaimana cara memilih tema? Lagi-lagi harus banyak membaca buku. Bisa juga mendapatkannya dari Chanel youtube Gita Wirjawan, Guru Gembul, Rhenald Khasali, juga narasinya Nazwa Shihab. Yang muda-muda seperti Chanel Mojok, 1 persen dan lain-lain.

Memilih temanya yang disukai dulu, ya. Jangan dipaksa tema yang terlalu berat, supaya enteng dan cepat kelar nulisnya. Boleh juga menulis opini dengan tema yang lagi ‘hot’ atau aktual. 

Jangan lupa yang terpenting : pastikan sudut pandang pribadi. Apakah menolak isu, ragu-ragu, atau setuju. Begitu saran Bang Bery.

Menyusun Alinea Penjelas Argumen

Pokok pikiran diurai. Contoh saat Bang Bery menulis opini terkait isu gender di Kompas. Beliau menulis : perempuan seharusnya diberi kemandirian berpikir, bukan yerstigma dengan budaya bahwa harus sesegera mungkin menikah, dalam artian perempuan sebaiknya memiliki pendidikan yang lebih baik, pekerjaan yang mandiri sehingga nantinya ketika berkeluarga, kualitas anak menjadi sehat dan terdidik. Kemudian pokok pikiran dengan sistematis terhubung dengan ide utama.

Menentukan Gaya Menulis Opini

1.Deskripsi (menjelaskan fakta dengan detail) 

2.Narasi (menguraikan opini dengan kronologis)

3.Argumentatif (menjelaskan fakta-fakta dan latar belakangnya)


Temukan Data dan Referensi

Data dan referensi sangat penting dalam menulis opini. Referensi dapat diperoleh atau dibaca dari jurnal atau juga buku-buku pakar. Sekarang sudah banyak di konten YouTube.

Tak lupa Bang Bery kemarin juga mengingatkan bahwa menulis opini umumnya memerlukan 800 – 1500 kata saja. Jangan terlalu panjang, karena bisa menjadi membosankan dan mengantuk.

Edit Tulisan

Edit tulisan sebelum mengirim naskah opini. Beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :

1.Kosa kata

2.Jangan edit ketika menulis (mengedit sebaiknya dilakukan ketika sudah selesai menulis, biar tidak menghabiskan waktu)

3.Tinjau ulang (argumentasi dibandingkan dengan opini lain)

4.Koreksi kata-kata

5.Baca ulang (endapkan tulisan selama sehari, supaya lebih jernih membawa opini yang telah ditulis, juga bisa mengganti kata yang lebih pas)

6.Kirim tulisan 

Tip dari Bang Bery, jangan kecewa atau kesal dulu kalau tulisan belum dimuat. Simpan saja dulu untuk stok opini. Kadang opini yang sudah dibuat tidak terbit bukan karena tidak keren, tidak asyik, tidak inspiratif, atau tidak kritis. Itu karena terkadang selera editornya tidak cocok. Bisa saja tidak terbit di media A, tetapi terbit di media B.

Sebagai penutup, ini ada sorot dari Bang Bery, yaitu bagi teman-teman yang akan menulis opini : TULIS, TULIS dan TULIS ... TERBENTUR, TERBENTUR, TERBENTUR, TERBENTUK.

Perbanyak tulisan, jangan jenuh (jadi ingat lagu lawas Rio Febrian) dan jangan menyerah (de masiv) 

Kirim, kirim, kirim. Karena inspirasi itu menggerakkan. 

Inilah hasil pembelajaran penting dari sedaring bersama Bang Bery yang bisa saya rangkum. Semoga harta karun bernilai ini bisa menambah wawasan dan nyali untuk menulis opini bagi sahabat-sahabat literasi saya yang membacanya. Terima kasih banyak, Bang Bery atas sharing dan ilmunya.

Cikarang, 171022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU